Liwa, Lampung Barat, 28/7 (ANTARA) - Budaya "hahiwang" yakni berupa seni melantunkan syair sastra Lampung, yang di dalamnya terkandung makna dan pesan moral, biasanya dibawakan pada acara adat juga hajat, untuk memberikan pesan bagi yang melaksanakan, terancam punah.
"Seni Hahiwang semakin hari kian menghilang dari tengah masyarakat, semua terlarut dengan budaya modern yang dianggap sebagai budaya yang pantas berkembang di era sekarang," kata seniman "hahiwang", Mamak Lawok (63) di Pekon (Desa) Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Lampung Barat, sekitar 330 kilometer dari Bandarlampung, Rabu.
Dia menjelaskan, sangat sulit menalarkan dan menularkan budaya "hahiwang" pada generasi mudah.
"Memberikan pelajaran kepada generasi mudah sangat sulit, rata- rata mereka enggan mendengarkan karena budaya ini dianggap kuno dan tak lagi pantas di era sekarang, tapi mesti begitu, saya tidak akan berhenti untuk memberikan pelajaran pada anak muda akan budaya "hahiwang" ini, walaupun dari segi usia saya tidak selincah dulu," kata dia.
Ia pun menjelaskan, mengajarkan budaya "hahiwang" dengan orang yang memang mengerti bahasa daerah.
"Siapa saja yang ingin belajar harus pasih berbahasa Lampung, karena itu menjadi modal utama untuk belajar, dan belajar 'hahiwang' harus memiliki suara yang khas," kata dia lagi.
Dia pun mengaku sedih budaya tersebut nyaris punah di daerah sendiri, dan jika tidak segera ada penyelamatan, bisa tinggal nama.
"Sebelum saya berhasil memperkenalkan budaya 'hahiwang' ini pada masyarakat terutama generasi muda, saya tidak akan berhenti, hingga nafas terakhir saya," kata dia.
Sementara itu, dari keterangan beberapa sumber, pelaku atau yang masih melaksanakan "hahiwang" adalah seniman lama.
Sejumlah warga pun berharap budaya tersebut masuk ekstrakulikuler pada sekolah, berharap ada yang tertarik untuk menyelamatkannya.
Kepala Dinas Perhubungan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, Kabupaten Lampung Barat, Sudirman MM, mengatakan, pemkab akan terus berupaya melestarikan budaya "hahiwang".
"Melaluikegiatan yang kerap menampilkan 'hahiwang' pada acara besar menjadi upaya kami untuk mengenalkan lebih luas budaya ini, sekaligus dalam kegiatan tahunan, kami menyelenggarakan lomba 'hahiwang', dan nantinya setiap tahun akan terus adakan," kata dia lagi.
Ia menjelaskan, tidak mudah mengenalkan budaya daerah itu pada generasi muda.
"Generasi muda saat ini sudah terkontaminasi pada budaya barat, yang tentu ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita untuk membimbing mereka dalam mencintai budaya asli dan kedepan kami akan bekerja sama dengan beberapa pihak agar 'hahiwang' menjadi kegiatan ekstra kulikuler untuk merapatkan kembali budaya daerah pada generasi muda," katanya.
Sumber: Antara, 28 Juli 2010
No comments:
Post a Comment