September 29, 2013

[Lentera] Kesiapan Entus untuk Lagu Lampung

"KALAU memang harus menunggu kami para seniman ini mati, baru lagu-lagu Lampung bisa terkenal, kami siap. Kami terima itu sebagai risiko agar karya-karya kami dihargai," kata Entus Alrafi tanpa ekspresi.

Entus Alrafi
Entus memang tak sedang berteori, tetapi ia mengaku ada kecenderungan seperti itu. Banyak lagu yang baru dikenal dan terkenal setelah penciptanya meninggal. "Bukan meninggalkan, tetapi meninggal dunia dalam arti sebenarnya. Lihat saja bagaimana perkembangan lagu-lagu Lampung saat ini," ujar Entus, mantan ketua Komite Musik Dewan Kesenian Lampung (DKL) ini.


[Fokus] Lagu Lampung, Terang dari Negeri Orang

LAGU-LAGU Lampung kurang bersinar di rumah sendiri. Sementara daerah luar Lampung memberi apresiasi dan menyediakan panggung untuk lagu-lagu Lampung.

Syair-syair lagu Lampung yang dinyanyikan Darmawan Saputra itu terdengar amat menyayat. Suaranya terkadang sendu seperti merintih. Di aula SMAN 2 Kalianda itu, keempat orang; Rohili Robinson (gambus); Muslim Junai (akordion), Supriyono (gong), dan Darmawan Saputra, sembari menyanyi sesekali menabuh gendang.


[Fokus] Perjalanan Maestro Lagu Lampung

Syaiful Anwar
SEBINGKAI foto ukuran 50R itu seolah menjadi monumen bagi Syaiful Anwar (62). Didesain gambar berlatar belakang Gubernur Sjahroedin Z.P. itu, Syaiful dan 12 anak adalah prasasti tentang peluncuran lagu pop Lampung anak-anak. “Ini kenangan pahit,” kata dia datar.

Ditemui di rumahnya di Perumnas Kuripan, Telukbetung Barat, Syaiful Anwar hanya menumpahkan berbagai kekesalannya tentang perkembangan musik Lampung. Mulai dari pemerintah yang tak peduli, masyarakat yang acuh tak acuh, sampai seniman pembajak yang asal ngebul.


[Fokus] Lagu Lampung, Konser tanpa Penonton

LAGU Lampung telah kehilangan pentasnya. Apresiasinya kurang, dukungan pemerintah nol, dan seniman saling jegal untuk keuntungan sesaat.

PERTUNJUKAN MUSIK LAMPUNG. Sejumlah seniman mendendangkan irama
mengiringi sebuah lagu Lampung.
 Seperti kapal pecah di tengah laut dan penumpangnya menyelamatkan diri masing-masing. Seperti itulah seniman Lampung, Syaiful Anwar menyebut perkembangan lagu Lampung kini.


September 28, 2013

Spirit Krakatau dan FK

 Oleh Syaiful Irba Tanpaka

DISKUSI Lampung Bangkit II yang ditaja Lampung Post (17-8) dengan tema Membumikan Festival Krakatau (FK) masih menyisakan percikan pemikiran yang profetik. Opini yang diterbitkan Lampung Post menandai hal itu.

Isbedy Stiawan dengan tulisan Menuju FK yang Membumi (19-9) yang merupakan pandangan-pandangannya yang disampaikan saat diskusi. Atau Karina Lin dengan tulisan berjudul Festival Krakatau yang Galau (25-9), yang memandang perlunya revisi bagi penyelenggaraan FK agar membumi dan (membooming-pen). Karena itu, saya menjadi tergelitik untuk ikut memberi iuran pemikiran.


September 25, 2013

[Surat Pembaca] Muhammad Ridho Ficardo Bagian dari Penyimbang Adat Pepadun

MENANGGAPI surat pembaca yang terbit di Lampung Post, Rabu (18-9), dengan judul Mempertanyakan Kepenyimbangan Adat Muhammad Ridho Ficardo. Tokoh Adat Kotabumi Ilir Marga Nunyai, Lampung Utara (Lampura), gelar Nadikiyang Suttan Minak Yang Abung, Akuan Abung, sangat menyayangkan adanya pernyataan yang dibuat Yan Murod, gelar rajo setio buai kunang rio limo, Gedongmeneng, Bandar Lampung.

Di dalamnya menyatakan Ridho Ficardo, gelar suttan rajo adat, tidak pantas sebagai penyimbang Adat Pepadun, bahkan dirinya mempertanyakan kembali pemahaman dan pengetahuan beliau tentang tata titi adat, khusus Lampung Pepadun.


Festival Krakatau yang Galau

Oleh Karina Lin


TULISAN ini mengomentari sekaligus menambahkan opini yang dimuat Lampung Post, Kamis (19-9), berjudul Menuju FK (Festival Krakatau) yang membumi di Lampung. ?Opini tersebut tentu saja dilihat dari judulnya jelas sekali memaparkan pandangan-pandangan penulisnya, yakni Sastrawan Lampung Isbedy Stiawan mengenai hal ikhwal penyelenggaraan Festival Krakatau (FK).

