Bandarlampung, Kompas - Masyarakat Lampung antusias mengikuti rangkaian puncak Festival Krakatau XX yang dilaksanakan Sabtu (24/7) dan Minggu (25/7). Festival kali ini berjalan lebih meriah dengan dihadirkannya beragam pertunjukan adat dan budaya.
Peserta pawai budaya dalam rangka Festival Krakatau XX di Bandar Lampung, Lampung, Sabtu (24/7). Selain pawai budaya, warga dan tamu undangan, seperti duta besar dari negara sahabat, diajak melihat langsung Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda. (KOMPAS/HERU SRI KUMORO)
Masyarakat Lampung pada hari Sabtu itu memenuhi Jalan Sudirman, Bandar Lampung, untuk mengikuti dan menyaksikan arak-arakan budaya dan tradisi Lampung. Arak-arakan ini diikuti oleh perwakilan masyarakat dari 14 kabupaten/kota di Lampung.
Mereka dengan gembira menampilkan adat, kesenian, dan budaya khasnya masing-masing. Rombongan dari Lampung Barat, misalnya, menyajikan kostum topeng dan orang rimba dengan penuh antusias. Sementara rombongan warga adat pepadun dari Lampung Timur menyajikan tarian pudat dengan tabuhan kendang yang mengentak-entak menambah semarak festival.
Arak-arakan ini tampak mengular sepanjang 3 kilometer. ”Kali ini lebih ramai dan menarik. Jauh lebih seru,” ujar Juhaidah (40), warga Bandar Lampung.
Arak-arakan gajah dari Way Kambas menjadi salah satu daya tarik bagi penonton. Sebanyak enam gajah terlatih didatangkan langsung dari Way Kambas. Seusai arak-arakan, warga pun berebutan ingin menunggang gajah. ”Kapan lagi naik gajah di kota?” kata Indriwati (16), warga Bandar Lampung.
Gubernur Lampung Sjachroedin ZP berharap Festival Krakatau bisa jadi salah satu magnet pariwisata di Bumi Sae Ruwai Jurai (Lampung). ”Lampung tidak boleh kalah dari provinsi lain. Lampung sangat kaya. Semua ada, laut, gunung, flora, dan fauna juga beragam,” ungkapnya.
Festival Krakatau kali ini memiliki keunikan, yaitu tampilnya acara adok gelar (pemberian gelar adat) kepada Gubernur Lampung Sjachroedin, Ketua DPRD Lampung Cik Marwan Hasan, dan Ketua Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) Qadarsah Irsa oleh MPAL Lampung.
Sjachroedin ZP diberi gelar Suntan Mangku Negara, sedangkan Cik Marwan Hasan digelari Suntan Pengetuha. Atas gelar ini, gubernur jadi pemangku adat tertinggi di bumi Lampung. ”Gelar adat ini untuk yang pertama kali dilakukan di Lampung. Untuk pertama kalinya, gelar adat melekat bukan kepada individu, melainkan jabatannya. Suatu kehormatan bagi saya mendapatkan ini,” ujar Sjachroedin.
Pemberian gelar adat bertujuan untuk membangun kedekatan masyarakat adat Lampung dengan pemimpinnya. Adat istiadat tidak boleh lagi dikesampingkan dalam pembangunan (di Lampung),” ujar Qadarsah.
Festival Krakatau XX dihadiri 16 duta besar negara, antara lain Yunani, Brunei, Filipina, Belgia, dan Singapura. Pada Minggu, para tamu tersebut mengikuti tur ke Anak Gunung Krakatau di Selat Sunda. (jon/wad)
Sumber: Kompas, Senin, 26 Juli 2010
No comments:
Post a Comment