March 31, 2014

[Lampung Tumbai] Dusun, Doa, dan Aksara

Oleh Frieda Amran
Penyuka sejarah, bermukim di Belanda

Ny. Koning-Haring dengan anak gajah di
Perkebunan Ratai, Telok Betong, 1930
(KITLV, Leiden)
DUSUN-DUSUN di Lampung dibangun tanpa pertahanan sama sekali. Hanya di Marga Radjah Bassa dan Waay Orang di Distrik Telok Betong serta Marga Waay Blang di Distrik Samangka tampak adanya pertahanan sederhana. Itu pun dibangun karena penduduk ketiga marga itu belum lama berselang memberontak menentang Pemerintah Hindia-Belanda. Ditambah lagi, mereka juga berperang dengan dusun-dusun di sekitarnya.

Penduduk marga-marga itu membangun pertahanan dari bambu berduri dan pagar hijau dengan kanal kecil yang dalam. Satu atau dua buah pintu sempit yang hanya memungkinkan orang masuk satu per satu dibuatkan di dinding pertahanan itu. Pintu-pintu itu terbuat dari sebilah papan kayu yang sangat keras.

March 30, 2014

[Wawancara] Emha Ainun Nadjib: Lampung di Perempatan Jalan

Emha Ainun Nadjib
Lampung istimewa. Berbagai isu nasional dipantik dari sini. Berbagai julukan muncul: laboratorium politik, lumbung konflik agraria, hingga istilah negeri asal begal.

PERISTIWA-PERISTIWA fenomenal yang terjadi di Lampung tak kurang mengundang perhatian para tokoh nasional. Bahkan, banyak ahli dan pengamat mengidentifikasi masalah untuk mengetahui apa penyebab fenomena ini.

Saat menyampaikan sambutan pada diskusi kebangsaan Sekala Selampung II di Menggala, pekan lalu, budayawan Emha Ainun Nadjib tak kurang memberi komentar panjang lebar tentang Lampung. Berikut pendapat seniman yang kerap dijuluki Kiai Mbeling itu, yang ditulis dengan format tanya-jawab oleh Sudarmono dari Lampung Post.

March 27, 2014

Fakultas Ilmu Budaya sebagai Strategi Kebudayaan

Oleh Rudiansyah

Keberadaan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) di universitas dapat dipandang sebagai salah satu bentuk strategi kebudayaan.

FIB menjadi penting di tengah kondisi bangsa yang tengah mengalami krisis kebudayaan. "Butuh strategi untuk keluar dari krisis tersebut," kata sastrawan Iswadi Pratama dalam acara Ngopi Bareng dengan tema Urgensi Fakultas Ilmu Budaya yang disiarkan langsung Siger TV, Kamis (27/3) pukul 14.00.

March 24, 2014

Lampung Berpotensi Dirikan Fakultas Ilmu Budaya

Oleh Rudiansyah

Berdirinya fakultas ilmu budaya akan dapat mengkaji permasalahan sosial-budaya di Lampung dan konteks nasional-global.

Melani Budianta
WACANA pendirian fakultas ilmu budaya (FIB) di Universitas Lampung semakin mendapat respons dari berbagai kalangan. Tak hanya budayawan yang secara konkret telah membuat petisi, masyarakat luas pun tidak sedikit yang menyatakan dukungan mereka.

Hal tersebut membuat guru besar FIB Universitas Indonesia, Melani Budianta, ikut bersuara. Dosen sastra bergelar profesor ini mengungkapkan Lampung memiliki potensi untuk mendirikan FIB. “Saya yakin di Lampung sudah banyak pakar ilmu budaya yang dapat berkontribusi,” ujarnya saat dihubungi Lampung Post, kemarin.


