BANDAR LAMPUNG (Lampost): Berbagai kalangan mendesak agar anggaran pendapatan dan belanja sekolah (APBS) segera diaudit dan hasilnya dibuka secara transparan.
"Segala sesuatu yang tidak diaudit dan diawasi akan rentan terjadi penyimpangan," kata Koordinator Koalisi Antikorupsi (Koak) Lampung Ahmad Yulden Erwin, Kamis (29-7).
Erwin menyampakan hal itu menanggapi maraknya pungutan di sekolah menengah atas negeri di Bandar Lampung. Menurut dia, seharusnya orang tua murid tidak perlu lagi memberi sumbangan atau insentif untuk kepala sekolah dan guru. "Mereka kan PNS, mendapat gaji tetap dan tunjangan sertifikasi dari pemerintah. Kalau dikatakan kekurangan dana, ya selalu kurang. Yang namanya serakah itu tidak pernah cukup," kata dia.
Akademisi Universitas Lampung Herpratiwi juga menyarankan Dinas Pendidikan segera turun tangan dan melakukan pengawasan. Apalagi dana yang dikelola sekolah cukup besar. "Sudah sewajarnya diaudit dan dipaparkan secara transparan," kata dosen FKIP Unila itu.
Herpratiwi mengingatkan praktek pendidikan saat ini sudah salah kaprah, antara lain ditandai munculnya sekolah-sekolah eksklusif berlabel internasional atau sekolah unggulan. "Padahal sebenarnya pendidikan kita harus inklusif, yaitu pendidikan untuk semua," kata dia.
Sultan Djasmi, juga akademisi Unila, menilai komitmen Pemkot dan DPRD di bidang pendidikan masih lemah. Hal itu tecermin dari minimnya anggaran riil pendidikan yang hanya 12%�14% dari APBD. Padahal undang-undang mengamanatkan anggaran pendidikan minimal 20%, antara lain dipakai untuk pengembangan kualitas pendidikan di sekolah.
Di sisi lain tidak ada sinkronisasi antara program sekolah dan rancangan anggaran pendidikan yang disusun Pemkot dan DPRD. Sebab itu, menurut Sultan, mau tidak mau harus ada revisi dalam penyusunan anggaran pendidikan.
"Jika penyusunannya tepat sasaran, saya yakin, pendidikan berkualitas dan terjangkau bisa diterapkan di Bandar Lampung," kata Kepala Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) Universitas Terbuka Lampung itu. (MG14/U-1)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 30 Juli 2010
No comments:
Post a Comment