December 31, 2008

Para Penulis 2008

Berikut adalah para penulis (yang menggunakan by line) yang tulisannya ter-cover oleh ulun lampung dalam tahun 2008

Aan Kridolaksono, wartawan Lampung Post

Adian Saputra, Sekretaris Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung

Adi Tirta, pengamat masalah kemasyarakatan, tinggal di Bandar Lampung

Agus Sri Danardana, Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung

Anshori Djausal, Pembantu Rektor Unila Bidang Perencanaan dan Kerja Sama

Anton Bae bin Yazid bin Abdul Kohar, pekerja seni

Arie Pahala Hutabarat, penyair

Arif Budianto, wartawan Seputar Indonesia Edisi Jabar

Asarpin, pemcaca sastra

A. Tommy Trinugroho, wartawan Kompas

Binhad Nurrohmat, penyair

Budi P. Hatees, peneliti di Yayasan Sekolah Kebudayaan Lampung

Budi Santosobudiman, wartawan LKBN Antara

Chairuddin, wartawan Lampung Post

Christian Heru Cahyo Saputro, pengamat seni rupa

Daniel Rose, wartawan The Jakarta Post

Denny Ardiansyah, warga Metro yang merantau di Jember, Jatim

Dewa Putu Adi Wibawa, Sekretaris Eksekutif Kota Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Bandar Lampung

Dodi H, mahasiswa Sosiologi FISIP Unila

Djadjat Sudradjat, wartawan Lampung Post

D. Widodo, wartawan Lampung Post

Dwi Wahyu Handayani, wartawan Lampung Post

Endri Y., pencinta sastra, tinggal di Kalianda, Lamsel

Erlian, wartawan Lampung Post

Gatot Eko Susilo, ahli perencanaan sumber daya air dan lingkungan

Harimurti Kridalaksana, staf pengajar Program Studi Linguistik Pascasarjana Universitas Indonesia

Helena F. Nababan, wartawan Kompas

Hendri Rosadi, wartawan Lampung Post

Heri Wardoyo, wartawan Lampung Post

Hermas E. Prabowo, wartawan Kompas

Ibram H. Tarmizi, wartawan Lampung Post

Ika Nurlianawati, guru bahasa dan sastra Indonesia

Indira Rezkisari, wartawan Republika

Inggit Putria Marga, penyair

Irfan Anshory, putra asli Tanggamus, tinggal di Bandung

Isbedy Stiawan Z.S., sastrawan

Iskandar GB, aktor, pengamat budaya pop

Iswadi Pratama, pekerja seni

Inyo Fernandez, staf pengajar Program Studi Linguistik Pascasarjana Universitas Indonesia

Jauhari Zailani, dosen UBL, Bandar Lampung

Jodhi Yudono, wartawan Kompas

Machsus Thamrin, alumnus aktivis pers mahasiswa Teknokra Unila

M. Arman AZ, sastrawan, tinggal di Bandar Lampung

Meza Swastika, wartawan Lampung Post

Mia Ariani, siswa

M. Ramlan, staf pengajar Program Studi Linguistik Pascasarjana Universitas Indonesia

Muhammad Aqil Irham, Ketua GP Anshor Lampung

Muhammad Sukirlan, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unila

Mursalin Yasland, wartawan Republika

Naim Emel Prahana, penyair, tinggal di Metro

Nanang Saptono, peneliti bidang arkeologi pada Balai Arkeologi Bandung

Nanang Sumarlin, Direktur Eksekutif Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Lampung

Nilna Trilova, siswa

Ni'matus Shaumi, wartawan Teknokra Unila

Ninuk Mardiana Pambudi, wartawan Kompas

Oyos Saroso HN, jurnalis The Jakarta Post

Rahmat Sudirman, wartawan Lampung Post

Rana Akbari Fitriawan, wartawan Koran Tempo

Ryan Hidayat, siswa

Sabam Sinaga, wartawan Lampung Post

Soni Farid Maulana, penyair

Sri Agustina, wartawan Lampung Post

Sri-Edi Swasono, Guru besar FE Universitas Indonesia

Sudirman A.M., dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Metro (UMM)

Sugeng P. Harianto, Rektor Unila

Sugiarto, mahasiswa D3 AMIK/TI Mitra, Bandar Lampung

Suprianto, Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Lampung

Susan S., pengamat musik, tinggal di Bandar Lampung

Susilowati, peminat budaya Lampung

Sutiyo, Ketua Jurusan Stisipol Dharma Wacana, Metro

Syaiful Irba Tanpaka, Ketua Harian Dewan Kesenian Lampung (DKL)

Teguh Prasetyo, wartawan Lampung Post

Triono Subagyo, wartawan LKBN Antara

Udo Z. Karzi, tukang tulis

Widodo, wartawan Lampung Post

Yanti Oktriani, mahasiswa Sosiologi FISIP Unila

Yoso Mulyawan, wartawan Lampung Post

Yurnaldi, wartawan Kompas

December 29, 2008

Buku: Ayo Berlibur ke Lampung

Judul: Ayo Berwisata ke Lampung

Penulis: Rudolf Wennemar Matindas dan Budiman

Penerbit: Penerbit Buku Ilmiah Populer - PT Sarana Komunikasi Utama

Tahun: Oktober 2008

Tebal: xvi + 216 halaman


LIBURAN akhir tahun ini Anda ingin berwisata ke mana? Kalau Anda punya rencana ingin menjelajahi wisata di Provinsi Lampung maka buku Ayo Berwisata ke Lampung ini cocok dibawa untuk menemani masa-masa liburan.

Sebab, buku yang dicetak full colour ini dilengkapi dengan berbagai informasi agar perjalanan Anda terasa lebih aman, nyaman, dan mudah. Dengan ditampilkannya peta wisata dan peta panduan jarak misalnya, menjadikan perjalanan Anda lebih mudah.

Bagi yang memiliki alat pemandu penentu posisi bumi (GPS atau global position system) akan lebih mengasyikkan. Sebab, di buku ini dicantumkan letak titik koordinat bumi di setiap objek wisata sehingga Anda tak perlu banyak bertanya di sepanjang jalan.

Bukan hanya itu, buku ini juga memuat berbagai informasi penting di sepanjang jalur tersebut, seperti nama dan alamat hotel, rumah makan, ATM bank, SPBU, bengkel, rumah sakit, dan kantor polisi. Dengan begitu, Anda pun bisa merencanakan perjalanan dengan lebih baik dan menyenangkan.

Ya, buku ini bisa memandu Anda menjelajahi berbagai objek wisata andalan mulai dari ujung selatan sampai utara. Tak jauh dari Pelabuhan Bakauheni, kita bisa singgah di Menara Siger. Menara yang baru diresmikan 30 April 2008 itu tampak megah dan artistik.

Hanya sepelemparan batu dari situ, Anda bisa berwisata rohani ke Makam Radin Intan II. Pejuang nasional putra Lampung itu semasa hidupnya gigih melawan penjajah Belanda. Kini, namanya diabadikan menjadi Bandar Udara, Provinsi Lampung.

Agar Awet Muda

Kalau Anda ingin berwisata sekaligus ingin menyehatkan tubuh, di Sumber Air Panas Simpur adalah tempatnya. Betapa tidak, air panas dengan kandungan belerang tinggi ini diyakini mampu menyembuhkan aneka penyakit kulit. Bahkan, jika kulit Anda ingin tampak lebih muda, lumpurnya cocok untuk bahan kosmetik alami.

Bagi kalangan jurnalis, Anda tentu penasaran dengan Pantai Wartawan. Bisa dimaklumi karena pantai tersebut memiliki belasan sumber air panas. Air panas ini memiliki multifungsi; bisa untuk merebus telur, ikan, dan udang sampai mengobati aneka penyakit.

Datanglah ke Pantai Wartawan saat air laut sedang surut atau dari pagi hingga sore hari. Di beberapa titik tampak kepulan asap disertai percikan air memancar ke atas. Jangan coba-coba mencelupkan kaki atau tangan ke sumber tersebut.

Bergerak ke arah utara, terhampar pantai berpasir putih. Itulah Pantai Canti Indah yang dibalut rimbunnya vegetasi hijau. Pantainya landai dan panjang berpasir putih laksana permadani yang menawan.