March 23, 2014

[Lampung Tumbai] Orang Lampung

Oleh Frieda Amran
Penyuka sejarah, bermukim di Belanda

Gadis-gadis di Kampung Besar, Gunungsugih,
Lampung, 1901 (KITLV, Leiden)
KEDUDUKAN sosial yang tinggi sangat penting bagi orang Lampung dan dianggap berkaitan erat dengan harga diri seseorang. Banyaknya orang yang bergelar eatoe, dalem, pangherang, dan eadjah merupakan petunjuk betapa pentingnya hal itu walaupun saya sendiri menyangsikannya.

Menurut F.G. Steck, gelar-gelar itu dapat diperoleh dengan menyumbangkan sejumlah uang dan menyembelih beberapa ekor kerbau. Gelar itu, kata dia, dengan nama baru pula, seolah-olah dapat digunakan untuk menghapuskan kedudukan sosial yang lebih rendah di masa lalu seseorang.


March 22, 2014

Selamatkan Tanah Lapang

Oleh Jauhari Zailani

SEPULANG salat subuh di masjid, membaca koran di teras rumah.  Pagi itu, saya tercenung membaca iklan baris, tertulis: “Dijual tanah 10.600 m2. Ex lapangan bola, di kecamatan..., hubungi no telpon.....”. Yang membuat saya garuk-garuk kepala, padahal tak gatal, adalah keterangan pada iklan baris itu: “ex lapangan bola”. Iklan ini menarik perhatian saya karena di sekitar tempat tinggal saya, terdapat beberapa lapangan bola, yang bisa saja sewaktu-waktu dijual juga dan beralih fungsi.

Tanah Lapang Siapa Punya?

Tanah lapang penuh kenangan. Sejak kami kecil, 50 tahun yang lalu, saban sore tanah itu tempat kami bermain. Bermain kejar-kejaran, bermain bola, tempat upacara dan acara sekolah seperti pertandingan olahraga. Sesekali dipakai pertandingan bola antarkampung. Dalam lapangan, kami berlari-lari, dari pinggir lapangan, kami bisa berteriak-berjingkrak, saksikan pertandingan bola. Sekitar hari Lebaran, usai melakukan salat hari raya, lapangan itu dipakai untuk semacam pasar malam. Dengan aneka mainan. Sungguh, kenangan manis pada tanah lapang.


March 20, 2014

FIB Berbasis Empirisme?

Oleh Destaayu Wulandari


DAHI saya berkerut kala membaca opini Lampung Post, 13 Maret 2014 bertajuk Urgensi FIB di Unila. Setidaknya dua hal saya garis bawahi dari tulisan tersebut. Sekilas, kedua gagasan yang dimaksud bukan masalah dan bahkan menjadi pemantik tambahan yang tersampaikan kepada masyarakat—selain diskusi-diskusi terkait yang tidak terpublikasi—demi terwujudnya rencana besar untuk masa depan budaya di Lampung ini. Namun, setelah dikaji lagi, ada hal-hal implisit yang menurut saya perlu untuk diperhatikan.

Pertama, rencana pewujudan yang cenderung lebih mengutamakan nilai-nilai empiris melalui fakultas ilmu budaya (FIB) yang kelak akan didirikan di Universitas Lampung (Unila). Kedua, pengerucutan fungsi yang secara tidak langsung dapat memicu disintegrasi dengan FIB di universitas lain yang lebih dulu ada di Indonesia.

March 18, 2014

Mengapa Sai Bumi Ruwa Jurai?

Oleh Iwan Nurdaya-Djafar

SENYAMPANG memperingati hari kelahiran ke-50 Provinsi Lampung yang jatuh pada 18 Maret 2014, marilah kita melakukan refleksi kritis atas seloka Provinsi Lampung yang pada 2009 diubah dari Sang Bumi Ruwa Jurai menjadi Sai Bumi Ruwa Jurai. Demikianlah, melalui Perda Provinsi Lampung No. 4 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Perda Provinsi Lampung No. 01/Perda/I/DPRD/71-72 tentang Bentuk Lambang Daerah Provinsi Lampung yang diundangkan pada 5 Mei 2009, seloka Sang Bumi Ruwa Jurai diubah menjadi Sai Bumi Ruwa Jurai.