Secara mendasar, saya menyetujui pandangan-pandangan yang dipaparkan penulis tersebut. Salah satu bagian dari tulisan itu sebagai berikut: ?Selama ini FK berada di awang-awang atau lebih tegasnya tidak berpijak di tanah, dus dengan demikian pantaslah jika FK memang kurang memasyarakat dan asing di masyarakat Lampung sendiri... Masih banyak masyarakat Lampung yang acap tidak tahu tanggal penyelenggaraan FK?.


September 24, 2013

Bisakah Sekolah Merevitalisasi Bahasa Lampung?

Oleh Kristian Adi Putra


TERDAPAT tiga pola pengajaran suatu bahasa di sekolah: (1) penggunaan bahasa tersebut sebagai bahasa pengantar proses kegiatan belajar-mengajar, (2) penerapan program dwibahasa (bilingual), dan (3) pengajaran bahasa tersebut sebagai salah satu mata pelajaran. Dari sudut pandang teori pemerolehan bahasa, pola pertama dan kedua memang terkategori paling efektif, karena siswa langsung berada di lingkungan tempat bahasa itu digunakan. Siswa tidak hanya mendapatkan model penggunaan bahasa yang baik (comprehensible input), tetapi juga dipaksa untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif (pushed output) dalam berbagai macam pelajaran.

Pola pengajaran ketiga terkategori sebagai pola terlemah dalam pembelajaranbahasa. Ibarat seorang siswa belajar berenang, siswa hanya bertemu kolam renangdi saat jam pelajaran olahraga. Di luar jam olahraga, siswa hanyamengingat-ingat bagaimana caranya renang dan bagaimana bentuknya kolam renang.Tentu saja, belajar bahasa lebih kompleks dari analogi ini. Tetapi, memangaspek keberlanjutan pemakaian bahasa di luar jam pelajaran bahasa tersebutinilah yang sebenarnya paling krusial dan tampak hilang kalau pola ini diterapkan.


September 23, 2013

Perselingkuhan Intelektual

 Oleh Oki Hajiansyah Wahab


TULISAN ini terinspirasi tajuk Lampung Post berjudul Perselingkuhan Profesi, Jumat (20-9), dan artikel Kompas Legasi Intelektual yang ditulis Suwidi Tono, Kamis (19-9). Perdebatan terkait kiprah intelektual dan politik memang bukanlah perdebatan baru, hal ini adalah perdebatan epik dari masa ke massa.

Soetandyo Wignyosobroeto (2010) menjelaskan perdebatan semacam ini mulai lahir pascaera Renaissance, dengan peran universitas semakin eksis seiring tumbuhnya negara-negara nasional di Eropa Barat yang kala itu berlomba meningkatkan kekuatan finansial, industrial, dan militernya.


September 22, 2013

[Buku] Menuju Cahaya dari Gelap Gulita Korupsi

Data buku
Moral, Hukum, dan Keadilan di Tengah Pusaran Korupsi
Slamet Hariyadi
Indepth Publishing, Bandar Lampung
I, Juni 2013
128 hlm.
MUNCULNYA praktik korupsi kepada aparat penegak hukum sangat akrab kaitannya dengan moral yang dimiliki aparat penegak hukum itu sendiri. Moral yang sering diartikan sebagai hukum dengan bentuk perintah dan larangan yang mengatur perilaku manusia dan masyarakat di mana manusia itu berada, menunjuk pada suatu konsep yang keseluruhannya memaknai suatu perbuatan itu berkenaan dengan hakikat nilai, dan dalam perkembangannya di masyarakat lazim dikenal dengan moralitas.

Dengan melihat realitas sosial yang ada, moral sebenarnya bisa terekonstruksi menjadi individu-individu yang ingin keluar dari blokade hukum modern, yang tidak memiliki roh moralitas. Secara sosiologis, kehidupan sosial masyarakat kita sangat kuat oleh nilai-nilai budaya, yang meskipun beragam, berlabuh pada moral dan keyakinan religius masing-masing. Karena itu, pemberantasan korupsi untuk menegakkan hukum yang adil hampir sulit tanpa melibatkan moral dari tiap-tiap individu.


September 20, 2013

[Tajuk] Perselingkuhan Profesi

EKSISTENSI setiap profesi selalu hadir di tengah persinggungan dua arus deras kepentingan, yaitu kepentingan publik dan elite. Orientasi semata kepada kepentingan publik mestinya menjadi tolok ukur martabat sebuah profesi.

Martabat profesi menjadi harga mati pada profesi yang bersifat tertutup. Sebab, ia memiliki syarat yang sangat ketat, seperti sekolah formal, memiliki undang-undang profesi, izin praktik, kode etik, dan code of conduct.


Etika Profesi: Kepentingan Politik Harus Dilepaskan

BANDAR LAMPUNG (Lampost) Sejumlah organisasi profesi di Lampung menyikapi serius posisi mereka terkait tahun politik. Untuk memelihara independensinya, mereka harus melepaskan diri dari kepentingan dunia politik.

Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Bandar Lampung Yoso Mulyawan mengatakan godaan politik uang dapat menggerus idealisme profesi lumrah terjadi pada organisasi profesi berbasis massa yang banyak. Sebab, mereka sulit mengawasi tiap anggotanya.


