September 19, 2007

Laras Bahasa: 'Roaming' versi Kita

-- Agus Utomo*

"Api kabagh, Ton?" tanya Hendra kepada Anton.

"Wawai gawoh," jawab Anton.

"Wah roaming nih he...he...," Ardi dan Dika spontan berujar.

Peristiwa di atas sering terjadi dalam keseharian, tak terkecuali penulis juga pernah merasakannya. Terkadang, meski dengan nada bercanda, kita bisa dikatakan masih belum mampu bersikap dewasa dalam menerima perbedaan bahasa.

Kata roaming sering kita dengar terkait makin majunya teknologi komunikasi telepon seluler. Berbagai kartu pra dan pascabayar dari operator-operator telepon seluler yang ada berlomba-lomba menawarkan layanan bebas roaming nasional.

Jika awalnya kata roaming mempunyai maksud sebagai beban biaya percakapan telepon seluler antardaerah, kini kata roaming lebih populer juga dengan arti yang dipakai untuk sindiran atau protes dengan proses yang sederhana dalam pergaulan sehari-hari.

Ketika ada dua orang atau lebih berbincang menggunakan bahasa daerah di depan teman yang berbeda suku, lalu muncul kata roaming sebagai sebuah protes, sindiran agar tidak menggunakan bahasa daerah pada saat itu karena si teman tidak tahu arti dari percakapan tersebut. Kata ini sering diungkapkan dengan gaya bercanda agar tidak menyinggung perasaan dan untuk menjaga suasana agar tetap nyaman.

Misalnya, suku Lampung bercakap-cakap dengan sesama suku Lampung sedang saat itu ada suku lain yang tidak mengerti arti atau maksud dari pembicaraan yang mereka bicarakan. Begitupun dengan suku lain, apalagi hampir semua suku bangsa ada di Lampung. Sebab itu, wajar jika dalam interaksi masyarakatnya beragam bahasa daerah digunakan.

Mungkin sindiran menggunakan kata roaming ini menjadi salah satu penyebab orang sungkan atau tidak mau berbahasa daerah jika berbincang dengan teman satu suku di depan teman yang berlainan suku. Malu.

Padahal, bahasa daerah merupakan aset budaya nasional dan merupakan akar kebudayaan nasional. Ketika kita sebagai pemiliki tidak lagi mau menggunakan, melestarikan bahasa daerah/budaya daerah tentu lama-kelamaan bisa pudar, punah, dan hilang dari kehidupan yang serbamaju dan berkembang ke arah yang lebih modern, global.

Kita sama-sama memahami bahwa kita memiliki bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia yang menjadi bahasa pengantar pergaulan antarsuku di Indonesia. Kita harus pandai memosisikan, menempatkan kapan kita berbahasa Indonesia dan kapan waktunya kita berbahasa daerah.

Toleransi terhadap penggunaan bahasa daerah yang berbeda tentu harus menjadi sikap yang melekat pada setiap diri manusia Indonesia karena kita ada karena perbedaan dan keberagaman.

* Agus Utomo, Mahasiswa Sosiologi FISIP Unila Anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Lampung

Sumber: Lampung Post, Rabu, 19 September 2007

3 comments:

  1. oh,itu ya artinya roaming... ^^
    pernah aku dikatain roaming sama temen sekampus, eh akunya malah csenyam-senyum aja (karna gak tau artinya)
    thx utk artikelnya.

    ReplyDelete
  2. jadi maksudnya roaming itu beda bahasa ya??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Artinya gak nyambung dlm arti konteks yg di bahas atau di dengar

      Delete