Hal ini tercantum pada Pasal I yang berbunyi, “Ketentuan dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Lampung Nomor 01/Perda/I/DPRD/71-72 tentang Bentuk Lambang Daerah Provinsi Lampung, yaitu pada penjelasan Peraturan Daerah, Pasal 2 angka 1 huruf b, penulisan kata dan pemaknaan arti tulisan Sang Bumi Ruwa Jurai diubah menjadi sebagai berikut: b. Sai Bumi Ruwa Jurai: Rumah tangga agung jurai adat pepadun dan jurai adat saibatin.”

Budaya Politik Lampung

Oleh Arizka Warganegara

LAMPUNG, sebuah provinsi di ujung Pulau Sumatera, sesungguhnya banyak mengundang misteri, terutama bagi para ilmuan politik. Menjadi misteri karena provinsi yang saya duga sebagai satu-satunya tempat di Indonesia ini masyaratkanya sudah mengamalkan nilai demokrasi kosmopolitan, sebuah pandangan hidup yang pluralis dan menghargai perbedaan. Dugaan tersebut menjadi wajar karena heteregonitas etnis di Lampung sangat bervariasi, terutama akibat kolonisatie dan program transmigrasi pada masa Orde Baru.

Istilah demokrasi kosmopolitan diperkenalkan Profesor Anthony Giddens, mantan direktur sekolah ekonomi politik ternama di dunia, London School of Economic and Political Science, di Inggris. Giddens mengatakan sebuah masyarakat yang sudah bisa menghargai perbedaan berpotensi mengembangkan sistem demokrasi kosmopolitan sebuah sistem demokrasi yang melintas batas perbedaan antarkelompok SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).

Menjaga Muruah Budaya Lampung

Oleh Sudjarwo

SEBAGAI orang yang hidup, besar, dan—kalau boleh minta—mati di Lampung, ada semacam kebanggaan tersendiri jadi warga daerah ini. Perasaan keindonesiaan dari hari ke hari memang tumbuh tersemai dengan pupuk keanekaragaman suku bangsa dan keanekaragaman budaya. Ini menjadi semacam penanda yang khas di daerah ini.

Sebagai nomenklatur keindonesiaan, pelan tetapi pasti, melalui instrumen budaya terus berproses. Akulturasi, amalgamasi, perlahan terus maju menyeruak ke jantung Lampung dalam arti budaya. Benar adanya, jika ada korban terpinggirkan, tetapi tetap harus diakui pelestarian, paling tidak pada tata nilai, tetap terus diperjuangkan.

Gubernur Lampung Luncurkan Buku di Akhir Pengabdian

GUBERNUR Lampung Sjachroedin ZP meluncurkan buku "Merampungkan Tugas Sejarah" Memoar Komjen Pol (Purn) Drs Sjachroedin ZP SH Satu Dekade Memimpin Pembangunan Lampung (2004-2014), karangan Zulfikar Fuad, sekaligus tanda berakhir masa jabatannya pada 2 Juni 2014 nanti.

Gubernur Lampung Sjachroedin ZP menunjukkan buku biografi
"Merampungkan Tugas Sejarah" karangan Zulfikar Fuad yang
diluncurkan di Hotel Novotel Bandarlampung, Senin (17/3) malam.
(FOTO: ANTARA LAMPUNG/Kristian Ali).
Gubernur Sjachroedin ZP, di Hotel Novotel Bandarlampung, Senin (17/3) malam, mengaku pada awalnya tidak mau untuk dibuatkan sebuah buku, namun ada penulis dari Jakarta yang menawarkan sehingga akhirnya dia menyetujuinya serta mempersilakan mencari bahannya sendiri hingga dicetaklah buku ini.