Sulaman Maduaro Harumkan Lampung

JAKARTA (Lampost): Sulaman maduaro dari Tulangbawang menjadi satu dari lima kabupaten/kota dan provinsi se-Indonesia yang mendapatkan penghargaan Dekranas Award 2013, dalam kategori kriya tekstil, di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (19-9).

Selain itu, Dekranasda Tulangbawang juga menjadi wakil Lampung dalam ajang peranti saji tingkat nasional dari 197 kabupaten/kota se-Indonesia yang pemenangnya akan diumumkan pada Minggu (22-9).Penghargaan diterima Ibu Trully Sjachroedin Z.P., sebagai pembina Dekranasda Kabupaten/Kota Provinsi Lampung, dari Ibu Herawati Boediono.


September 19, 2013

Menuju FK yang Membumi di Lampung

Oleh Isbedy Stiawan Z.S.


MEMBUMIKAN Festival Krakatau. Itulah tema diskusi Lampung Post kali ini menjelang gelar tahunan Pemerintah Provinsi Lampung, Festival Krakatau (FK) XXIII. FK yang sudah lebih 23 tahun ini, pada 2013, dipusatkan di Kabupaten Lampung Selatan dan berlangsung dari 12 hingga 20 Oktober.

Kata ?membumikan? dari tema diskusi ini, berarti selama ini FK berada di awang-awang atau lebih tegasnya tidak berpijak di tanah, dus dengan demikian pantaslah jika FK memang kurang memasyarakat dan asing di masyarakat Lampung sendiri. Betapa tidak, indikasi ini bisa bariskan di sini. Masih banyak masyarakat Lampung yang acap tidak tahu tanggal penyelenggaraan FK, walaupun pihak penyelenggara akan membela diri bahwa publikasi sudah gencar dilakukannya.


[Fokus] Membumikan Festival Krakatau

Meskipun sudah memasuki kali ke-23, gaung Festival Krakatau (FK) tidak sedahsyat letusan Gunung Krakatau yang mengguncang dunia pada 1883. Malah yang terasa dari tahun ke tahun, event budaya tahunan ini makin hambar saja.

NAMA festival sih tidak salah-salah, mengambil nama Krakatau, gunung berapi teraktif yang letusannya menggelegarkan dunia pada 26?27 Agustus 1883. Inilah event utama di provinsi ujung pulau untuk memperkenalkan budaya dan wisata Lampung bagi wisatawan Indonesia dan dunia. Namun, sebagai salah satu ikon pariwisata Lampung, festival ini kurang mendapat apresiasi dari masyarakat Lampung sendiri.


[Fokus] Spirit Krakatau dan Sejarah yang Terabaikan

SEBUTLAH Krakatau, yang segera terbayang adalah sebuah kekuatan mahadahsyat. Mungkin karena ingin mengambil spirit Krakatau, yang diselenggarakan Pemprov Lampung mengambil nama Festival Krakatau.

Namun, yang terjadi besar nama tapi kosong isi. "Festival Krakatau telah kehilangan ruh. Kalau FK mau membumi, tidak bisa tidak spirit Krakatau harus dikembalikan. Event ini harus punya daya ledak yang mampu menghentak dan memukau banyak orang. Jangan elitis," kata mantan Ketua Harian Dewan Kesenian Lampung (DKL) Syaiful Irba Tanpaka.


Etika Profesi: Organisasi Profesi Harus Jaga Martabat

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Organisasi profesi harus bisa menjaga martabat dan kepercayaan (trust) di tahun politik saat ini.

Godaan politik uang jangan sampai menggerus idealisme profesi, terlebih jika dilakukan hanya demi kepentingan sesaat. "Organisasi profesi yang tidak bisa menjaga trust harus ditata ulang," kata akademisi Universitas Lampung, Sudjarwo, melalui sambungan telepon, Rabu (18-9).


Museum Lampung Perlu Perhatian

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Sebanyak 4.747 koleksi benda bersejarah yang tersimpan di Museum Lampung membutuhkan perhatian dari pemerintah dan masyarakat agar terus eksis sebagai warisan budaya bangsa.

Menurut Kepala UPTD Museum Negeri Provinsi Lampung Zuraida Kherustika, mengirim benda ke museum memang menjadikan benda itu mati, dengan kata lain dimuseumkan atau dimatikan. Namun, pandangan kuno tersebut harus segera ditinggalkan.


Disbudpar Lantik Saka Pariwisata

PAHOMAN (Lampost): Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Lampung melantik 25 pengurus majelis pembimbing saka dan pimpinan satuan karya pramuka pariwisata tingkat daerah Lampung masa bakti 2010?2015. Diharapkan, pembentukan saka pariwisata ini menjadi wadah pembentukan pramuka yang memiliki keterampilan di bidang pariwisata sebagai pemandu atau penyuluh wisata.

Kepala Disbupar Lampung Masri Yahya mengatakan pelantikan yang digelar di aula Disbudpar Lampung, kemarin (18-9) itu, memang sudah ditunggu dan disiapkan tiga bulan sebelumnya karena Lampung merupakan salah satu dari sembilan daerah yang menjadi dasar terbentuknya saka pariwisata nasional.