Pilihan lainnya, Anda bisa mandi di air panas Way Belerang. Bagi Anda yang punya penyakit kulit dan rematik bisa mencoba khasiatnya. Rasa lelah selama perjalanan jauh bisa terobati dengan berendam di kolam air hangat ini. Bahkan, melalui terapi secara rutin, kata warga lokal, bisa menyembuhkan penyakit lumpuh.

Semua objek wisata unik itu dapat ditempuh secara mudah dan cepat. Betapa tidak, selain jaraknya cukup dekat dengan Pelabuhan Bakauheni juga kondisi jalannya cukup baik. Jadi, ketika Anda melintas di jalur Bakauheni-Bandar Lampung cobalah mampir ke sana. Nikmati sensasinya.

Berada di Bandar Lampung, ibukota Provinsi Lampung, Anda juga dapat menemukan aneka tempat indah. Sebut saja Museum Lampung dengan berbagai koleksi seni dan budaya masyarakat tempo dulu. Ada juga Taman Bumi Kedaton yang memamerkan sejumlah satwa unik dengan suasana alam perbukitan.

Nikmati Keelokannya

Ketika melintas di jalur barat Sumatera rute Bandar Lampung - Tanggamus, Anda bisa singgah di Pantai Terbaya. Pantai ini terletak persis di tepi jalan raya tersebut. Dua keuntungan bakal Anda dapatkan, beristirahat sejenak sambil menikmati keelokannya dari atas bukit.

Jika Anda lelah dan hari sudah mulai gelap, cobalah menginap di Kecamatan Kotaagung. Banyak hal bisa dilakukan di kota ini, mulai dari berwisata ke pantai, memancing, hingga membeli ikan dari nelayan yang baru saja melaut. Transit Anda pun dijamin menyenangkan.

Rute perjalanan lintas barat Sumatera di jalur Lampung Barat ke Provinsi Bengkulu terbilang cukup menantang. Ya, Anda akan melewati Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBSS). Cobalah singgah sejenak, lihat dan nikmatilah betapa tingginya nilai warisan dunia itu.

Unesco (Organisasi PBB yang mengurusi masalah pendidikan dan kebudayaan) menetapkan TNBBS sebagai Cluster Natural World Heritage Site atau Tapak Warisan Alam Dunia. Kita tentu layak bangga dengan apresiasi Unesco tersebut.

Beralih ke jalur lintas tengah trans-Sumatera, Anda bisa melancong ke Argowisata Pekalongan. Pada musim tertentu, Anda dapat menikmati seni memetik berbagai jenis buah-buahan seperti durian, nangka lampung, rambutan rafia, jambu bol, dan lain-lain langsung dari pohonnya.

Bagaimana rasanya menunggang gajah di alam terbuka? Awalnya, ada rasa ragu dan sedikit khawatir. Namun, setelah mencobanya, gajah pintar itu cukup bersahabat dan siap mengantarkan penumpangnya menjelajahi kawasan taman nasional.

Liukan tubuhnya ketika melintasi dataran yang tak rata itu membuat sensasi bagi penunggangnya. Begitu juga ketika naik-turun tebing yang cukup curam, gajah tersebut dengan mudah mampu melewatinya. Mengasyikkan bukan? Jadi tunggu apa lagi, ayo berlibur ke Lampung. [R-8]

Sumber: Suara Pembaruan, Minggu, 28 Desember 2008

December 28, 2008

Bingkai: Kamus Lengkap Indonesia-Lampung, Lampung-Indonesia

Oleh Agus Sri Danardana

LEMBAGA Penelitian Universitas Lampung pada 12 Desember 2008 meluncurkan Kamus Lengkap: Indonesia-Lampung, Lampung-Indonesia, karya Dr. Eng. Admi Syarif. Konon, penyusun kamus ini juga membuat kamus elektronik yang mampu menerjemahkan kata-kata atau kalimat dalam bahasa Lampung (dialek O) menjadi kata-kata atau kalimat dalam bahasa Indonesia dan sebaliknya.

Di tengah keprihatinan atas musim paceklik penerbitan buku di Lampung, seperti yang diteriakkan Udo Z. Karzi pada Lampung Post (14-12), terbitnya Kamus Lengkap: Indonesia-Lampung, Lampung-Indonesia ini pantas disambut gembira. Bukan karena kamus ini menambah jumlah terbitan di Lampung, melainkan lebih dikarenakan kahadirannya memberi secercah harapan atas terwujudnya revitalisasi budaya (dan bahasa) Lampung yang sedang digalakkan.

Setidaknya ada tiga kelebihan terdapat dalam Kamus Lengkap: Indonesia-Lampung, Lampung-Indonesia. Pertama, dari segi fisik, kamus ini selain dicetak dengan sampul dan kertas berkualitas bagus (luks), juga memiliki ketebalan yang lumayan; 380 halaman isi, dan 14 halaman muka (judul, kata pengantar, dan daftar isi). Artinya, jika dipukul rata per halaman memuat 30-an entri, secara keseluruhan kamus ini memuat 11.400-an entri dengan rincian: Indonesia-Lampung 6.180-an entri (dalam 206 halaman) dan Lampung-Indonesia 5220-an entri (dalam 174 halaman).

Kedua, dari segi isi, kamus ini dapat dikatakan dua kamus dwibahasa: Indonesia-Lampung dan Lampung-Indonesia. Dengan demikian, kamus ini tidak hanya akan sangat membantu orang yang akan belajar bahasa Lampung, tetapi juga akan sangat bermanfaat bagi orang Lampung yang akan belajar bahasa Indonesia.

Ketiga, kamus karya Admi Syarif ini dilengkapi dengan tulisan aksara Lampung untuk kata-kata bahasa Lampung.

Di samping tiga kelebihan tersebut, jika dilihat dari segi teknis penyusunan kamus (leksikografi), kamus ini juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, penggunaan judul: Kamus lengkap. Judul itu tentu akan menggiring pikiran pembaca pada kelengkapan entri kamus. Apakah entri kamus Admi Syarif ini benar-benar lengkap? Bandingkan dengan kamus-kamus lain (Lampung) yang sudah ada, misalnya Kamus Bahasa Lampung-Indonesia karya Junaiyah H.M. dkk. Kamus ber-304 halaman isi yang diterbitkan Balai Pustaka pada 2001 ini memuat lebih kurang 6.080 entri bahasa Lampung dialek O (jika dipukul rata per halaman memuat 20 entri). Kedua, Kamus Lengkap: Indonesia-Lampung, Lampung-Indonesia tidak memiliki panduan penggunaan kamus. Panduan penggunaan kamus ini penting karena di dalamnya dapat memuat berbagai penjelasan tentang dasar-dasar penulisan kamus dan sistem yang digunakan, seperti ejaan, pelafalan, singkatan, dan dasar penyusunan entri.

Ini tentu sangat membantu pengguna kamus, terutama orang yang sedang belajar bahasa Lampung. Apalagi pada kenyataannya bahasa Indonesia dan bahasa Lampung memiliki sistem yang jauh berbeda.

Kekurangan lain, Kamus Lengkap: Indonesia-Lampung, Lampung-Indonesia ini terdapat pada pengertian entri. Di samping semua entri (dan subentri) tidak diikuti penjelasan dan contoh penggunaannya dalam kalimat, juga terdapat beberapa entri yang berbeda arti dengan subentrinya. Contoh pada entri kata wajib (Indonesia) artinya mestei (Lampung). Namun, pada subentri kata diwajibkan, mewajibkan, dan kewajiban (Indonesia) artinya menjadi diwajibken, ngewajibken, dan kewajiban (Lampung).

Begitu pula pada entri kata gurau dan halang (Lampung). Pada entri kata gurau (Lampung) artinya gurau, judi, dan kelakar, tetapi pada subentri gurauan (Lampung) artinya menjadi candaan (Indonesia).

Pada entri kata halang (Lampung) artinya adang dan cekal (Indonesia), tetapi pada subentri dihalangei (Lampung) artinya menjadi dirintangi (Indonesia).

Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, Kamus Lengkap: Indonesia-Lampung, Lampung-Indonesia ini sudah memberi upaya nyata bahwa kepedulian ulun Lampung terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa Lampung cukup tinggi. Kini tinggal menunggu upaya nyata dari pemerintah daerah, baik pemkot, pemkab, maupun pemprov. Yang pasti, pembinaan dan pengembangan bahasa (budaya) Lampung tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan peraturan dan/atau undang-undang sekalipun.

Hadirnya Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 2 Tahun 2008 tentang Pemeliharaan Kebudayaan Lampung, misalnya, tidak akan dapat menjamin bahasa Lampung dapat eksis di daerahnya sendiri tanpa didahului dengan upaya nyata yang dapat membangkitkan rasa memiliki masyarakat (baik ulun Lampung maupun pendatang) terhadap bahasa Lampung.

Sebenarnya, keberadaan kamus hanyalah bagian kecil dari salah satu aspek dalam perencanaan bahasa. Menurut Anton Moeliono (1985 : 16--37), perencanaan bahasa mencakupi lima aspek: perencana bahasa, sasaran perencanaan, garis haluan dalam pelaksanaan, rancangan alternatif dan strategi, serta pengambilan putusan. Pada aspek kedua, sasaran perencanaan, itulah kamus berada.

Penyusunan kamus adalah kerja pengodefikasian aspek-aspek kebahasaan, seperti halnya penyusunan ejaan dan tata bahasa. Dengan demikian, mengingat pengodefikasian ejaan dan tata bahasa bahasa Lampung hingga kini juga belum dilakukan, jalan masih sangat panjang untuk mencapai tujuan: bahasa Lampung dapat eksis di daerahnya sendiri. Untuk itu, semua pihak (baik pemerintah maupun masyarakat) harus mau duduk bersama, berdialog, menggagas rancangan alternatif perencanaan bahasa Lampung.

* Agus Sri Danardana, Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung

Sumber: Lampung Post, Minggu, 28 Desember 2008

Apresiasi: Epik dan Lirik yang Panjang Umur

Oleh Asarpin*

SEBELUM Gema Secuil Batu terbit, pengalaman membaca puisi Iswadi selalu membawa saya ke gugus pertanyaan: Dengan apa Iswadi menulis puisi hingga terasa khidmat dan nikmat?

Biasanya saya akan menjawab agak ragu: Dengan seluruh tubuhnya. Ototnya menarik denyut pikiran, bulu pada dagingnya mengernyitkan denyar rasa yang menukik di kedalaman, otaknya bekerja merangsang bibir, gigi, lidah menggiring darah. Darah pada jantungnya memompa mesin perasaan, paru-parunya menapaskan atau mengembuskan. Maka jadilah puisi. Dan kena sentuh puisi Iswadi, maka bahasa membatu dan selanjutnya ia tamat sebagai bahasa; ia menjelma sajak.

Karena hampir semua ritme sajak liris terbentuk oleh kerja menghela napas dan mengembuskannya, seperti pendirian klasik Whitmen juga diakui Octavio Paz, maka hampir tak ada kata yang tepat untuk melukiskan makna sebuah sajak. Tapi izinkan aku mengutip sebuah frase dari kalif keempat kita dalam buku terjemahan Nahzul Balaghah: Kerja menghela napas dan mengeluarkannya, bisa menghasilkan embusan-embusan spiritual, atau ahwal, yang sesungguhnya berasal dari yang Maha Tanpa Muasal. Di sinilah "Sang Maha Tanpa Muasal memasukkan embusan-embusan di hatimu tanpa kau sadari".

Puisi Iswadi, sebagai objek yang tersusun dari dan oleh kata-kata, memang tak gampang diberi label ini dan itu. Kata-katanya mengalir-masuk perlahan menukik dinding keharusan, seperti tetes hujan melubangi batu. Karena itu, atau karena salah satu tabiatnya itu, objek-objek (yang) tersembunyi atau terangkat ke permukaan sajaknya, justru tak tergapai pembaca. Lebih lagi jika pembaca seperti saya tidak akrab dengan metafor puitis Iswadi, yang hemat saya cenderung ekuivalen dengan yang lain.

Kefasihan mengungkapkan kehendak yang sederhana, remeh, yang kadang jelas kadang gelap, dengan lentik-lentik lirik yang menimbulkan epik, agaknya perlu mendapat perhatian sedikit di sini. Zaman epik yang dianggap telah berlalu ternyata masih hidup; mungkin tidak akan pernah berakhir. Walau perkembangan puisi kini nyaris sampai pada titik akhir sebagai alat menulis drama dan novel, epik tetap berada dalam pesona. Bisa jadi "warna" epik merupakan transmutasi atau patahan dari konvensi dramaturgi yang melahirkan sesuatu yang baru tapi bukan baru, bukan baru tapi juga baru. Bila biografi Iswadi kita sertakan di sini, tidak mustahil konvensi dramaturgi yang selama ini ia geluti juga bagian dari upaya menguatkan kematangan aku lirik dan epik.

Membaca kecenderungan wawasan puitik Iswadi memang harus bingung, kalau tidak bukan lirik dan epik namanya. Kebingungan itu bisa memuncak bila saja kita telusuri lebih menukik di dasar lirik epik yang apik.

Setidaknya, tak kurang dari tiga buah puisi setengah lirik setengah epik dalam Gema Secuil Batu: Fragmen Pertempuran, Fragmen Tanjungkarang, Dongeng Pepohonan. Ketiga sajak ini terasa membangkitkan kembali semesta gema dan analogi. Lirik dan epik adalah--sambil mengutip Karlina Leksono dalam konteks lain--"tradisi kuna yang panjang umur".

Iswadi bekerja lewat proses transmutasi menjadi transformasi: Antara sajak liris dan mitos akhirnya menghasilkan gaya epik. "Sudah mafhum jika puisi epik bersandar pada dinding mitos--atau sesuatu yang dimitoskan atau seolah-olah mite--sebagai bahan mentahnya", tulis Octavio Paz suatu kali.

Metamorfosa epik menjadi novel selama ini terjadi karena kemunduran relatif mitos di tangan sejumlah penyair modern di Barat. Sementara di Timur, sejumlah mitos terdesak pula oleh utopi politik sekaligus utopi erotik.

Mitos memiliki kedekatan dengan puisi liris dan filsafat. Dalam puisi liris, kedekatan itu terdapat dalam fungsi minimalis dari kata. Dalam filsafat, yaitu koinsidensi dengan gagasan semesta.

Dalam Gema Secuil Batu, ekuivalensi antara puisi lirik dan mitos menghasilkan epik pranovel yang tak mudah dibentang-pisahkan sebagaimana membentangkan waktu kronometris dan episode dalam epik yang telah jadi novel sekarang. Epik pranovel pradrama dekat dengan mitos; dan adalah mitos itu sendiri sekaligus puisi liris itu sendiri.

Proses yang unik ini sesuai dengan kelahiran tradisi epik sebagai bentuk-tengah atau bentuk-antara: Sejarahnya adalah tersingkapnya ruang antara sajak liris dan mitos, yang melahirkan sajak epik. Ruang interior atau lawa yang melahirkan puisi epik itulah yang kini tak lagi banyak digeluti oleh penyair.

Kehadiran lirik menjadi epik dalam Gema Secuil Batu bisa dinikmati melalui sekian banyak tema yang jadi kebutuhan eksistensial lirik dan epik. Pemaparan epik dalam puisinya tidak terlampau ketat. Alurnya buntung, tidak lengkap, tidak ada tahap-tahap atau episode-episode dan penokohan yang spektakuler.

Namun ada beberapa bentuk cerita dengan adegan-adegan yang seru nan syahdu, nenes, dan cengeng, dialog-dialog batin dalam ragam bentuk, deskripsi-ilustrasi dan musikalisasi, amanat, dan sublimitas yang sederhana, cukup kena, dan menggugah saya.

Semua ciri epik sebelum jadi novel dan drama begitu tipis jaraknya dengan lirik sehingga sulit sekali membedakan keduanya dengan tegas, sebagaimana halnya membedakan antara kata dan imaji dalam puisi Iswadi. Sublimitas "peristiwa" sering (hanya) dikonstruksi dengan sederhana, kadang dengan memasukkan tema sepele dan jauh dari tragedi dan kemabukan, apalagi histeria.