March 16, 2014

[Lampung Tumbai] Telok Betong, Sekampong, Sepoetie, Toelang Bawang, dan Samangka

Oleh Frieda Amran
Penyuka sejarah, bermukim di Belanda


Raden Singalaja Semangka, 1880
(KITLV, Leiden)
JALAN-JALAN setapak yang ada di dalam belantara kerap bercabang ke kiri dan kanan. Bila ditelusuri, jalan-jalan itu biasanya berakhir di sebuah pohon karet atau pohon medang atau berujung di rawa-rawa yang terbentang luas atau menghilang ke dalam sebuah sungai.

Jalan-jalan itu, yang lebih kecil lagi dari jalan setapak, adalah jalan yang dibuat oleh para peramu hasil hutan. Orang yang hendak mencari karet, rotan, lilin lebah, dan madu memang terpaksa mblusuk sampai ke relung hutan.


[Perjalanan] Lembah Indah itu, Ulubelu

Oleh Meza Swastika

Dari bukit, di pintu masuk wilayah Ulubelu, memandang lembah sejuk itu seperti lukisan pemandangan. Indah.

HARI masih terang, tetapi hawa sejuk sudah mulai membekap desa-desa di lereng Bukit Rendingan, Ulubelu, Tanggamus. Petani-petani kopi yang pulang dari kebun menggendong ranting-ranting kayu menyeruak dari rerimbunan hutan.


[Buku] Kegelisahan yang Melahirkan Restorasi

Oleh Zulkarnain Zubairi

Buku ini untold story tentang perjuangan Surya Paloh sebagai tokoh pejuang kemerdekaan pers, demokrasi, dan restorasi Indonesia, khususnya sebelum dan sepanjang reformasi.

SEPULUH tahun terakhir pascareformasi, Surya Dharma Paloh sangat prihatin terhadap karut-marut kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Era reformasi telah menghembuskan demokrasi yang sangat berarti. Tumbuh berkembangnya demokrasi seharusnya dimanfaatkan sebagai jembatan emas untuk mempercepat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.


Selamat Datang Tetimbai Anak Dalom (2-Habis)

Oleh Iwan Nurdaya-Djafar

SEBAGAI hasil ikutan dari kembalinya Kamus Van der Tuuk itu, kiranya TAD dapat pula diterjemahkan dan diterbitkan secara lengkap. Adapun TDR masih terdapat di Lampung dan sudah diterbitkan sebagai buku oleh Dewan Kesenian Lampung pada tahun 1996 melalui terjemahan Sutan Ratu Gumanti, Razi Arfin, dan Krisna Sempurnadjaja, serta disunting oleh Iwan Nurdaya-Djafar. Buku ini diterbitkan berdasarkan transliterasi dari manuskrip dalam had (huruf) Lampung berbahasa Lampung berbaur dengan bahasa Indonesia yang kurang teratur dan bertitimangsa 1905.

Sinopsis TDR adalah sebagai berikut. Dalam semua versi, Anak Dalom, seorang pemuda yang dilahirkan dari serumpun bambu dan hidup di istana Bengkulu, berlayar ke Patani di Pantai Timur dari Semenanjung Malaya (atau, dalam beberapa teks, ke Siam) dan dia melarikan pengantin pilihannya.

March 15, 2014

Memimpikan FIB di PTN Lampung

Oleh Dina Amalia Susamto


TEMPUS mutantur et nos mutamur in illid ialah kata pepatah Latin yang berarti waktu berubah dan kita pun berubah di dalamnya. Kita di sini adalah subjek pencipta kebudayaan sekaligus pengguna kebudayaan. Kita adalah masyarakat yang bergerak seperti apa yang dikatakan ahli-ahli budaya bahwa kebudayaan sebagai hasil budi (akal) dan usaha manusia.

Koentjaraningrat (2009) menjelaskan tentang tujuh unsur-unsur kebudayaan secara universal yaitu bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencarian hidup, religi, dan kesenian. Raymond William dalam Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto (2005) melihat budaya atau culture dengan huruf c sebagai suatu aktivitas keseharian manusia, lebih bersifat demokratis, milik siapa pun, dan tidak ada satu kebudayaan yang lebih adiluhung dari kebudayaan lainnya.


