BANDAR LAMPUNG (Lampost): Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Rilau membangun museum Gedong Air. Museum ini direncanakan akan menjadi salah satu objek wisata.
Peletakan batu pertama museum dilakukan Wali Kota Bandar Lampung Eddy Sutrisno, Jumat (30-7).
Direktur PDAM Way Rilau A.Z.P. Gustimigo mengatakan pembangunan museum yang terletak di Jalan Imam Bonjol ini menghabiskan dana sekitar Rp2 miliar.
Dana masih dalam tahap perkiraan karena sedang dihitung. Data pastinya belum bisa disampaikan. "Seluruh dana berasal dari PDAM Way Rilau," kata Gustimigo.
Gustimigo mengungkapkan pembangunan museum membutuhkan waktu dua tahun. Pembangunan dilakukan dalam dua tahap. "Museum selesai dibangun pada akhir 2011."
Menurut Gustimigo, Gedong Air merupakan bangunan yang dibangun pada 1920 sebagai sarana logistik pada masa penjajahan Belanda. Gedong Air dibangun sebagai reservoir atau bak penampungan air untuk menyuplai kebutuhan air bersih di seluruh Kota Tapis Berseri.
Setelah merdeka, Gedong Air tetap dipakai sebagai reservoir untuk kantor PDAM Way Rilau. "Sayangnya, sejak satu dekade terakhir, Gedong Air tidak dapat digunakan dengan baik dikarenakan peralatan yang sudah tua dan tidak berfungsi dengan baik," ujar Gustimigo.
Gedong Air, kata Gustimigo, merupakan bangunan peninggalan sejarah yang harus dipelihara. Pemkot akan menjadikan Gedong Air menjadi museum bersejarah.
Dengan membuat Gedong Air menjadi museum, lanjutnya, maka warisan sejarah akan tetap terjaga. Pembangunan museum dilakukan dengan memagar Gedong Air dan memperbaiki kondisinya.
Wali Kota Eddy Sutrisno dalam sambutannya mengatakan Gedong Air sudah berdiri sejak zaman Belanda. Gedong ini menjadi warisan sejarah yang harus dijaga dan dipelihara.
"Dengan menjadikan Gedong Air sebagai museum maka anak cucu kita nantinya masih bisa menyaksikan bangunan bersejarah ini," kata Eddy.
Selain Gedong Air, kata Eddy, ada bangunan lain di Bandar Lampung yang juga memilik nilai sejarah, misalnya salah satu bangunan di belakang Kantor Dinas Pendidikan Bandar Lampung. Kalau bangunan-bangunan bersejarah ini tidak dipelihara, suatu saat bisa musnah. (MG2/K-1)
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 31 Juli 2010
No comments:
Post a Comment