Kata hampir semuanya sunyi, bisu. Sikap kepenyairan yang jelas-jelas "fanatisme pada puisi" yang terungkap lewat frase "betapa nikmat hati yang tak bisa pasti" sebagai lawan dari ilmu pasti. Kata dan kalimat tersusun bagai tenun hening jiwa sebagai lawan tenung yang memaksa waktu.

Memang terdapat beberapa sajak yang membahana, hendak bermantra, tetapi tekanan bahana akhirnya jadi gema di ujung, dan terus masuk dalam bisik lirih seumpama subuh, kadang seperti asap yang senyap, bukan awan yang bergelombang, hingga melahirkan matra kewaktuan dan bukan matra keruangan.

Ketika komunikasi lewat kata telah diperalat sedemikian rupa, maka "gramatika secuil batu" bisa menjadi media yang tangkas untuk berkomunikasi dalam puisi. Ketika ada sesuatu yang dirasa mengganggu, maka batu adalah arsenal yang ampuh di tangan penyair.

***

Ada beberapa penyair yang juga menerbitkan buku puisi dengan judul batu. Sitor Situmorang dan Radhar Panca Dahana adalah dua nama yang dekat dengan gramatika kebatuan alias kebisuan.

Saya ingin menggunakan kembali kutipan saya atas telisik puisi Biografi Kehilangan Dina Oktaviani dalam membaca gramatika puisi Iswadi--yang keduanya memang bagaikan suami-istri yang serasi dan sama-sama "anak spiritual Goenawan".

Melanggar sedikit gramatika tak mengapa, asal seperti Iswadi yang berhasil mengkrital pengalaman komunikasi yang tidak melantangkan suara, tetapi kediam-dirian yang hening. Puisi-puisinya ibarat seutas tali kebisuan, di mana gema bahasa hanyalah simpul-simpulnya. Artinya: Bunyi bukan yang utama.

Komunikasi dalam puisi tak cuma dengan bersuara. Seperti bunyi frase puitik Ivan Illich--dalam terjemahan yang kena oleh Goenawan Mohamad--komunikasi dengan kebisuan adalah kefasihan dari diam.

Kalau betul bahwa kata-kata adalah bagian dari keberdiam-dirian, begitu kata Illich, maka yang terdengar elok-laku-nian bukan bunyi atau suara, melainkan keheningan akan proses batin si pembuat kata itu. Berkomunikasi dengan diam, karena itu, menyuguhkan keintiman reflektif yang terasa lebih intens dan intim ketimbang dengan bersuara.

Sudah jelas dalam puisi ada bunyi dan sunyi, bahana dan diam, tetapi yang dominan dalam puisi Iswadi jelas bukan bahana, bukan bunyi, melainkan sunyi dan diam. Kalaupun masih terdengar bunyi, maka seturut dengan Iswadi, itulah bunyi suci (wingit).

Ada beberapa saja puisi yang melantunkan bunyi i di tengah dan di ujung baris, selebihnya bunyi a komposisi gerak-diam. Batu diam. Waktu membisu. Secuil batu yang bisu adalah material yang mengkristal. Batu pualam menjadi batu kaca. Batu tidak semua seperti hazar aswad karena ada batu damar yang berkilau bagai Acer Crystal di komputer tempatku mengetik telisik ini.

Batu adalah bagian dari laku kediamdirian yang membatu. Batu yang tergeletak di sudut jalan, di tepi kali, di sungai dan pegunungan, sebagai material intim dalam Gema Secuil Batu.

Dengan batu, membatu, makna dan arti pun seperti udang di balik batu. Kadang bukan arti dan makna yang hadir, apalagi makna konotatif, melainkan cukup nikmati saja karena memang nikmat membacanya (di antara sajak nikmat membacanya adalah Seorang Sahabat, Selalu Kukatakan Padamu, Memandang, dan Asmara). Metafor-metafor mungil dan sepele mengandung isyarat pekat-kental.

* Asarpin, pembaca sastra

Sumber: Lampung Post, Minggu, 28 Desember 2008

Traveling: Menikmati Pantai 'Perawan' Cukuh Balak

SIAPA sangka nun jauh di ujung selatan Pulau Sumatera ini terdapat pantai yang indah. Kalau mau dibandingkan, mungkin setara dengan pantai Kuta Bali, bahkan yang satu ini lebih indah dan natural.

Hamparan pasir putih kecokelatan dengan gulungan ombak yang panjang melanadai, membuat decak kagum setiap insan yang melihatnya. Ya, itulah ungkapan bagi yang melihat indahnya Pantai Cukuh Balak, Tanggamus.

Pantai yang indah ditambah pemandangan yang juga tak kalah eloknya dengan bukit yang menjulang berhadapan, memang surga bagi penggemar ekowisata. Sebab, boleh dibilang pantai di kawasan ini masih "perawan" karena belum banyak yang menyentuhnya.

Di satu sisi kita bangga akan keaslian alam yang ada, tetapi di sisi lain sarana dan prasarananya kurang mendukung, sehingga lokasi wisata yang sejadinya bisa mengeruk devisa ini malah tak terlirik.

Bagaimana tidak, lokasi yang berjarak sekitar 100 km dari Bandar Lampung ini harus ditempuh dengan kendaraan roda empat dalam waktu sekitar lima jam.

Hal itu disebabkan jalan yang harus ditempuh relatif sempit, meskipun bisa untuk dua kendaraan yang berpapasan. Kondisinya juga tidak bagus; banyak lubang karena tergerus air.

Topografinya juga unik yakni membelah perbukitan yang kadang naik, kadang berada di lembah. Belum lagi pada sisi kiri dan kanan jalan terdapat lembah yang cukup terjal tapi eksotis karena bisa melihat aliran sungai yang mengular. Sungguh luar biasa.

Ketika kami yang bertujuan untuk berbagi rasa melihat saudara-saudara kita yang tertimpa musibah banjir di kawasan Pertiwi, Tanggamus, sengaja berangkat pukul 08.00 pagi, dan kami mendapati ke-helauan (keindahan, red) pantai dan pemandangan setelah menempuh perjalanan sekitar empat jam lebih.

"Subhanallah, perjalanan kita yang jauh ini terbalaskan oleh keindahan alam yang sama sekali belum pernah saya lihat. Setelah tujuan kita terlaksana, kita mampir ke pantai ya, mau menikmati air dan deburan ombak di sana," pinta Yuli, salah satu dari rombongan yang hendak bertandang ke Pertiwi, Tanggamus, pekan lalu.

Yuli, warga Wonosobo, Tanggamus itu, mengaku belum pernah menginjakkan kaki ke Cukuh Balak dan ternyata pemandangannya sangat indah.

Mulai dari Putih Doh hingga Pertiwi, hamparan pantai yang tenang sudah terlihat. Ombak berbuih putih memanjang elok, seolah memanggil untuk menghampirinya.

Kami menyusuri tepi pantai, dan pada bagian pantai yang lain justru terlihat deburan ombak yang cukup besar menghantam bebatuan besar di pinggir pantai.

Beberapa pulau juga terlihat di sana sehingga pantai yang terletak di Teluk Semaka ini relatif aman meskipun berada di lepas samudera.

Selama kami melintas, tidak ditemukan wisatawan yang bertandang di sepanjang pantai ini. Padahal, itu hari Minggu yang kerap dijadikan waktu rekreasi bagi banyak orang. Namun, beberapa nelayan terlihat ketika memasuki salah satu desa di Cukuh Balak.

Kami juga sempat berpapasan dengan seorang nelayan yang membawa hasil tangkapan berupa ikan kakap merah dan simba berukuran jumbo dengan panjang lebih dari 50 cm.

Menurut nelayan tadi, ikan tangkapan itu hendak dijual dengan harga Rp150 ribu untuk simba dan Rp75 ribu untuk kakap merah. "Ini ikan baru, hasil tangkapan kami dan hendak dijual," ujarnya.

Sedianya, kami ingin membelinya, tapi karena tidak membawa boks ikan dan perjalanan jauh, niatan membeli ikan diurungkan. Bayangkan, kami masih menempuh sekitar lima jam perjalanan, sedangkan tak ada wadah apalagi es, bisa-bisa para penumpang mabuk.