March 13, 2014

Urgensi FIB di Unila

Oleh Hardi Hamzah

Hardi Hamzah
PEDANG emas yang dikibaskan Lampung Peduli tentang keinginan untuk mendirikan fakultas ilmu budaya (berikutnya dibaca FIB) selayaknya kita sambut dengan kibasan hangat. Mengapa saya sebut sebagai kibasan pedang emas? Sebab, kilaunya kelak bisa dirasakan dalam refleksi yang konkret bersama turunannya, semacam Lampungnologi dan beberapa turunannya sampai pada usaha antisipatif terhadap antropologi budaya.

Lebih jauh lagi, menurut hemat penulis, bila FIB didirikan, tranformasi budaya terus mengalir bersamaan globalisasi dan tentu kita harapkan tidak hanya sebagai filter secara normatif terhadap akulturasi budaya yang muncul. Sebab, bila standarnya sedemikian ini, selain klise, akhirnya FIB hanya terseok pada teks book thinking.

March 9, 2014

Selamat Datang Tetimbai Anak Dalom (1)

Oleh Iwan Nurdaya-Djafar

Ikut kembali bersama manuskrip kamus Van der Tuuk adalah dua karya klasik cerita rakyat Lampung, yaitu Tetimbai Anak Dalom (TAD) dan Tetimbai Si Dayang Rindu (TDR), yang tercantum pada bagian akhir manuskrip kamus.

KAMIS, 27 Februari 2014, adalah hari bersejarah bagi bahasa Lampung, karena pada hari itu bertempat di Hotel Emersia, Bandar Lampung, secara simbolis telah diserahkan manuskrip Kamus Bahasa Lampung-Belanda karya Hermanus Neubroner van der Tuuk dari Kerajaan Belanda kepada masyarakat Lampung yang diwakili oleh Dr. Kees Groeneboer (Kepala Erasmus Tallcentrum) kepada Panji Utama dari Lampung Peduli.


[Perjalanan] Desau Napas Hutan Way Kambas

Oleh Rinda Mulyani dan Agus Susanto

Menjaga hutan Way Kambas memang bukan perkara mudah. Namun, apakah paru-paru dunia ini akan kita biarkan sekarat karena ketidakpedulian?

Taman Nasional Way Kambas
SUARA tonggeret mengisi udara hutan seluas 125 ribu hektare itu tanpa jeda. Kicau burung, pekik siamang, dengus babi, teriakan gajah, bahkan seringai macan kadang mengisi senyap. Juga obrolan empat anggota Rhino Protection Unit (RPU) Taman Nasional Way Kambas yang sedang patroli suatu siang.


[Lampung Tumbai] Malu Bertanya Sesat di Jalan

Oleh Frieda Amran
Penyuka sejarah, bermukin di Belanda

BANYAK sungai di Lampung memang memudahkan mobilitas penduduknya. Itu tidak berarti bahwa tak ada jalan di darat. Daerah dataran rendah, yang sering terendam sama sekali pada waktu musim hujan, memiliki jalan-jalan setapak yang berkondisi jelek. Tidak mengherankan bahwa jalan-jalan itu tidak terlalu diperhatikan karena lalu-lintas air lebih mudah dan praktis digunakan oleh penduduk daerah itu.

Patroli Infanteri 11 di Telukbetung, 1949 (Gahetna.nl)
Di daerah dataran tinggi, lebih banyak jalan. Di sini pun keadaannya tidak terlalu bagus. Biasanya jalan-jalan (setapak) itu melewati umbul (permukiman sementara di ladang) yang terdapat di antara dua dusun yang lebih besar. Namun, sistem peladangan berpindah yang dilakukan di Lampung menyebabkan jalan setapak itu digunakan selama dua-tiga tahun saja.