September 18, 2013

[Surat Pembaca] Mempertanyakan Kepenyimbangan Adat Muhammad Ridho Ficardo

PARA penyimbang adat Pepadun mempertanyakan status/setara kedudukan/Hejong Ridho Ficardo sebagai penyimbang adat Pepadun. Hal ini terkuak dalam pertemuan silaturahmi/halalbihalal penyimbang Saibatin masyarakat adat Lampung pada 14 September 2013, di Istana Kuning Kerajaan Skala Brak, di Sukarame, Bandar Lampung, yang diselenggarakan oleh Pangeran Edwarsyah Pernong Sultan Kerajaan Skala Brak ke-23.

Pada acara tersebut protokol mengumumkan kehadiran tamu undangan, antara lain Kapolda Lampung Brigjen Heru Winarko, Ricko Menoza S.Z.P. kapasitas selaku bupati Lampung Selatan, Mukhlis Basri kapasitas selaku bupati Lampung Barat, dan Ridho Ficardo kapasitas selaku Partai Demokrat Lampung. Kemudian, Abdurrachman Sarbini selaku wakil dari Megow Pak Tulangbawang, Wakil Pimpinan Umum Lampung Post Djadjat Sudradjat, Kol. Czi. Amalsyah Tarmizi, dan tokoh masyarakat beserta para penyimbang marga dan Saibatin marga se-Provinsi Lampung.


September 17, 2013

[Jelma Ram] Putra Bali Majukan Kesenian Lampung

LIWA -- Di mana tanah dipijak di situ langit dijunjung. Pepatah ini melekat erat pada pelaksana tugas (Plt.) Sekretaris Dinas Pariwisata dan kebudayaan Lampung Barat (Lambar) Nyoman Mulyawan maupun istrinya, Nyoman Yuliani.

Setiap Sabtu dan Minggu, di kediamanya di perumahan Pemkab Lambar, tampak ramai kedatangan tamu yang umumnya kaum hawa usia sekolah. Mereka datang meminta dilatih menjadi penari.


Tokoh Adat Bantah Dukung Cagub

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Perwakilan adat dari Paksi Pak Skala Brak membantah acara halalbihalal dan silaturahmi yang digelar di Lamban Gedung Kuning, Sukarame, Bandar Lampung, Minggu (15-9), mendukung salah satu calon gubernur Lampung.

Panitia acara, Damanhuri Fattah, menegaskan pertemuan tersebut hanya sebatas halalbihalal dan silaturahmi empat paksi, yang meliputi Belunguh, Pernong, Bejalan di Way, dan Nyerupa. Selain itu, hanya ada acara penyerahan lambang kerajaan Skala Brak kepada kepala pemerintahan di Lampung.


September 16, 2013

[Surat Pembaca] Bahasa Lampung Punah?

MAK ganta kapan lagi, mak ram sapa lagi. Begitu saya dengar berulang-ulang dari berbagai pihak. Itulah semangat untuk melestarikan bahasa dan budaya Lampung.

Tapi, lihatlah realitas yang terjadi hari ini. Bagaimana adanya kecenderungan dari para pihak di Lampung untuk "menguburkan" bahasa Lampung. Beberapa hal.


Mukri Raih Kamaroeddin Award

TANJUNGKARANG PUSAT (Lampost): Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung menggelar malam penganugerahan Saidatul Fitriah dan Kamaroeddin Award untuk kalangan jurnalis dan nonjurnalis yang konsisten memperjuangkan karyanya. Penghargaan diberikan pada resepsi HUT ke-19 AJI di Kafe Dawiels, Tanjungkarang Pusat, Sabtu (14-9).

Penghargaan Kamaroedin 2013 diberikan kepada Mukri Friatna, aktivis lingkungan, mantan Direktur Walhi Lampung, yang kini menjabat deputi Walhi nasional. Penghargaan Kamaroeddin ini diberikan kepada orang atau lembaga yang dinilai memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan jurnalisme dan demokrasi di Lampung.


Saibatin dan Pepadun Harus Bersatu

BANDAR LAMPUNG (Lampost):  Lampung harus bersatu dan menjadi contoh bagi suku lainnya. Tidak ada lagi pengelompokan diri antara Saibatin dan Pepadun.

Demikian dikatakan Raja Kerajaan Sekala Brak Edwardsyah Pernong saat halalbihalal dan silaturahmi para sebatin marga dan para penyeimbang marga dengan Sultan Paksi Pak Kerajaan Skala Brak Lampung, di Sukarame, Sabtu (14-9).


September 15, 2013

Mukri Friatna Raih "Penghargaan Kamaroeddin" 2013

BANDARLAMPUNG - Mukri Friatna, mantan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) daerah Lampung yang kini aktif di eksekutif nasional Walhi Jakarta, meraih "Penghargaan Kamaroeddin" 2013 yang diberikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung.

Mukri Friatna aktivis Walhi yang meraih "Kamaroeddin Award" 2013
diberikan AJI Bandarlampung, Sabtu (14/9) malam.
(Foto: ANTARA LAMPUNG/Budisantoso Budiman)

Bengkel Jagal-Nasib Mutiara Raih "Saidatul Fitriah Award" 2013

BANDAR LAMPUNG - Dua jurnalis muda di Lampung meraih Penghargaan Saidatul Fitriah ("Saidatul Fitriah Award") 2013 yang dianugerahkan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung pada malam penghargaan di Bandarlampung, Sabtu (14/9).