Selesai bersilaturahmi dengan warga Pertiwi dan Cukuh Balak, kami kembali pulang dan tak lupa mampir ke pantai menikmati pasir dan deburan ombak.

Kendaraan kami masuk ke kebun kelapa dengan rerumputan hijau yang sepertinya terawat itu, dan berhenti sekitar belasan meter dari bibir pantai. Rasanya tak sabar mau menginjak pasir putih kecokelatan yang terhampar itu. Dan begitu kendaraan berhenti, dengan modal kamera dan tanpa alas kaki, kami segera berlarian menikmati pasir yang tak terlalu halus tetapi nyaman di kaki ini.

Pujian akan keindahan Sang Khaliq selalu terucap dari kami dan spontan aksi potret memotret berlangsung. Wah, siapa yang tak ingin mengabadikan keindahan alam yang masih perawan ini?

Kebetulan tak jauh dari tempat kami berhenti ini ada pulau kecil yang menjorok ke laut. Jika air pasang, seolah pulau kecil tersebut terputus, tetapi ketika surut terlihat jalan (karang, red) menuju ke pulau tersebut.

Awalnya kami ingin menyeberang, tetapi karena air mulai pasang dan waktunya tak banyak, kami hanya bisa melihat dari kejauhan. Suatu saat pasti kami akan kembali dengan perbekalan yang lebih respresentatif. "Asyiknya kalau sambil berkemah di sini ya," celetuk Ira, salah satu rombongan kami yang mengaku takjub dengan pantai tersebut.

"Ini mirip Pantai Kuta di Bali ya. Nah, waktu kita di atas tadi dengan pemandangan laut di bawah, mirip di Tanah Lot. Ternyata di sini lebih indah ketimbang di Bali, sayangnya kok tidak dikelola ya," ucap Bunda, kepala rombongan kami.

Ia sangat menyayangkan masih minimnya fasilitas yang ada di sini. "Coba kalau dikelola dengan baik, misalnya, ada semacam penginapan begaya alami ya semacam home stay, pasti banyak wisatawan asing yang datang karena alam di sini masih alami dan perawan," ucapnya.

Kami sempat berkejaran dengan ombak dan membasahi kaki dengan buih pantai. Tak lupa membuka perbekalan dari Bandar Lampung, yakni nasi plus seruit ikan mas dan lalapan. Nyami... nikmat sekali menyuap nasi ke mulut sambil duduk di batang pohon kelapa yang tumbang dan melihat ombak berkejaran.

Ah..., rasanya terlalu singkat untuk menikmati keindahan pantai di kawasan ini karena waktu sudah semakin sore dan harus pulang. Kami sendiri tidak tahu persis apa nama pantai ini, yang jelas helau becong weeh...(indah sekalilah, red) dan pasti kami akan kembali ke sini suatu ketika nanti. SRI AGUSTINA/M-1

Sumber: Lampung Post, Minggu, 28 Desember 2008

December 24, 2008

Visit Lampung Year 2009 Cuma Basa-Basi

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Program Visit Lampung Year (VLY) 2009 yang digulirkan Pemprov Lampung hanya basa-basi. Kegiatan yang menelan biaya Rp1,2 miliar itu hanya diisi penekanan tombol sirine tanpa didukung kesiapan infrastruktur pariwisata.

Peresmian VLY 2009 atau Tahun Kunjungan Lampung 2009 juga sebatas menyosialisasikan 42 kegiatan umum bidang pariwisata dalam satu tahun. Mulai Januari, pemerintah kabupaten/kota mengumpulkan catatan tentang kegiatan pariwisata dan budaya yang akan digelarnya. Kegiatan di kabupaten/kota itu pun berupa hal-hal yang sudah rutin dilakukan dan terkesan diselenggarakan seadanya.

Sementara daya dukung di lokasi tujuan wisata seperti infrastruktur sebagai sarana aksesibilitas kurang memadai. Pemerintah kabupaten/kota juga kurang memperhatikan infrastruktur di daerahnya. Padahal infrastruktur dapat juga dipromosikan untuk membuat wisatawan tertarik berkunjung.

Pembukaan VLY 2009 di lapangan parkir GOR Saburai, Selasa (23-12), ditandai penekanan tombol sirine oleh Gubernur Lampung Syamsurya Ryacudu. Dalam sambutannya, Gubernur berharap VLY 2009 dibarengi dengan keseriusan program untuk menarik sebanyak-banyaknya wisatawan berkunjung ke Lampung.

Mulai dari peningkatan infrastruktur hingga peningkatan kualitas produk dan pelayanan serta diversifikasi destinasi. "Momentum ini harus menjadi pemacu semangat untuk memberikan yang terbaik kepada Sai Bumi Ruwa Jurai," kata Syamsurya.

Gubernur berpesan agar pemda kabupaten/kota sebagai pemilik wilayah yang akan dikunjungi wisatawan agar segera berbenah. Pembenahan itu baik dalam bidang kepariwisataan dan pelestarian budaya untuk mengangkat harkat dan martabat daerah. "Selain pemda kabupaten/kota, dunia usaha juga harus dapat memberi kenyamanan wisatawan berkunjung ke Lampung," kata dia.

Target 1,5 Juta Wisatawan

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung, M. Natsir Ari, mengatakan keberhasilan VLY 2009 itu bukan hanya ditentukan instansinya. Namun, juga harus didukung satuan kerja dan instansi lain agar wisatawan datang ke Lampung sebanyak-banyaknya.

Terutama pemda kabupaten/kota sebagai pemilik objek wisata harus berjuang mendukung VLY 2009 dengan membuat kegiatan wisata. "Jangan sampai program yang diluncurkan ini tidak ada pergerakannya sampai akhir tahun," kata dia.

Natsir menargetkan tahun ini Lampung akan dikunjungi dua juta wisatawan dengan target waspada 1,5 juta wisatawan dan minimal satu juta wisatawan. Namun, di sisi lain, kondisi infrastruktur sebagai penunjang wisata belum juga menjadi perhatian. Salah satu indikatornya dalam penyusunan APBD 2009, alokasi dana perbaikan dan perawatan jalan turun. Perbaikan dan perawatan jalan sepanjang 2.369 kilometer, turun dari tahun 2008 Rp250 miliar menjadi Rp130 miliar pada 2009.

Secara terpisah, Ketua Komisi B DPRD Lampung Indra S. Ismail mengatakan alokasi anggaran perbaikan dan perawatan jalan sebesar itu hanya mampu memperbaiki sebagian kecil jalan provinsi. Karena itu, lanjutnya, target kondisi jalan mantap juga turun. Jika pada 2008, jalan mantap sebanyak 68 persen, dengan turunnya anggaran kondisi jalan mantap menjadi 40 persen. "Dengan kondisi jalan mantap hanya 40 persen, 60% jalan provinsi pada tahun 2009, kondisinya rusak sampai rusak berat," kata dia.

Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Lampung Indra Bangsawan mengatakan buruknya kondisi infrastruktur di Lampung akan semakin buruk jika moralitas pemborongnya sudah buruk. Terlebih di Kota Bandar Lampung dengan buruknya sistem drainase dan kualitas pembangunan jalan menyebabkan kondisi jalan semakin memprihatinkan. Kerusakan jalan terjadi di hampir semua ruas jalan mulai dari jalan nasional, jalan provinsi, hingga jalan kota.

Jalan nasional seperti Jalan Soekarno-Hatta kondisinya sangat memprihatinkan. Seperti di perempatan lampu merah Way Halim, ada lubang sebesar kubangan kerbau di sisi utara jalan, sehingga menyebabkan kemacetan di jalan tersebut.

Jalan bergelombang dan berlubang juga ditemui di sepanjang ruas Jalan Soekarno-Hatta mulai dari Panjang hingga ke bundaran patung Raden Intan. Bila hujan turun, pengguna jalan kerap terjatuh atau terpeleset karena lubang tertutup air dan tidak terlihat.

Padahal, konsultan pariwisata dari Association of The Indonesian Tours an Travel Agencies (ASITA) Nicolaus Lumanauw mengatakan kesiapan infrastruktur menjadi salah satu indikator daya tarik wisatawan. "Aksesibilitas harus benar-benar diperhatikan, jangan sampai orang tak mau datang karena sulitnya akses ke tempat wisata," kata Nicolaus.

