August 13, 2025

Pembelajaran Sastra Daerah dan Bahasa Daerah di Sekolah Belum Beri Ruang Siswa untuk Ekspresikan Kemampuannya

Penulis: Windy Eka Pramudya
Editor: Kismi Dwi Astuti


Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat Herawati menjelaskan tentang fungsi sastra dan bahasa daerah pada seminar. | Windy Eka Pramudya/PR

PIKIRAN RAKYAT - Pembelajaran sastra daerah belum memberikan ruang bagi murid untuk mengekspresikan kemampuan dalam berbagai bentuk.  

Selain itu, alokasi waktu pembelajaran sastra dan bahasa daerah di sekolah tak banyak. Untuk itulah, diperlukan diferensiasi pendekatan dalam pembelajaran sastra daerah. 

Peraih Hadiah Rancage 2025 untuk Sastra Bali sekaligus guru bahasa daerah SMPN 2 Sawan, Buleleng, Bali Komang Sujana menyebutkan, saat di kelas, dia kerap memetakan diferensiasi konten.  

Misalnya, menyesuaikan materi ajar dengan karakteristik murid. Kemudian, kombinasikan  buku teks, bahan tayang, dan video. 

"Untuk pembelajaran sastra daerah yang lebih jauh, bisa menyediakan puisi dan cerita pendek (cerpen) dengan beragam tema dan ekspresi. Lalu, gunakan puisi dan cerpen yang kontekstual atau isinya sesuai dengan lingkungan keseharian peserta didik," ungkap Komang. 

Hal itu disampaikan pada seminar Merebak Ruang Sastera Daerah di Sekolah di Gedung Paguyuban Pasundan, Jalan Sumatera, Kota Bandung, Rabu 13 Agustus 2025. 

Komang tak menampik, perkembangan teknologi turut mempengaruhi menurunnya minat pada sastra dan bahasa daerah. Akan tetapi, di sisi lain, dunia digital bisa dimanfaatkan untuk terus menggalakan sastra dan bahasa daerah.

Komang menyebutkan, saat di kelas, dia kerap memakai kamus daring bahasa daerah Bali. Tak lupa, dia juga memaksimalkan media sosial sebagai media belajar dan media publikasi karya. Hal ini, kata Komang, membuat para siswa merasa bisa dekat dengan sastra daerah.  

Komang mengakui, sebagai pendidik, tak mudah untuk terus mendekatkan sastra dan bahasa daerah ke muridnya. Oleh karena itu, kata Komang, diperlukan evaluasi berkelanjutan untuk mengetahui peningkatan minat baca, jumlah kegiatan, dan hasil karya sebagai indikator keberhasilan.  

"Perlu juga membentuk tim khusus penggerak literasi sastra di sekolah. Kemudian, integrasikan pembelajaran sastra ke dalam kurikulum. Terakhir, memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak," kata Komang. 

Peraih Hadiah Rancage 2025 untuk Sastra Lampung dan jurnalis Udo Z Karzi menjelaskan, bahasa Lampung diajarkan di sekolah sejak 1991.  


Tantangan pengajaran sastra daerah 

Kemudian, Balai Bahasa Lampung menerbitkan buku cerita rakyat dan anak dwibahasa. Terdapat pula dukungan pemerintah dengan menerbitkan berbagai regulasi. 

"Di sekolah, ada sejumlah tantangan pengajaran sastra daerah. Sebut saja, jumlah penutur yang kecil di daerahnya sendiri, buku-buku sastra belum dimanfaatkan optimal, dan ada kekhawatiran punahnya sastra tradisional," tutur Udo. 

Oleh karena itu, perlu inovasi dan integrasi sastra daerah dalam kurikulum dan karya pemenang serta nomine Hadiah RancagĂ© berpotensi sebagai bahan ajar sastra daerah. 


Fungsi bahasa daerah 

Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat Herawati mengatakan, ada beberapa fungsi bahasa daerah. Misalnya, pendukung bahasa Indonesia dalam penyelenggaraan pendidikan serta pendukung dan sumber pengembangan bahasa Indonesia.  

Fungsi lainnya, pembentuk kepribadian suku bangsa, dan peneguh jati diri kedaerahan. Terakhir, sarana komunikasi antara lain di upacara adat, media massa lokal, penegakan hukum adat, dan sarana pengungkapan serta pengembangan sastra dan budaya di daerah. 

Menurut Herawati, sastra daerah merupakan bagian dari kebudayaan bangsa yang mencerminkan antara lain, kearifan lokal yang terdiri atas nilai-nilai, norma, dan petuah hidup.  

Kemudian, pandangan hidup masyarakat, seperti cara berpikir, bertindak, dan merespons lingkungan. Terakhir, estetika bahasa, seperti keunikan kosakata, majas, irama, dan gaya tutur.  

"Sastra daerah bukan hanya warisan, melainkan jalan untuk memahami diri sebagai bagian dari bangsa yang kaya budaya. Mari kita beri ruang bagi sastra daerah tumbuh dan mengakar di sekolah," ujar Herawati. (*)


Sumber: www.Pikiran-Rakyat.com, 14 Agustus 2025


No comments:

Post a Comment