Malam Anugerah Saidatul Fitriah dan Kamaroeddin 2013 yang digelar
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung, Sabtu (14/9).
(Foto: ANTARA LAMPUNG/Budisantoso Budiman)
Dewan juri (Dr Tisnanta SH MH, Budisantoso Budiman, dan Herdi Mansyah AIB) memutuskan peraih Penghargaan Saidatul Fitriah 2013 untuk karya jurnalistik terbaik tahun 2013 adalah juara kembar/juara bersama, yaitu Ari Suryanto jurnalis Harian Umum Radar Lampung dengan karya jurnalistik tentang bengkel jagal di RSU Dr H Abdul Moeloek Bandarlampung yang menuliskan instalasi forensik RS milik Pemprov Lampung ternyata menggunakan peralatan kurang memadai, dan Noval Andriansyah jurnalis Harian Umum Tribun Lampung dengan karya jurnalistik Mutiara yang terbuang.


[Perjalanan] Menikmati Denyut Dermaga Kotaagung

GELOMBANG tinggi menghempas, perahu-perahu terombang-ambing. Namun, aktivitas warga di Dermaga II Kotaagung, Tanggamus, tetap berjalan. Sementara pemancing, penikmat suasana, penyantai justru menikmati pemandangan.

Kawasan Teluk Semaka, Kotaagung, Tanggamus, Jumat (13-9) siang. Matahari merambat dan mulai merebah ke barat. Angin bukan lagi berdesir, tetapi menyapu laut dan membawa serta lapisan air ke pinggir.

[Fokus] Pah Bubahasa Lampung

BAHASA Lampung kini hanya terdengar di ruang-ruang sempit. Salah satu ruang sempit itu adalah Desa Bawang, Kecamatan Punduhpidada, Kabupaten Pesawaran.

?Nyak kak khua pulu tahun dija. Jadi, kak pandai bubahasa Lampung (Saya sudah 20 tahun di sini. Jadi, sudah bisa berbahasa Lampung).? Kalimat itu diucapkan Nuryanto (43), orang Jawa yang tinggal di Desa Bawang, Punduhpidada, Pesawaran, Rabu (11-9), di pasar setempat. Meski berusaha menekan dan menebalkan intonasi pada lafal huruf l dan memfasihkan huruf r dengan serak, logat Jawanya masih kentara.


[Fokus] Stay Tune di Manjau Debingi

DINGIN yang menusuk dari mesin penyejuk udara di ruang siar 1 RRI Tanjungkarang tak mengganggu hangatnya Susi Ratu Pubian menyapa pendengarnya. Melalui program 1 pada gelombang 90,9 FM, Susi tetap ceriwis memandu program Nemui Nyimah siang itu.

Sesekali ia menjawab panggilan telepon dari penggemar yang me-request lagu pop Lampung. Meski hanya sedikit berbincang dengan si penelepon, Susi Ratu Pubian terus menjejali si penelepon dengan bahasa Lampung yang ringan. Tetapi, jawaban dari ujung telepon kadang menggunakan bahasa Indonesia.


[Fokus] Sifat Orang Lampung Terbuka

HETEROGENITAS penduduk Lampung mempersatukan warganya menggunakan bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Faktor ini alamiah dan tanpa interes.

Lulus kuliah di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah, Sustiyanti begitu girang saat lamarannya menjadi pegawai di Kantor Bahasa Provinsi Lampung tahun 2000. Bukan cuma soal status kariernya, perempuan asal Pemalang, Jawa Tengah, ini sedang gandrung meneliti budaya daerah.


September 13, 2013

Pelestarian Budaya Butuh Payung Hukum

PRINGSEWU -- Pelestarian budaya menjadi sulit apabila hanya mengandalkan masyarakat biasa. Menurut Ketua Sanggar Bunga Nilam Pardasuka Syafrizal, satu-satunya cara efektif dalam pelestarian budaya adalah adanya payung hukum, yaitu peraturan daerah (perda) tentang budaya.

Dia menilai kalau tidak ada perda masyarakat akan bingung karena tidak jelas hak dan kewajibannya. ?Mau menuntut ke mana kita kalau kekurangan dana,? ujar dia.


Budaya Makin Tergerus Zaman

PRINGSEWU -- Kebudayaan yang merupakan buah karya para leluhur saat ini terus tergerus akibat pesatnya kemajuan zaman. Bahkan, banyak tokoh mulai terlupakan keberadaannya sebagai masyarakat yang memiliki budaya tinggi dan luhur.

Kabupaten Pringsewu, yang merupakan pecahan dari Kabupaten Tanggamus, sesungguhnya memiliki banyak budaya, tetapi akhir-akhir ini budaya itu kurang terekspos karena maraknya hiburan modern.