March 7, 2014

FIB Terkendala SDM

Oleh Delima Natalia Napitupulu

Agus Hadiawan
SALAH satu syarat membuka prodi baru adalah minimal memiliki enam dosen dengan kualifikasi pendidikan yang linier. Usulan perlunya pendirian fakultas ilmu budaya (FIB) di Universitas Lampung terkendala pada keterbatasan SDM.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unila Agus Hadiawan mengatakan terkait keinginan masyarakat tentang pembukaan FIB, saat ini FISIP hanya memiliki dosen antropologi dan sosiologi. Sementara untuk membuka ilmu budaya, SDM itu tidak cukup karena harus memiliki dosen budaya yang spesifik.

March 6, 2014

Budayawan Lampung Dukung Petisi Berdirinya FIB

Oleh Rudiyansyah

Fakultas itu sudah direncanakan sejak Rektor Margono Slamet. Mungkin karena pergeseran paradigma, akhirnya rencana tersebut dimentahkan.

Juperta Panji Utama
SEMANGAT konkret menyelamatkan budaya lokal benar-benar dilakukan para budayawan Lampung. Sebuah petisi untuk segera didirikan fakultas ilmu budaya (FIB) di Lampung telah diedarkan dan mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan.

Juperta Panji Utama, penyair, salah satu motor pengembalian Kamus Bahasa Lampung van der Tuuk mendukung petisi yang beredar melalui jejaring sosial Facebook tersebut.

March 5, 2014

Pentingnya Kajian Naskah Kuno Lampung

Oleh Andriyati Rahayu dan Dina Amalia Susamto

BAGAIMANA sebenarnya Anda mengimajinasikan naskah kuno? Teks dari masa lalu yang mungkin karena Anda tidak mengerti huruf dan bahasanya kemudian menyingkirkannya dan tidak memedulikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Titik Pujiastuti tentang sikap masyarakat Lampung pada aksara dan naskah kuno yang dilakukan pada 1996 menyatakan pada tahun-tahun itu naskah kuno dianggap tidak relevan, sudah tergantikan dengan aksara latin dan tidak penting.


Disdik Akomodasi Pelajaran Bahasa Lampung

Apa pun alasannya, bahasa Lampung tetap harus diajarkan pada siswa.

Tauhidi
TIM pengembang kurikulum Dinas Pendidikan Provinsi Lampung siap mengakomodasi pertemuan tim pengembang kurikulum Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bahasa Lampung. Tujuannya, mendukung penyusunan kurikulum bahasa Lampung untuk sekolah se-Lampung.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Tauhidi mengatakan tim pengembang kurikulum dinas kabupaten/kota tidak hanya bertugas mengevaluasi dan menganalisi kurikulum dari pusat, tetapi juga melakukkan validasi kurikulum. Selama ini kurikulum bahasa Lampung dibuat oleh MGMP.

March 4, 2014

Terancam Punah, Pendidikan Bahasa Lampung Malah Dihapus

Oleh Delima Natalia Napitupulu

Jumlah penutur bahasa Lampung di wilayah ini semakin menurun. Diperkirakan jumlahnya hanya sekitar 1,19 juta orang.

Warsiyem
PARA guru di sekolah implementasi kurikulum 2013 bingung, harus tetap mengajarkan atau justru meniadakan pelajaran Bahasa Lampung. Dampaknya, ada sekolah-sekolah di beberapa kabupaten yang menghapuskan mata pelajaran tersebut bagi siswa kelas VII SMP.

Seorang guru di salah satu kabupaten yang mengajar Bahasa Lampung di kelas VII, kepada Lampung Post, Senin (3/3), mengakui jika sekolahnya tidak lagi mengajarkan Bahasa Lampung kepada siswanya.


March 3, 2014

Pembukaan FIB Selamatkan Budaya Lokal

Oleh Rudiyansyah


Upaya pemerintah mengembangkan kebudayaan lokal saat ini baru pada tatanan kosmetik.

