November 27, 2014

Robohnya Rumah Besar Budaya Lampung

Oleh Hardi Hamzah


SEMANGAT Udo Z. Karzi dkk. untuk menguniversalisasi budaya Lampung, terus merangkak dalam skema yang terpilar, dalam arti gagasannya mulai menemukan beranda, ini berarti kita harus menemukan rumah besarnya (rumah besar kebudayaan Lampung).

Nah, tentu saja rumah besarnya harus bermuara dari gugusan kebudayaan Lampung yang shopistaced, artinya ada pekerjaan rumah besar yang harus dilakukan, bahwa identifikasi terhadap rancang bangunan arkeologi, artepak, katakanlah sejenis situs Pugung Raharjo harus dirujuk ke dalam wahana yang jelas kait-mengkaitnya antara kesejarahan, kebudayaan, dan peradaban. Ini nantinya skema mekanistik yang dirajut oleh Udo Z. Karzi dkk. dalam memahami pemetaan budaya Lampung yang kelak akan menemukan titik keutuhannya.


November 7, 2014

Pendidikan dan Kebudayaan

Oleh Daoed Joesoef


SETELAH menanti selama sepekan penuh, the longest week that ever exist, Presiden Joko Widodo mengumumkan komposisi pemerintahannya. Setelah menyaksikan di layar televisi susunan Kabinet Kerja-nya, saya sangat kecewa.

Presiden cum pemimpin baru Indonesia betul-betul telah keliru memahami ”pendidikan” dan ”kebudayaan”, yang saya pikir bukan merupakan konsen saya saja, melainkan adalah masalah masa depan Indonesia selaku satu negara-bangsa.

Padahal, dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Tanah Air tercatat jelas bahwa Indonesia adalah satu-satunya bangsa yang sewaktu masih dijajah berani mendirikan sekolah bersistem nasional berhadapan dengan sekolah kolonial Belanda. Sekolah nasional itu adalah Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta. Ada Indonesische Nijverheid School yang didirikan Moh Syafei di Kayu Tanam dan Normal School yang didirikan oleh Willem Iskander di Tano Bato.