[ Inspirasi] Buku Mengubah Hidupnya

Silvana Maya Pratiwi
MEMBACA sebuah buku akhirnya menginspirasi dan mengubah kehidupannya. Alasan itu yang membuat wanita satu ini semakin gemar membaca dan berusaha untuk terus mengajak orang lain melakkan hal yang sama. Hingga akhirnya dia mampu mendirikan Rumah Baca Asma Nadia di Lampung.

Nama lengkap wanita itu ialah Silvana Maya Pratiwi. Gadis kelahiran Bandar Lampung, 20 Januari 1992, ini tidak mengawali hobi membacanya ini sejak kecil. Keterbatasan untuk memperoleh buku saat itu menjadi alasan, selain itu dalam keluarganya juga belum menanamkan budaya untuk gemar membaca.


September 12, 2013

[Fokus] Festival Sekala Brak Identitas Budaya Lampung

LIWA -- Tahun depan Festival Teluk Stabas hampir dipastikan berganti nama menjadi Festival Skala Brak. Pergantian nama agenda promosi dan pelestarian adat budaya masyarakat Lampung Barat tersebut dilakukan mengingat nama Teluk Stabas berada di wilayah Pesisir Barat, yakni di Krui, yang kini telah resmi menjadi daerah otonomi Kabupaten Pesisir Barat.

Bagi masyarakat adat, Festival Skala Brak diharapkan lebih menonjolkan identitas adat dan budaya Lampung yang mampu menarik minat wisatawan nusantara dan mancanegara berkunjung ke Lampung Barat. Nama Skala Brak sendiri merupakan nama kerajaan adat Lampung Sai Batin di Lampung Barat yang terdiri dari empat kerajaan Paksi Pak Skala Brak sehingga untuk menyusun agenda dan rangkaian acara juga harus ada keterlibatan masyarakat adat.


[Fokus] Antusiasme Warga di Festival Teluk Stabas

LIWA -- Festival Teluk Stabas (FTS) 2013 atau yang ke-16 dan merupakan yang terakhir baru saja usai digelar. Berbagai kegiatan adat dan budaya digelar dalam agenda ini, yang menghadirkan tamu dari dalam maupun mancanegara.

Pawai budaya nusantara sebagai pembuka kegiatan FTS dipusatkan di Liwa. Setiap kontingen berusaha menampilkan dekorasi dan atraksi yang atraktif agar tampak semarak dan tampil semenarik mungkin.


September 11, 2013

Warga Tuntut Perda Hutan Adat

LIWA (Lampost): Ratusan warga dari empat kecamatan di wilayah Krui, Kabupaten Pesisir Barat, mendatangi kantor DPRD Lampung Barat, Selasa (10-9), untuk menyampaikan surat keputusan Mahkamah Konstitusi terkait keberadaan hutan adat di wilayah masyarakat hukum adat.

Warga meminta DPRD dan Pemkab Lambar menerbitkan peraturan daerah (perda) hutan adat terkait penegasan keputusan MK itu. Koordinator aksi, Nazrul, dalam orasinya menyatakan kedatangan ratusan warga Krui?dari Kecamatan Bengkunatbelimbing, Bengkunat, Ngambur, dan Pesisir Selatan?ke kantor DPRD Lambar itu untuk membacakan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) dan surat edaran menteri kehutanan terkait hutan adat yang berada di wilayah hukum adat. Tujuannya, mendesak Pemkab dan DPRD Lampung Barat membuat peraturan daerah untuk mempertegas keputusan tersebut.


September 10, 2013

Kembalikan Kamus Bahasa Lampung Van der Tuuk

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Kamus Bahasa Lampung pertama dan terlengkap karya Neubronner van Der Tuuk yang kini disimpan di Universitas Leiden, Belanda, harus dikembalikan ke rumahnya, Lampung. Kamus ini adalah salah salah satu aset budaya daerah, bahkan bangsa Indonesia.

"Kamus kuno bahasa Lampung merupakan salah satu karya penting Van Der Tuuk dan merupakan aset budaya yang sangat tidak ternilai. Namun, ketiadaaan duplikatnya di Indonesia menjadikan kita kehilangan jejak sejarah," kata sastrawan dan jurnalis, Oyos Saroso H.N., saat pemutaran film Risalah Van der Tuuk dan diskusi di Bandar Lampung, Minggu (9-9) malam.


Kepunahan Bahasa Lampung Tinggal Menunggu Waktu

Oleh Imron Nasri


TULISAN ini hanya sekadar mengingatkan bahwa kita --warga, masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan juga kalangan Pemerintah Provinsi Lampung--punya tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan bahasa-budaya Lampung. Senyampang peringatan Hari Aksara Internasional, 8 September kemarin, dan setelah membaca Tajuk Lampung Post, 12 Juli 2013, berjudul Kuburan Bahasa Lampung dan opini Chairul Anwar berjudul Jurusan Bahasa Lampung di Perguruan Tinggi (Lampung Post, 3 Agustus 2013).