Sudjarwo
WACANA pembukaan fakultas ilmu budaya (FIB) terus bergulir. Direktur Pascasarjana Universitas Lampung (Unila) Sudjarwo pun mendukung pembentukan FIB sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan bahasa lokal.

“Whay not? Kami banyak punya doktor dan tenaga dosen,” kata mantan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila ini menanggapi pertanyaan tentang wacana pembukaan FIB dan gambaran tenaga dosen yang dibutuhkan, akhir pekan ini.

March 2, 2014

Waduh, Penutur bahasa Lampung Makin Sedikit!

Oleh Agusta Hidayatullah



JUMLAH penutur bahasa daerah Lampung sebagai "bahasa ibu" di wilayah ini semakin menurun dan diperkirakan hanya sekitar 1,19 juta orang.

Pemerhati bahasa Lampung Agus Sri Danardana, di Bandarlampung, Minggu (2/3), mengemukakan, jumlah penutur bahasa daerah yang makin menurun itu berdasarkan pada jumlah `ulun` atau penduduk asli Lampung saat ini.


[Wawancara] Kees Groeneboer: Lampung Harus Punya Fakultas Ilmu Budaya

Penemuan dan kembalinya kamus bahasa Lampung karya van der Tuuk dari Leiden ke Lampung terasa surprise. Bukti tingginya nilai budaya Lampung sejak lama itu mendorong pemerhati untuk menghidupkan studi tentang kebudayaan Lampung.

Kees Groeneboer
Direktur Pusat Bahasa
Belanda Erasmus, Jakarta
Medio Februari 2014, Arman A.Z., penyair dan penggiat kebudayaan Lampung, mengabarkan kembalinya kamus bahasa Lampung karya van der Tuuk melalui opini di Lampung Post, 19 Februari 2014. Atas kerja panjang dan melelahkan, sebuah tim berhasil mempersembahkan kamus yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda, itu kembali ke Lampung.

Apresiasi luar biasa dari berbagai kalangan mengemukakan masalah bahasa daerah ini menjadi topik menarik. Diskusi tentang bahasa dan keingintahuan berbagai kalangan akan kamus yang ditulis tangan itu seolah tak terbendung.

[Lampung Tumbai] Berperahu ke Hulu dan ke Hilir

Frieda Amran
Penyuka sejarah, bermukim di Belanda

ORANG yang bepergian melintas Provinsi Lampung pada masa kini akan sulit membayangkan lingkungan alam yang digambarkan oleh F.G. Steck dalam laporan yang dibuatnya untuk kepentingan Infanteri KNIL pada dekade-dekade pertama abad ke-19.

Teluk Lampung, 1932 (KITLV, Leiden)
Waktu itu, sebagian besar daerah di Lampung belum terjamahkan tangan manusia. Orang yang datang ke Lampung datang dengan kapal layar dan berlabuh di pantai-pantai yang tak semuanya cocok untuk tempat kapal besar membuang sauh.


March 1, 2014

Peluang Fakultas Ilmu Budaya di Lampung Terbuka

Oleh Abdul Gafur

Unila pasti akan menindaklanjuti usulan untuk membuka fakultas ilmu budaya jika memang ada desakan konkret dari masyarakat Lampung.

Hasriadi Mat Akin
PEMBANTU Rektor I Bidang Akademik Universitas Lampung (Unila) Hasriadi Mat Akin menyatakan Unila memiliki peluang untuk membuka fakultas ilmu budaya (FIB) pertama di Lampung. Dengan catatan, ada desakan dan kebutuhan konkret dari masyarakat.

"Saya pribadi pada dasarnya menyetujui wacana pembentukan fakultas ilmu budaya di Unila. Provinsi Lampung ini unik karena multietnik. Hal itu tentu akan menjadi potensi luar biasa dalam pengembangan fakultas ilmu budaya di Unila," ujarnya saat dihubungi Lampung Post, kemarin (28/2).