BANDAR LAMPUNG (Lampost): Sebanyak 4.747 koleksi benda bersejarah yang tersimpan di Museum Lampung membutuhkan perhatian dari pemerintah dan masyarakat agar terus eksis sebagai warisan budaya bangsa.
Menurut Kepala UPTD Museum Negeri Provinsi Lampung Zuraida Kherustika, mengirim benda ke museum memang menjadikan benda itu mati, dengan kata lain dimuseumkan atau dimatikan. Namun, pandangan kuno tersebut harus segera ditinggalkan.
Kini, mengirim benda bersejarah ke museum harus identik dengan menghidupkannya. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk hal ini. Kuncinya, pemerintah dan masyarakat harus menghormati sejarah dan kebudayaan dengan cara memelihara dan merawat benda sejarah itu dengan sebaik-baiknya.
"Tak mudah untuk memelihara eksistensi ribuan benda mati dan menghidupkannya kembali di masa kini sebagai benda warisan budaya bangsa yang tak lekang oleh waktu," kata dia, Selasa (17-9), menjelang perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-25 Museum Lampung, yang jatuh pada 24 September nanti.
Guna menjaga eksistensi tersebut, banyak hal yang terkait di dalamnya. Mulai dari biaya pemeliharaan dan perawatan, ancaman pencurian yang tinggi, hingga maraknya permintaan benda sejarah di pasar gelap dan sebagainya. Untuk biaya pemeliharaan, katanya, masih mengacu kepada anggaran Pemerintah Pusat. Sayangnya, pencairan dana tersebut kerap tersendat.
Karena itu, ia mengharapkan Pemerintah Provinsi Lampung memperhatikan keberadaan dan eksistensi museum umum tersebut.
Sementara pada HUT Perak Museum Lampung, Zuraida mengaku bersyukur selama kurun waktu 25 tahun (1988?2013) pertumbuhan dan perkembangan Museum Lampung makin baik. Institusi ini senantiasa mengambil peranan strategis pada bidang pendidikan, kebudayaan, penelitian, dan rekreasi.
Dalam HUT perak kali ini mengusung tema Sahabat Museum Lampung, Bersama merayakan dan menjalin kekeluargaan dan persahabatan.
Zuraida berharap pada HUT tersebut masyarakat berkunjung ke museum bukan semata-mata untuk berekreasi atau kebutuhan akademis saja, melainkan mewujudkan kesadaran masyarakat untuk mengunjungi museum sebagai kewajiban. Kewajiban yang diikuti rasa kesadaran yang tinggi akan catatan sejarah, peninggalan para leluhur, dan melihat jendela bangsa sebagai bekal menyongsong masa depan.
Adapun rangkaian kegiatan HUT yang berlangsung dari 18?25 September mulai dari pameran arkeologi, pementasan kolaborasi, kaleidoskop Museum Lampung, kunjungan malam ke museum, workshop penyuluhan juru kunci situs purbakala, seminar sosialisasi UU Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010, serta ada beberapa kegiatan lomba lainnya. (CR5/S1)
Sumber: Lampung Post, Kamis, 19 September 2013
Menurut Kepala UPTD Museum Negeri Provinsi Lampung Zuraida Kherustika, mengirim benda ke museum memang menjadikan benda itu mati, dengan kata lain dimuseumkan atau dimatikan. Namun, pandangan kuno tersebut harus segera ditinggalkan.
Kini, mengirim benda bersejarah ke museum harus identik dengan menghidupkannya. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk hal ini. Kuncinya, pemerintah dan masyarakat harus menghormati sejarah dan kebudayaan dengan cara memelihara dan merawat benda sejarah itu dengan sebaik-baiknya.
"Tak mudah untuk memelihara eksistensi ribuan benda mati dan menghidupkannya kembali di masa kini sebagai benda warisan budaya bangsa yang tak lekang oleh waktu," kata dia, Selasa (17-9), menjelang perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-25 Museum Lampung, yang jatuh pada 24 September nanti.
Guna menjaga eksistensi tersebut, banyak hal yang terkait di dalamnya. Mulai dari biaya pemeliharaan dan perawatan, ancaman pencurian yang tinggi, hingga maraknya permintaan benda sejarah di pasar gelap dan sebagainya. Untuk biaya pemeliharaan, katanya, masih mengacu kepada anggaran Pemerintah Pusat. Sayangnya, pencairan dana tersebut kerap tersendat.
Karena itu, ia mengharapkan Pemerintah Provinsi Lampung memperhatikan keberadaan dan eksistensi museum umum tersebut.
Sementara pada HUT Perak Museum Lampung, Zuraida mengaku bersyukur selama kurun waktu 25 tahun (1988?2013) pertumbuhan dan perkembangan Museum Lampung makin baik. Institusi ini senantiasa mengambil peranan strategis pada bidang pendidikan, kebudayaan, penelitian, dan rekreasi.
Dalam HUT perak kali ini mengusung tema Sahabat Museum Lampung, Bersama merayakan dan menjalin kekeluargaan dan persahabatan.
Zuraida berharap pada HUT tersebut masyarakat berkunjung ke museum bukan semata-mata untuk berekreasi atau kebutuhan akademis saja, melainkan mewujudkan kesadaran masyarakat untuk mengunjungi museum sebagai kewajiban. Kewajiban yang diikuti rasa kesadaran yang tinggi akan catatan sejarah, peninggalan para leluhur, dan melihat jendela bangsa sebagai bekal menyongsong masa depan.
Adapun rangkaian kegiatan HUT yang berlangsung dari 18?25 September mulai dari pameran arkeologi, pementasan kolaborasi, kaleidoskop Museum Lampung, kunjungan malam ke museum, workshop penyuluhan juru kunci situs purbakala, seminar sosialisasi UU Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010, serta ada beberapa kegiatan lomba lainnya. (CR5/S1)
Sumber: Lampung Post, Kamis, 19 September 2013
No comments:
Post a Comment