Ia menambahkan instansi terkait harus memiliki data akurat tentang lokasi tujuan wisata. Mulai dari jumlah, lokasi, paket yang ditawarkan, akses menuju ke lokasi, bila perlu sampai biaya yang harus dikeluarkan wisawatan dengan tawaran fasilitas yang tersedia.

Sehingga, akan sangat mudah promosi tentang pariwisata di daerah kepada calon wisatawan. "Perlu juga ada event wisata yang digelar dengan mengundang instansi terkait dari negara luar. Sebab, kunci pariwisata sekarang adalah di promosi," kata dia.

Sementara itu, pengelola hotel di Bandar Lampung kecewa karena tidak dilibatkan dalam peluncuran VLY 2009. "Kami tahu ada peluncuran VLY dari surat kabar. Tetapi tidak ada sosialisasi langsung kepada pengelola hotel," kata Marketing & Public Relation Hotel Indra Puri, Indrawansyah, kemarin.

Namun, menurut dia, Hotel Indra Puri tetap berbenah untuk menyambut VLY ini. Indra Puri telah meningkatkan layanannya mulai dari renovasi gedung dan interior hingga layanan hot spot untuk mendukung jaringan komunikasi.

Hal senada diungkapkan Senior Sales Supervisor Bukit Randu Hotel dan Restoran, Raban. Menurut dia, sebagai pihak terkait pihak hotel tidak mendapat sosialisasi VLY 2009. "Kami memang diundang menghadiri pembukaan VLY, tapi sosialisasi program VLY-nya tidak ada. Jadi kami tidak tahu arahnya ke mana," ujar Raban.

Menurut dia, meski peluncuran VLY yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat melalui jalan sehat cukup baik, gebyarnya masih kurang. Ia menyesalkan mengapa tamu hotel tidak diikutsertakan. "Sebenarnya sejak tahun lalu, VLY sudah digaungkan. Tapi, strateginya seperti kurang kena sasaran," kata dia. n AAN/NOV/U-1

Sumber: Lampung Post, Rabu, 24 Desember 2008

Wisata: Tabek Indah Gelar Warna-Warni Tahun Baru

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Kampoeng Wisata Tabek Indah di Desa Serbajadi, Natar, Lampung Selatan, menggelar Warna-Warni Kampoengku untuk merayakan malam pergantian tahun. Acara yang dikemas Rabu (31-12) mulai pukul 19.00 ini membidik semua kalangan usia.

Sales & Marketing Supervisor Kampoeng Wisata Tabek Indah Herlina Rosida, Selasa (23-12), mengatakan sesuai tema Warna-Warni Kampoengku, perayaan malam Tahun Baru di Tabek ini dapat dinikmati semua kalangan usia mulai anak-anak hingga tua. Untuk mengikuti Warna-Warni Kampoengku ini, pengunjung dikenai tarif Rp150 ribu/orang. Tarif ini termasuk tiket masuk, tiket acara, topi, terompet, dan doorprize. Tiket termasuk gala dinner dengan menu steak.

"Pengunjung akan dihibur dengan berbagai acara seperti sulap, dancer, full band, organ tunggal, dan pesta dansa. Selain itu, tetap ada acara khas Tabek seperti api unggun, atraksi outbound, dan kembang api," papar Herlina.

Selain tiket khusus mengikuti acara Warna-Warni Kampoengku, Tabek menyiapkan paket menginap untuk cottage maupun kamping (tenda). Untuk paket cottage terbagi menjadi beberapa tarif yang disesuaikan jumlah tamu, yakni double/single untuk dua orang seharga Rp780 ribu/kamar. Kemudian triple untuk tiga orang seharga Rp1,05 juta/kamar, quadrople untuk empat orang seharga Rp1,32 juta/kamar.

Masing-masing tamu mendapat fasilitas tiket acara Warna-Warni Kampoengku, sarapan pagi, dan tiket kolam renang. Sedangkan tambahan tempat tidur dikenai tambahan Rp250 ribu/orang. "Khusus untuk tambahan tempat tidur ini, tidak mendapat tiket acara malam Tahun Baru. Tamu dikenai tarif umum jika mau mengikuti acara," kata dia.

Untuk paket kamping dikenai harga Rp700 ribu/tenda untuk tiga orang. Harga ini sudah termasuk tenda dome, sarapan pagi, tiket kolam renang, dan tiket acara malam Tahun Baru. Untuk mengikuti acara ini, pengunjung dapat melakukan reservasi langsung ke Kampoeng Wisata Tabek Indah mulai saat ini. n NOV/E-1

Sumber: Lampung Post, Rabu, 24 Desember 2008

December 23, 2008

Hari ini Visit Lampung 2009 Dibuka Gubernur

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Hari ini (23-12) Gubernur Lampung Syamsurya Ryacudu membuka grand launching Visit Lampung Year (VLY) 2009 di lapangan parkir GOR Saburai Bandar Lampung. Gubernur akan membunyikan sirine sebagai tanda dimulai ajang wisata dan budaya sepanjang tahun 2009.

Acara itu dimulai dengan jalan sehat masyarakat dengan gubernur dan bupati/wali kota se Lampung. Jalan sehat yang menawarkan beragam hadiah itu kemudian berakhir di lapangan parkir GOR Saburai.

Kemudian dilanjutkan dengan peluncuran akbar Tahun Kunjungan Wisata Lampung. Acara itu juga sekaligus meresmikan situs resmi wisata Lampung yang beralamat di www.visitlampung2009.com.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Lampung M. Natsir Ari mengatakan pada tahun-tahun sebelumnya event wisata Lampung adalah Festival Krakatau dan Festival Way Kambas.

Namun, untuk tahun 2009, ada satu lagi ajang andalan wisata di Lampung yakni Festival Durian yang digelar di Bandar Lampung pada Januari 2009.

"Event perdana dalam kalender kegiatan wisata Lampung itu direncanakan jadi andalan karena substansinya untuk mengangkat produk pertanian masyarakat," kata Natsir ditemui di ruang kerjanya, Senin (21-12).

Menurut dia, apalagi saat ini Bandar Lampung telah memosisikan daerahnya menjadi sentra durian. Keseriusannya ditandai dengan membangun Tugu Durian di daerah yang menjadi penghasil durian, pasar durian dan wisata durian yakni Sukadana Ham-Batuputu.

"Kami berharap tugu durian itu jangan hanya cukup dibangun, tapi ada kegiatan yang berkaitan dengan pembangunannya itu," kata dia.

Natsir menjelaskan keberhasilan VLY 2009 itu bukan hanya di tangan Disbudpar, melainkan di satuan kerja dan instansi di sektor lain harus mendukung, agar wisatawan datang ke Lampung sebanyak-banyaknya. Terutama pemda kabupaten/kota sebagai pemilik objek wisata harus berjuang mendukung VLY dengan membuat kegaiatan wisata.

"Jangan sampai program yang kita luncurkan ini tidak ada pergerakannya sampai akhir tahun. Targetnya tahun ini kunjungan dua juta wisatawan dengan target waspada 1,5 juta wisatawan dan minimal satu juta wisatawan," kata Natsir yang didampingi Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dispbudpar Lukmansyah kemarin.

Lukmansyah menambahkan seluruh elemen masyarakat juga diundang untuk memberi kontribusi terhadap VLY 2009. Misalnya, pada awal Januari 2009, Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Lampung akan menggelar Kemah Pemuda Lintas Agama Peduli Lingkungan di Youth Camp Gunung Betung.

Pada kegiatan itu akan diundang organisasi pemuda berbasis agama se-Sumatera dan Jawa untuk berkemah di sana. "Yang jelas apa pun kegiatan yang bakal bisa mendatangkan wisatawan atau memberi peluang orang untuk mengetahui potensi wisata di Lampung, akan didukung," ujar dia. n AAN/K-1

Sumber: Lampung Post, Selasa, 23 Desember 2008

Banjir, Bandar Lampung Menyusul Jakarta

Oleh Dewa Putu Adi Wibawa*

MASALAH lingkungan hidup selalu diidentifikasi sebagai low politics dalam terminologi ilmu politik. Tidak terlalu penting. Padahal kelangsungan nasib 6 miliar manusia penghuni bumi bergantung padanya.