Tanda-tanda kepunahan bahasa Lampung sudah mulai tampak. Orang Lampung saat ini sudah banyak yang tidak bisa berbahasa Lampung. Apalagi kalangan mudanya. Mereka lebih senang dan lebih bangga berbahasa Indonesia (dengan logat Betawi) dalam pergaulan sehari-hari. Ini, tidak hanya terjadi di kota, tetapi sudah merambah ke perdesaan di daerah-daerah di Lampung. Keluarga-keluarga muda di Lampung berkomunikasi dengan anak-anaknya lebih bangga dengan menggunakan bahasa Indonesia. Padahal kedua orang tuanya berasal dari kampung (pekon) yang sama. Yang lebih memprihatinkan lagi, perhatian pemerintah daerah terhadap keberadaan bahasa Lampung, sepertinya sudah mulai berkurang juga.


September 9, 2013

Lembaga Adat Megou Pak Dukung Amal Berguna

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Dukungan untuk calon gubernur dan calon wakil gubernur independen, Amalsyah Tarmizi-Gunadi Ibrahim (Amal Berguna), terus mengalir. Salah satu dukungan berasal dari Lembaga Adat Megou Pak Tulangbawang (LAMPTB).

Dukungan ini dibuktikan dengan kehadiran Ketua LAMPTB Wan Mauli Sanggem didampingi putrinya, Novelia Sanggem, di kediaman Amalsyah di Rawalaut, Bandar Lampung, Jumat (6-9) malam.


Lampung Miliki Rumah Baca Asma Nadia

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Rumah Baca Asma Nadia hadir di Lampung. Peluncuran tempat bacaan masyarakat ini berlokasi di Jalan Ikan Nila IX, Nomor 18, Kelurahan Bumiraya, Kecamatan Bumiwaras, Bandar Lampung, pada Sabtu (7-9).

Peluncuran dihadiri puluhan volunter dan undangan dari berbagai kalangan, baik mahasiswa maupun masyarakat umum. Keberadaan rumah baca gagasan Silvana Maya Pratiwi, mahasiswi Universitas Lampung, ini diharapkan mampu menumbuhkan minat membaca masyarakat.


Budayawan Desak Pengembalian Kamus Bahasa Lampung Kuno

BANDARLAMPUNG - Sejumlah budayawan Lampung mendesak pemerintah daerah memperjuangkan pengembalian kamus kuno bahasa Lampung karya Herman Neubronner Van Ver Tuuk yang saat ini disimpan di Universitas Leiden, Belanda.

"Kamus kuno bahasa Lampung merupakan salah satu karya penting Van Der Tuuk dan merupakan aset budaya yang nilainya sangat tidak ternilai, namun ketiadaaan duplikatnya di Indonesia menyebabkan kita kehilangan jejak sejarah," kata budayawan Oyos Saroso HN di Bandarlampung, Senin.


September 8, 2013

[Refleksi] Lampung Kita

Oleh Djadjat Sudradjat


KONFLIK Memisahkan, Pers Menginformasikan, Budaya Menyatukan." Itulah judul makalah yang saya sampaikan pada kuliah umum di depan 500 lebih mahasiswa baru Program Pascasarjana Universitas Lampung, Sabtu (31-8). Selain para mahasiswa baru pascasarjana yang menyimak, Rektor Sugeng P. Harianto, Direktur Pascasarjana Sudjarwo (yang mengundang saya), para pembantu rektor, dekan, para pembantu dekan, beberapa guru besar juga hadir hingga usai. Tak ada kegembiraan tak terhingga bagi seorang pembicara selain didengar.

Sesungguhnya judul di atas terasa simplistis, karena itu perlu didiskusikan dari banyak perspektif. Sebab, konflik tak selamanya memisahkan; pers kerap dinilai menginformasikan dengan tafsir dan subjektivitasnya sendiri, bahkan kadang menghilangkan sebagian fakta; dan (keragaman) budaya justru kerap jadi sumber ketegangan dan konflik.


[Fokus] Referensi Loak Buku Pasar Bawah

DI antara desing suara kendaraan yang melaju di Jalan Raden Intan dan deru angkot yang menunggu penumpang di dalam Terminal Pasar Bawah Tanjungkarang, beberapa toko buku kecil menjajakan jualannya.

Toko-toko tradisional itu tidak terlalu ramai. Namun, karena jenis barang yang sama membuat lokasi itu dikenal sebagai pasar buku loak.


[Fokus] Berburu Buku Murah Berkualitas

ZAMAN internet dan digital memang sudah meruyak. Namun, buku yang terkesan konvensional masih menjadi pilihan paling pas untuk suatu studi. Di balik harga buku yang mahal, berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan.

Beberapa toko buku besar di Bandar Lampung terlihat selalu ramai. Dengan gedung megah, berpendingin udara, setting ruangan yang artistik, dan aneka bahan bacaan serta alat tulis lengkap tersedia.

[Fokus] Buku Loak di Pasar Bawah

BUKU tak lagi menjadi jendela menuju pengetahuan dunia. Bagi mahasiswa, buku kadang dianggap menjadi beban yang terkadang memberatkan.

Beberapa eksemplar buku butut yang sudah berubah warna dan sejumlah majalah lama berderet di atas meja panjang bekas meja warung makan. Tempatnya nyempil di antara lalu lalang kendaraan angkutan penumpang dan orang yang hilir mudik di Terminal Pasar Bawah, Tanjungkarang.


Krakatau

Oleh Arman A.Z.

