September 29, 2014

Orang Lampung Akrab dengan Sastra Sejak Lama

ORANG Lampung seringkali menggunakan kata sindiran, ungkapan, kata-kata bersayap, pepatah atau peribahasa dengan ungkapan kata-kata indah lagi bernas serta mengandung arti yang mendalam.

"Masyarakat Lampung telah lama mengenal bahasa, aksara, sastra. Termasuk peribahasa yang merupakan bagian dari sastra," kata Iwan Nurdaya-Djafar saat Diskusi Buku Petatah-Petitih Lampung karya Iwan Nurdaya-Djafar dan Lelaki Dari Timur, Man from the East karya Mohsen Al-Guindy, Sabtu (27/9).


September 27, 2014

[Buku] Sastra Lisan Lampung sebagai Kearifan Lokal

Oleh Udo Z. Karzi**



Buku
Iwan Nurdaya-Djafar. 2013. Pepatah-Petitih Lampung. Sukadana: Dewan Kesenian Lampung Timur. xiii + 105 hlm.

SASTRA juga disebut  seni berbahasa dengan posisi yang sama dengan bentuk kesenian lainnya. Sastra tidak hanya dianggap sebagai alat penghibur, tetapi juga sebagai bentuk pengekpresian perasaan pengarangnya dengan menggunakan seni kebahasaan yang indah. Sastra dipertimbangkan sebagai karya seni karena pada pembangunan karya sastra para pengarangnya tidak memilih kata-kata secara acak tanpa memperhatikan nilai-nilai keindahan yang menjadi bagian wajib pada karya sastra. Seperti puisi, seorang penyair harus memperhatikan rima dan nada dari puisi yang dibangunnya dengan memilih kosakata yang tepat, sehingga karya sastra tersebut dapat menyampaikan apa yang menjadi tujuan pengarang tanpa harus mengurangi nilai bahasa.

Dalam khazanah sastra lama, berkembang sastra lisan yang karena kelisanannya jarang diketahui siapa pengarangnya atau pengarangnya yang tidak mau mengaku telah menciptakan karya sastra (?)


September 21, 2014

[Lampung Tumbai] Membunuh dan Dibunuh

Oleh Frieda Amran
Penyuka sejarah, bermukim di Belanda


Radin Inten II
SEPENGETAHUAN JHT, orang Lampung adalah satu-satunya masyarakat yang tidak memiliki raja—yang memerintah dan memimpin seluruh atau sebagian daerah itu. Radeen Intang yang mulai berkiprah sejak 1808 bukan pengecualian. Dengan bantuan perompak-perompak Linga, ia berhasil berkuasa. 

Konon, Radeen Intang merupakan keturunan dari Dara Poeti—anak sulung Sabatang sehingga berhak berkuasa atas orang Lampung—yang merupakan keturunan dari anak bungsu Sabatang. Akan tetapi, entah dari mana sumbernya, JHT menyatakan anak-anak Sabatang, kecuali anak bungsu, meninggal dunia tanpa keturunan.

[Refleksi] Diskusi

Oleh Djadjat Sudradjat


DI negeri ini  kata "diskusi" kerap memunculkan konotasi tak sedap. Ia sebuah forum tukar pikiran, dialog, perdebatan, ruang mencari solusi sebuah soal, yang mestinya menyehatkan. Tapi, kemudian dipahami sebagi aktivitas banyak bicara tapi hampa makna. Sebab, sejak lama diskusi memang tak bertemu tuju. Diskusi berpokok dan bersoal tapi tak mengubah suatu hal. Ia akan seperti sedia kala.

Suasana akan kembali gaduh pada diskusi selanjutnya. Tapi, justru karena problem tak pernah diurai, diskusi justru jadi penting. Setidaknya ia jadi ruang "katarsis". Ruang penglepasan. Kanal yang meletupkan seluruh kejengkelan rupa-rupa problem. (Bukankah ini jauh lebih baik dari anarkisme di ruang publik?)  

September 17, 2014

Gubernur Ridho Ficardo akan Penuhi Janji Kampanye

Oleh Agusta Hidayatullah

GUBERNUR Lampung M Ridho Ficardo berjanji setelah 100 hari masa kepemimpinannya, akan memacu kinerja jajaran pemerintahannya untuk mencapai kemajuan daerah ini sehingga dapat memenuhi janji kampanyenya.