Masalah lingkungan hidup bukan cuma soal pembuangan limbah yang seenaknya, kebakaran hutan, atau terus bertambahnya daftar spesies langka yang musnah. Sebagai isu sosial, lingkungan hidup mulai ramai dan santer diperbincangkan sekitar 1960-an di Barat. Di bawah bayang-bayang kian memanasnya Perang Dingin menyusul perlombaan senjata pemusnah masal oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat, menyebarlah kesadaran baru di kalangan sejumlah anak muda di Barat untuk kembali menjaga planet ini.

Buktinya, situasi belakangan yang terjadi di Bandar Lampung adalah salah satu problematika ekologis yang mesti diperhitungkan. Di mana pada tanggal 18 Desember curah hujan dengan intensitas tinggi terjadi di Bandar Lampung, yang jadi salah satu penyebab banjir di beberapa titik.

Sejarahnya, banjir merupakan rutinitas tahunan yang terjadi di Bandar Lampung. Namun, peristiwa tahun ini di luar prediksi awam. Dipastikan, ini merupakan banjir terbesar sepanjang 17 tahun terakhir.

Pascamusibah, di sela-sela upaya rehabilitasi yang dilakukan, terdapat perdebatan melibatkan banyak kalangan, yang mengangkat satu tema besar yaitu pihak yang paling pantas bertanggung jawab (kambing hitam) atas peristiwa ini. Terdapat satu hal yang cukup kontroversial, ketika dalam suatu kesempatan Wali Kota Bandar Lampung Eddy Sutrisno menyatakan warga adalah yang paling bersalah hinggga terjadinya peristiwa banjir tersebut. Pernyataan yang memiliki tendensi mengalihkan beban tanggung jawab pada pihak lain tersebut tentu saja dapat dikategorikan pernyataan yang dapat mengakibatkan distorsi pemahaman masyarakat terdapat persoalan yang terjadi.

Problematika banjir merupakan kompleksitas dari berbagai aspek: Sosial, ekonomi, politik, dan ekologis. Tentu pernyataan Wali Kota tidak mendapatkan tempat dalam argumentasi ini karena titik pandang parsial yang mendasari kesimpulannya.

Terbukti dengan menggunakan asumsi perilaku sosial masyarakat yang menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan terakhir dinilai olehnya bertentangan dengan program ambisius Ayo Bersih-Bersih.

Padahal banjir yang terjadi di antaranya karena disfungsi kawasan konservasi. Data yang dilansir Lampung Post menyebutkan dari 16 bukit di Bandar Lampung, hanya tersisa dua yang keseimbangan ekosistemnya masih terjaga. Sehingga di satu kawasan warga secara langsung merasakannya dalam bentuk banjir lumpur.

Konversi lahan terjadi pada kawasan hulu yang kini berubah fungsi menjadi objek pariwisata. Kemudian tingkat sedimentasi yang tinggi yang menyebabkan penyempitan badan sungai hingga mencapai 30--50%. Dampak lainnya, pendangkalan sungai. Berikutnya yang tidak kalah vitalnya adalah sistem drainase yang dibangun oleh pemerintah banyak yang tidak berfungsi maksimal akibat putusnya akses saluran menuju jaringan drainase. Sehingga kondisi tersebut semakin memungkinkan Bandarlampung sebagai kota langganan banjir.

Eksploitasi Serakah Menjadi Penyebab?

Korelasi isu lingkungan dan politik di level lokal di Indonesia berwatak paradoksal. Sejak awal Indonesia berdiri, SDA sudah dibebat rapat-rapat oleh negara dan dijadikan miliknya. Dengan demikian, hak suku asli atas SDA otomatis hilang karena adanya penguasaan negara.

Ketika potensi lingkungan disadari bermanfaat sebagai sumber daya ekonomi, hak-hak suku asli dirampas oleh negara atas nama kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya untuk melapangkan jalan bagi eksploitasi sumber daya alam. Ini meupakan distorsi terhadap makna sejati yang diamanatkan oleh konstitusi, di mana kekayan alam sepenuhnya akan dikembalikan pada rakyat.

Distorsi terjadi adalah akibat moda ekonomi yang dominan kini merupakan perkembangan dari penetrasi kepentingan pemodal terhadap proses pengelolaan sumber-sumber produktif bangsa. Dan bukan sesuatu yang tabu untuk mengetahui bahwa watak moda ekonomi yang kapitalistik selalu akan mengedepankan akulumasi profit sebagai tujuan tertinggi, dan menegasikan aspek lain tanpa ampun. Ini merupakan prinsip dasar pemodal di mana pun di dunia ini.

Prinsip kapitalistik ini pula yang kemudian menuntun pada suatu kondisi di mana lingkungan yang menjadi tempat hidup berjuta spesies bukan milik siapa-siapa. Tapi manusia berkeras memiliki dan merusaknya. Ketika kita menyaksikan Discovery Channel atau Dunia Dalam Berita pernahkah terbayang bagi kita bahwa apa yang mereka tampilkan itu sebenarnya sama saja? Kedua merupakan belantara perebutan kekuasaan yang tak kenal batas.

Lantas kaitannya dengan Kota Bandar Lampung? Sudah jelas, berangkat dari kasus banjir, sekali lagi, penyebabnya buka semata kesalahan masyarakat akan teapi lebih signifikan lagi adalah akibat kerusakan perimbangan ekosistem. Dan kerusakan ekosistem tersebut bukan tanpa sebab karena kesadaran penuh manusia.

Liberalisasi pengelolaan sumber daya produktif di Bandar Lampung dilegitimasi dengan pemberlakuan perda adalah penyebabnya.

Dalam penyampaian sebelumnya, terdapat data jumlah bukit di Bandarlampung yang mengalami penggerusan, dan akivitas tersebut dilegalisasikan oleh Pemkot. Lalu ditambah dengan konversi kawasan konservasi di bagian hulu menjadi objek wisata. Hal-hal tersebut merupakan bukti konkret ketika pemerintah harus tunduk terhadap moda ekonomi yang dikendalikan oleh pemodal.

Beberapa tindakan pokok yang harus dilakukan Pemkot menangani banjir, pertama, perumusan TUTR harus mengakomodir kebutuhan proporsi perimbangan ekosistem. Kedua, mencabut seluruh perizinan yang melegalisasi segala bentuk eksploitasi ekologis, termasuk penggerusan bukit dan konversi lahan konservasi di hulu. Ketiga, merealisasikan pembangunan embung di beberapa kawasan, berikut merekonstruksi sistem drainase kota yang carut marut.

Itu hal-hal paling rasional yang dapat diterapkan ketimbang mendiskreditkan warga sebagai penyebab banjir. Atau, yang mendatang dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan demi kelestarian hidup seluruh makhluk adalah memotong logika "dengan modal sekecil-kecilnya dapat keuntungan sebesar-besarnya" dalam pengelolaan lingkungan dan SDA.

* Dewa Putu Adi Wibawa, Sekretaris Eksekutif Kota Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Bandar Lampung

Sumber: Lampung Post, Selasa, 23 Desember 2008

Opini: Banjir Merendam Bandar Lampung

Oleh Suprianto*

BANJIR yang melanda Bandar Lampung, 18 Desember 2008, pukul 15.00--20.00, merupakan banjir terbesar dalam sejarah Lampung sejak 25 tahun terakhir. Setidaknya analisis bencana ini telah disampaikan Walhi Lampung dari 10 tahun lalu pada tiap kesempatan. Ini merupakan kampanye utama Walhi: Mengajak seluruh elemen/komponen masyarakat menjaga dan mengamankan sumber daya alam.

SDA merupakan suatu himpunan integral dari komponen hayati (biotik) dan komponen nirhayati (abiotik), mutlak dibutuhkan manusia untuk hidup dan untuk meningkatkan mutu kehidupan. Komponen hayati dan nirhayati secara fungsional berhubungan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk sistem, yang dikenal dengan ekosistem.

Apabila terjadi perubahan pada salah satu dari kedua komponen dalam sistem tersebut, dapat mempengaruhi keseluruhan sistem baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun keseimbangan.

