March 27, 2014

Fakultas Ilmu Budaya sebagai Strategi Kebudayaan

Oleh Rudiansyah

Keberadaan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) di universitas dapat dipandang sebagai salah satu bentuk strategi kebudayaan.

FIB menjadi penting di tengah kondisi bangsa yang tengah mengalami krisis kebudayaan. "Butuh strategi untuk keluar dari krisis tersebut," kata sastrawan Iswadi Pratama dalam acara Ngopi Bareng dengan tema Urgensi Fakultas Ilmu Budaya yang disiarkan langsung Siger TV, Kamis (27/3) pukul 14.00.

Pemimpin Umum Teater Satu Lampung ini menyebutkan berbagai kebudayaan asing yang kini mendunia seperti budaya K-Pop asal negara Korea. Semua itu menurutnya adalah karena strategi budaya mereka yang hebat. Sedangkan sampai saat ini, menurut dia, Indonesia sangatlah jauh tertinggal.

FIB menurutnya adalah salah satu strategi itu. “Lampung bagian dari Indonesia daerah dengan budaya yang kompleks, sudah semestinya memiliki FIB,” ujarnya dalam program yang dipandu Rahmad Sudirman ini.

Menurut Iswadi FIB adalah wadah yang akan mengkaji budaya secara keilmuan. Meski menurutnya di Lampung saat ini telah banyak lembaga kebudayaan seperti MPAL, DKL dan lembaga lainnya, FIB adalah lembaga yang paling berwenang memegang otoritas dalam pengkajian ilmu budaya di Lampung. “FIB tidak akan ditunggangi kepentingan, selain kepentingan keilmuan,” ujarnya.

Pembicara lain, Zulkarnain Zubairi, yang lebih dikenal Udo Z. Karzi, yang menggagas petisi tentang pendirian FIB di Universitas Lampung.

Menurut Zulkarnain, seniman, budayawan, tokoh, dan masyarakat umumnya hanya bisa sebatas mendorong dan mendukung pendirian FIB melalui petisi. "Selanjutnyha Unila sendiri sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berwenang melanjutkan," katanya

Dia hanya menyayangkan tanggapan yang muncul dari kalangan akademisi Unila  sangat pragmatis. Antara lain, mengatakan FIB hanya akan melahirkan pengangguran baru.  

Mengutip Melani Budianta, Zulkarnain mengatakan, lulusan FIB sangat fleksibel bekerja di mana saja dan memiliki daya saing. "Mereka memiliki kemampuan untuk mengkaji berbagai masalah sosial budaya dan mencari solusi bagi patologi sosial dalam masyarakat pluralistik seperti Lampung."

Keunggulan lain dari lulusan FIB adalah kemampuan menulis dan penguasaan bahasa asing, sehingga mereka lebih mampu bersaing dalam masyarakat. Terlebih lagi dalam perkembangan ekonomi kreatif.

Namun, bagi Zulkarnain, yang terpenting dari keberadaan FIB ini adalah bagaimana ilmu budaya dikembangkan secara lebih terlembaga di fakultas. "Ilmu budaya itu meliputi antara lain bahasa, sastra, sejarah, dan budaya sendiri. Saatnya Lampung menyumbangkan ilmu budaya bagi Indonesia dan dunia." (S1)

Sumber: Lampost.co, Kamis, 27 Maret 2014

No comments:

Post a Comment