Gubernur Lampung M Ridho Ficardo (ketiga dari kanan), didampingi Wagub
Bachtiar Basri dan Kapolda Lampung, saat diskusi peluncuran buku "Dari
Oedin ke Ridho" di Bandarlampung, Rabu (17/9) petang.
(FOTO: LAMPUNG POST/HENDRIVAN GUMAY)
"Seratus hari pertama ini, kami memang terkesan kurang sigap dan tanggap, karena terus terang saya dan Pak Wagub masih penyesuaian. Tapi setelah ini, kami akan menaikkan ritme kerja kami agar harapan masyarakat untuk Lampung yang lebih baik dapat segera tercapai," kata Ridho, gubernur termuda hasil pilkada langsung, dalam peluncuran dan diskusi buku "Dari Oedin ke Ridho Kado 100 Hari Pemerintahan M Ridho Ficardo-Bachtiar Basri", di Bandarlampung, Rabu (17/9) petang.


September 15, 2014

Buku 100 Hari Gubernur Ridho Telah Terbit

Oleh Budisantoso Budiman


Cover depan buku Dari Oedin ke Ridho: Kado 100
Hari Pemerintahan M Ridho Ficardo-Bachtiar Basr
i.
BUKU kumpulan artikel para pihak berjudul Dari Oedin ke Ridho: Kado 100 Hari Pemerintahan M Ridho Ficardo-Bachtiar Basri telah terbit dan siap diluncurkan untuk dibedah bersama-sama isinya.

Penerbitan buku menyambut 100 hari pemerintahan Gubernur Lampung M Ridho Ficardo-Wagub Bachtiar Basri ini merupakan kerja sama Indepth Publishing dan Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Hak Asasi Manusia (PKKPHAM) Fakultas Hukum Universitas Lampung bersama sejumlah pihak lainnya, menurut Tri Purna Jaya, dari Indepth Publishing, di Bandarlampung, Senin (15/9), telah selesai penerbitannya dan siap diluncurkan dalam waktu dekat.


September 14, 2014

Fakta dan Fiksi Lampung

Oleh Beni Setia


WUJUD sampul kumpalan cerpen Isbedy Stiawan Z.S. ini, Perempuan di Rumah Panggung (Siger Publiser, Lampung: 2013), unik. Seorang wanita, dengan dandanan modern, bersendiri menunggu di puncak tangga, menatap ke kejauhan. Warna kusam kersang berjamur mengesankan kelampauan, keterbiarkanan, kontras dengan kostum  yang kekinian. Alhasil, terhembus saran, itu nostalgia.

TAPIS CARNIVAL. Pergelaran Parade Lampung Culture dan Tapis Carnival
IV bertajuk The Legends and Glories of Lampung Culture merupakan
rangkaian puncak Festival Krakatau 2014, Minggu (31/8). Kegiatan itu
dibuka Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI
Sapta Nirwandar. (LAMPUNG POST/ZAINUDDIN)
Sebuah fakta. Seakan-akan yang akan diceritakan itu melulu kenyataan, hingga buru-buru dimentahkan dengan catatan tebal: Kitab Cerpen—mutlak fiksi. Dan si buku setebal 152 + viii halaman itu memang memuat 14 fiksi. Lalu apa yang dominan dari cerpen-cerpennya itu?


[Lampung Tumbai] Nenek-Moyangku Seekor Naga

Oleh Frieda Amran
Penyuka sejarah, bermukim di Belanda


DI Pulau Jawa, Sulawesi, dan di tempat-tempat lain hanya Raja saja yang boleh dianggap sebagai keturunan dewa atau makhluk-makhluk langit yang turun ke bumi. Berbeda halnya dengan di Lampung. Semua orang Lampung mempunyai cikal-bakal yang tinggi.

Tapis Naga. (http://megabordir.blogspot.com)
Menurut cerita, nenek-moyang orang Lampung adalah seekor naga atau ular yang terbang dan akhirnya mendarat di ujung selatan Pulau Sumatera. Ia menetaskan beberapa butir telur. Setiap butir telur itu menjadi nenek-moyang salah satu marga. Legenda kedua tentang asal-mula orang Lampung mengisahkan tentang seorang lelaki yang tinggal di daratan Asia. Ia bernama Walli-Ollah. Ia berlayar di atas sebuah kapal yang terbuat dari kain berwarna putih. Namanya dan kain putih yang menjadi kapalnya menunjukkan kesaktiannya. Setelah berpetualang ke mana-mana, ia akhirnya mendarat di Pulau Sumatera, di sebelah utara Lampung.