27 Agustus 1883, Krakatau meletus. Konon, dari sejumlah sumber, daya ledaknya ratusan hingga ribuan kali lipat dari daya ledak bom atom yang melantakkan Hiroshima. Letusannya terdengar hingga ribuan mil, disusul gempa dan tsunami, menelan korban sekitar 36 ribu jiwa. Dampak letusan yang sungguh dahsyat itu membuat mata dunia tertuju ke Selat Sunda.

Lebih seabad kemudian, Lampung menghelat Festival Krakatau, semacam legitimasi bahwa Krakatau adalah bagian Provinsi Lampung. Beragam acara digelar; selain bertujuan menarik wisatawan domestik dan mancanegara agar mengunjungi Krakatau, juga menikmati khazanah seni budaya Lampung.


[Buku] Pengantar Akting

Data Buku
Akting Berdasarkan Sistem
Stanislavski, Sebuah Pengantar

Iswadi Pratama dan Ari Pahala Hutabarat
Dewan Kesenian Lampung.
I, Desember, 2012.
164 hlm.
Cintai seni dalam dirimu,
bukan dirimu di dalam seni.

-Stanislavski (hal. 1)

ITULAH kalimat pembuka buku Akting Berdasarkan Sistem Stanislavski, Sebuah Pengantar yang diterbitkan Komite Teater, Dewan Kesenian Lampung (DKL), Desember 2012.

Buku ini wajib dibaca oleh pelaku teater dalam kelompok akademis dan nonakademis, dalam kelompok teater kampus dan nonkampus, dalam kelompok teater pelajar dan nonpelajar. Yang terang, buku ini adalah bacaan wajib bagi seluruh pelaku teater di Lampung bahkan Tanah Air.


[Perjalanan] Di Tanggaraja Menggala

ALIRAN Sungai (way) Tulangbawang adalah magnet bagi kehidupan orang. Menggala, seruas tempat di pinggir kali itu, mencatatkan sejarah peradaban berkepemimpinan. Ada Tanggaraja, petilasan para raja saat turun mandi pada masa jayanya.

Memasuki Kota Menggala, ibu kota Kabupaten Tulangbawang, atmosfer kota menyambut dengan simbol-simbol modern. Jalan dua jalur dengan media dan trotoar memagari setiap pendatang. Lampu-lampu gemerlap di malam hari. Toko, kantor, rumah, dan segala jenis entitas ekonomi menghidupkan suasana.

September 7, 2013

Dibanggakan tapi Dilupakan

Oleh Syafnijal Datuk S

Bahasa Lampung masuk dalam kurikulum sekolah, tapi generasi muda enggan menggunakan dalam keseharian.

Aksara Lampung. (SH/Syafnijal Datuk S)
Dibanding suku lain di Nusantara, nenek moyang orang Lampung termasuk yang memahami pentingnya aksara bagi kehidupan bermasyarakat.

Nenek moyang orang Lampung merupakan salah satu dari sedikit suku yang sejak awal memiliki aksara sebagai  simbol visual yang tertera pada kertas maupun media lainnya, seperti batu, kayu, kain untuk mengekspresikan unsur-unsur ke dalam suatu bahasa. Sayang, kekayaan khazanah budaya ini kurang terpelihara hingga nyaris terlupakan. Kenapa?


September 4, 2013

Lampung Heritage Putar Film "Risalah Van der Tuuk"

TRIBUNLAMPUNG.co.id-Lampung Heritage akan menggelar pemutaran film dokumenter "Risalah Van der Tuuk", orang Belanda yang kali pertama membuat kamus bahasa Lampung. Sayangnya, manuskrip tersebut tak sempat dicetak.

Teguh Prasetyo dari Lampung Heritage mengatakan pemutaran akan dilakukan di Cafe Dawiels, Minggu (8/9/2013), yang akan datang, mulai pukul 19.00 WIB. Pemutaran ini, bertepatan dengan peringatan Hari Aksara yang jatuh pada tanggal 8 September.


September 1, 2013

Djadjat Sudradjat Ajak Lampung Bersatu

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Akademisi harus memiliki kepedulian terhadap hal-hal yang terjadi dalam masyarakat. Salah satunya mencari solusi terbaik terkait konflik horizontal yang terjadi berulang-ulang di Lampung, beberapa waktu terakhir.

Hal itu dikatakan Wakil Pemimpin Umum Lampung Post Djadjat Sudradjat saat memberi orasi ilmiah di hadapan ratusan mahasiswa Pascasarjana Universitas Lampung (Unila) di Gedung Serbaguna (GSG) perguruan tinggi itu, Sabtu (31-8).


[Perjalanan] Ke Krui Liburan Mewah Biaya Murah

MELEPASKAN diri dari rutinitas dan tinggal di suatu resort serasa mewah bagi masyarakat Indonesia. Padahal, di kawasan Pantai Krui, Pesisir Barat, Lampung, kemewahan itu bisa cukup murah.

Melintas di jalan lintas barat (Jalinbar) Lampung dari Bandar Lampung, sejak memasuki kawasan Gisting, Kabupaten Tanggamus, suasana wisata sudah terasa. Udara yang sejuk, liuk-liku jalan menuruni perbukitan dengan suasana hutan membuat hati adem.