September 8, 2014

Tukang Tulis Plus

Oleh Jauhari Zailani


Jauhari Zaelani
(ilustrasi nefosnews.com)
KETIKA remaja, saya tinggal di Yogya. Sebagai anak muda ada dua pekerjaan yang saya kagumi yaitu sastrawan dan wartawan. Banyak teman yang mentertawakan, karena aneh. Teman sebaya amat kagum dan ingin menjadi dokter, insinyur, tentara atau pilot. Untuk apa menjadi wartawan? Jadi tentara, gagah. Jadi insinyur, kaya. Menjadi dokter, kaya dan bersih. Menjadi pilot, bisa melihat dunia dari langit, seperti Gatotkaca.

Tidak. Wartawan juga keren. Ada yang tetap konsisten menjadi wartawan saja hingga mati. Tetapi ada yang menambah profesi lain, misalnya menjadi pedagang. Setelah menjadi wartawan, banyak yang berhasil mendirikan usaha yang berhubungan dengan bisnis Pers. Bahkan banyak pula yang berubah menjadi pedagang saja, atau menjadi politisi kemudian menjadi pejabat. Meski banyak juga yang memanfaatkan kewartawanannya, menjadi penjahat. Memeras pejabat yang jirih, memalak pengusaha yang berkutat rezeki di birokrasi. Bahkan, menjadi wartawan bisa menjadi alat baru “ngemis” kesana-kemari.


Bersenyum Manis dari Pringsewu Raih Saidatul Fitriah 2014

BANDAR LAMPUNG, TRIBUN -- Endri Y, jurnalis harian Koran Editor, memenangkan Penghargaan Saidatul Fitriah 2014 dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung. Karya jurnalistiknya yang menelusuri fenomena pekerja seks komersial (PSK) di Pringsewu menyisihkan dua karya jurnalistik lain yang menjadi nominator.

Ketua AJI Bandar Lampung Yoso Mulyawan (kiri) menyerahkan Penghargaan
Saidatul Fitriah 2014 kepada Endri Y, jurnalis Koran Editor (tengah).
Bersamaan dengan itu, diserahkan pula Penghargaan Kamaroeddin 2014
kepada Udo Z Karzi (kanan).
Menurut Dewan Juri terdiri dari H.S. Tisnanta, Budisantoso Budiman, dan Fadilasari, Endri dalam berita berserinya mengabarkan secara berkelanjutan mengenai kondisi seorang PSK yang memutuskan berhenti menjalani aktivitasnya.


September 7, 2014

Zulkarnain Zubairi Raih Penghargaan Kamaroeddin

JURNALIS Lampung Post, Zulkarnain Zubairi, dianugerahi Penghargaan Kamaroeddin oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung dalam malam puncak HUT ke-20 AJI, Sabtu malam, di Kafe Rumah Putih, Gotongroyong, Bandar Lampung.

Ketua Juri Tisnanta mengatakan Zulkarnain Zubairi dipilih sebagai pemenang karena berkontribusi besar terhadap perkembangan karya jurnalistik bertema budaya Lampung. Jurnalis yang juga biasa disapa Udo Z. Karzi ini juga dinilai konsisten dalam menggerakkan penulis muda di Lampung untuk berkarya, terutama menyangkut aspek lokalitas Lampung.

Indepth Publishing Siapkan Buku 100 Hari Gubernur Lampung

Oleh Gatot Arifianto

INDEPTH Publishing bekerjasama Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Hak Asasi Manusia (PKKPHAM) Fakultas Hukum Universitas Lampung, siap menerbitkan buku "Dari Oedin ke Ridho, Kado 100 Hari Pemerintahan M Ridho Ficardo-Bachtiar Basri".

Menurut pegiat PKKPHAM FH Unila, Dr HS Tisnanta, di Bandarlampung, Minggu (7/9), buku itu berupa kumpulan tulisan para penulis dari berbagai kalangan, yaitu akademisi, budayawan, peneliti, jurnalis, dan aktivis di Lampung tentang berbagai persoalan Lampung saat ini.

Udo Z Karzi Raih Kamaroeddin Award 2014

Oleh Budisantoso Budiman


JURNALIS, penulis sekaligus pegiat seni dan budaya khususnya sastra dan bahasa Lampung Zulkarnain Zubairi (Udo Z Karzi) meraih Kamaroeddin Award 2014 yang diberikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung pada Malam Refleksi 20 Tahun AJI sekaligus penganugerahan penghargaan, di Kafe Merah Putih Bandarlampung, Sabtu (6/9) malam.

Udo Z Karzi (tengah) saat menerima Kamaroeddin Award 2014
diserahkan wakil keluarga Alm Kamaroeddin, di Bandarlampung,
Sabtu (6/9) malam. (FOTO: ANTARA LAMPUNG/Budisantoso Budiman)
Dewan juri menilai, Zulkarnain Zubairi konsisten sebagai jurnalis dan penulis yang tidak hanya mampu menuliskan dan mengangkat problematika sosial politik dan kemasyarakatan dengan kemampuan jurnalistik yang dipunyai, tapi juga konsisten dalam berkiprah mengangkat budaya Lampung khususnya bahasa dan sastra Lampung yang terancam punah, sehingga tetap menjadi lestari, berkembang, dikenal publik dan eksis sampai saat ini.


[Buku] Menyandingkan Cerpen-Sketsa, Menghormati Kebhinnekaan

Data BukuDaun-Daun HitamYuli Nugrahani dan Dana E. Rachmat
Indepth Publishing dan Caritas Tanjungkarang
I, Agustus 2014
X +90 hlm.

MENJELANG peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, sebuah buku kumpulan cerita pendek (cerpen) dan sketsa diterbitkan untuk para pembaca sastra dan penggiat sosial. Dua segmen ini dituju terkait dengan maksud penerbitan buku ini seperti yang ditulis pada halaman awal buku, “Untuk menghormati kesejatian manusia yang memiliki keragaman cara pandang, budaya, etnis, dan keyakinan.”

Buku ini memuat 12 cerpen dari cerpenis Lampung, Yuli Nugrahani, dan 12 sketsa yang dibuat pelukis Lampung, Dana E. Rachmat. Sebanyak 12 cerpen dan 12 sketsa ini menggambarkan kesederhanaan yang mencuat dari keragaman masyarakat, khususnya masyarakat Lampung. Hal-hal yang sepele yang mudah kita jumpai sehari-hari di sekitar kita, itulah yang muncul dari padanya.


Udo Z. Karzi Raih Penghargaan Kamaroeddin

BANDARLAMPUNG - Zulkarnain Zubairi atau yang lebih dikenal dengan Udo Z. Karzi meraih Penghargaan Kamaroeddin pada malam refleksi 20 tahun Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung yang digelar di Kafe Rumah Putih yang beradi di Kelurahan Gotongroyong, Tanjungkarang Pusat, tadi malam.

Dia dinilai memiliki konsistensi sebagai budayawan Lampung. Udo Z. Karzi menyisihkan nominator lainnya dalam meraih penghargaan tersebut, yakni Iswadi Pratama, LBH, S.B. Laila, dan Uki M. Kurdi.

September 6, 2014

Kota Lama, Kota Baru, Kota Kreatif

Oleh I.B. Ilham Malik


DALAM menilai sebuah kota, tentang kondisinya saat ini dan juga dalam memproyeksikan masa depannya nanti yang berbentuk seperti apa, kita tentu tidak bisa meninggalkan apalagi menanggalkan sejarah terbentuknya kota itu sendiri. Kita sebut saja misalnya ketika kita membicarakan dan juga membandingkan tentang tata ruang Kota Metro dan Kota Bandar Lampung.

Sebab, sejarah terbentuknya kota itu sendiri berbeda-beda. Proyeksinya juga berbeda, sehingga bentukannya pada masa kini menjadi juga berbeda. Karena itu, kita tentu perlu secara objektif melihat dan juga menilai kondisi suatu kota, yang mana sebaiknya tidak terlepas dari sejarah pembentukannya sendiri pada zaman awalnya dahulu. Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas secara spesifik sejarah kota-kota kita, terutama membahas tentang sejarah Kota Metro dan Kota Bandar Lampung.