Banjir dan longsor yang terjadi di Bandar Lampung mengambarkan adanya perubahan, yaitu kerusakan salah satu unsur yang berkaitan dalam ekosistem tersebut. Dalam catatan Walhi dan berdasarkan fakta lapangan, banjir bandang yang terjadi hampir di seluruh kecamatan di Bandar Lampung itu disebabkan dua faktor.

Satu, berkurangnya kawasan resapan air. Bandar Lampung merupakan salah satu muara dari kabupaten-kabupaten di Provinsi Lampung yang memiliki SDA dan berfungsi sebagai kawasan ekosistem penyangga seperti Tanggamus, Pesawaran, dan Lampung Barat. Kerusakan sumber daya hutan di beberapa kabupaten hulu tentunya memiliki dampak dan pengaruh terhadap ekosistem itu sendiri. Artinya, daya dukung lingkungan hidup Bandar Lampung juga sangat erat dengan kerusakan hutan di provinsi ini.

Untuk konteks Bandar Lampung, Walhi memberikan catatan dan fakta telah terjadi penyimpangan/perubahan terhadap salah satu komponen ekosistem. Yang pertama, pemenuhan 30% untuk kawasan terbuka hijau dalam rencana tataruang wilayah di Kota Bandar Lampung ini tidak terpenuhi.

Kedua, faktanya wilayah-wilayah yang telah ditetapkan sebagai kawasan resapan air dan hutan kota saat ini berubah fungsi. Dari 12 kawasan resapan air, paru-paru kota, dan hutan kota, hanya tiga wilayah/kawasan resapan air yang kondisinya masih hijau/baik: Gunung Sulah, Gunung Banten, dan Gunung Kucing. Sembilan kawasan konservasi seperti Gunung Kunyit, Gunung Sari, Gunung Perahu, Bukit Sukamenanti, Bukit Kultum, Bukit Randu, Bukit Kapuk, Lereng Rasuna, dan Bukit Camang semua kondisinya berubah fungsi menjadi kawasan permukiman, hotel/restoran, dan penambangan.

Banjir yang terjadi di Bandar Lampung ini akibat akumulasi kebijakan Pemkot yang tidak prosedural. Sampai saat ini pun masih diberikan izin pada swasta yang ingin mengeksploitasi wilayah-wilayah konservasi. Wilayah lain di Bandar Lampung yang merupakan penyangga hulu kota adalah Kecamatan Kemiling. Saat ini di wilayah tersebut juga telah terbuka untuk pembangunan perumahan dan pembangunan ruko-ruko yang juga tidak terkendali.

Hilangnya kawasan resapan air berakibat pada menurunnya daya dukung lingkungan dan lahan sehingga ekosistem yang berkaitan satu dan yang lainnya tersebut terganggu dan tidak akan berfungsi secara baik. Hal itulah yang kemudian menyebabkan banjir dan longsor di beberapa titik di Bandar Lampung.

Dua, distribusi, pengaturan serta pengawasan sampah rumah tangga khususnya di bantaran sungai tidak dilakukan dengan baik. Catatan dan faktanya, program Ayo Bersih-Bersih yang digalakkan Pemkot juga tidak disertai dengan implementasi program dan model pendekatan yang menitikberatkan pada pola-pola penyadaran masyarakat, hanya seremonial. Meski program ini telah dilaksanakan beberapa tahun terakhir, indikator keberhasilannya pun belum terlihat.

Kurang baiknya sistem drainase tidak bisa dijadikan justifikasi untuk ikut menjadi penyebab utama banjir di kota ini. Jika ekosistem SDA seimbang, unsur-unsur ekosistem tersebut akan dapat memberikan fungsi dengan baik. Jika distribusi, pengaturan, dan pengawasan sampah rumah tangga di Bandar Lampung dilakukan dengan baik, tidak akan pernah ada sampah di bantaran sungai.

Analogi sederhananya, setiap tahun kita pasti melewati musih kemarau dan musim hujan. Mengapa banjir besar di Bandar lampung tidak terjadi sepuluh tahun lalu, baru saat ini banjir besar. Ini dapat disimpulkan bahwa dua hal di atas dapat dijadikan justifikasi penyebab banjir di Bandar Lampung beberapa waktu lalu.

Saat ini paling tidak kita telah diberikan kesadaran baru dari bencana yang kita alami untuk bersama-sama menuntut hak dan memberikan fungsi kontrol terhadap proses-proses pembangunan. Catatannya, ada beberapa hak dan sumber informasi yang mestinya menjadi referensi kita yang berkaitan dengan pemanfaatan SDA.

Undang-Undang No 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem mengatur tentang definisi SDA hayati. Yang paling utama, pentingnya ekosistem dipertahankan dalam konteks keberlangsungan sumber-sumber daya alam hayati. UU ini lebih menekankan pada perlindungan seperti perlindungan sistem penyangga, aktivitas apa yang dilarang dan apa sanksinya. UU juga memberikan uraian tentang peran serta masyarakat dan kawasan pelestarian

Lalu, UU No 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang Materi. Yang diatur meliputi pembagian ruang dan aspek penataannya seperti kawasan pedesaan, perkotaan, kawasan lindung, dan kawasan budi daya. Artinya, ada dasar hukum (legal base) untuk menghindari tumpang tindih pemanfaatan ruang antara kawasan lindung dan kawasan eksploitasi.

Kemudian, UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sebagai UU yang meletakkan prinsip-prinsip dasar pengelolaan LH, UU ini memasukkan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan hidup. Ada 5 hal penting dalam UU ini yang dapat mendukung pelestarian fungsi lingkungan, pertama, Pasal 5 yang mengatur hak, kewajiban, dan peran masyarakat. Yang menekankan setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan yang baik dan sehat serta tiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup.

Kedua, setiap perizinan harus memperhatikan rencana tata ruang dan pendapat masyarakat. Keputusan mengenai perizinan wajib diumumkan (Pasal 19).

Pasal 19 menekankan keterbukaan informasi dan menempatkan aspirasi sebagai salah satu indikator penting ketika proses perizinan diberikan.

Ketiga, Pasal 35 menerapkan asas tanggung jawab mutlak, yaitu kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan. Walaupun dibatasi untuk aktivitas yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan.

Keempat, Pasal 37 Ayat (1) memberikan hak bagi masyarakat untuk mengajukan gugatan perwakilan (class action) ke pengadilan.

Kelima, Pasal 37 Ayat (2) juga memberikan dasar hukum bagi organisasi lingkungan hidup untuk mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup. n

* Suprianto, Ketua Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung

Sumber: Lampung Post, Selasa, 23 Desember 2008

December 22, 2008

Krisis, Wisatawan Malah Meningkat

SUKADANA (Lampost): Krisis global tak menurunkan jumlah wisatawan baik asing maupun wisatawan domestik. Bahkan, selama krisis global jumlah wisatawan di berbagai tempat naik belasan persen dibanding sebelum krisis.

Hal tersebut dikatakan staf ahli Bidang Ekonomi dan Iptek Departemen Kebudayaan Titin Sukaria saat memberi sambutan pada acara Festival Way Kambas di Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Sabtu (20-12).

"Selama krisis jumlah wisatawan mengalami kenaikan kalau untuk omzet dari wisata kami belum mengetahui berapa kenaikannya. Namun, teorinya jika jumlah wisata mengalami kenaikan tentunya pendapatan omset akan lebih banyak bila dibanding sebelumnya," kata Titin.

Salah satu contoh, pengunjung di TNWK naik sekitar 45 persen, jika dibanding dengan tahun sebelumnya. "Selain itu, di Bromo, Pasuruan, Jawa Timur, menurut data kami tahun 2008 pengunjung wisata asing mengalami kenaikan 10-15 persen dibanding dengan tahun 2007," kata dia.

Titin juga mengharapkan pemerintah provinsi, kabupaten, ataupun pihak TNWK, memedulikan nasib petani yang terganggu oleh gangguan gajah liar.

"Saya sangat prihatin setelah membaca Lampung Post tentang gajah yang terus menghantui petani. Kasihan jika hal itu terus menurus menjadi momok petani," ujarnya.

Tiga Strategi

Sementara itu, Direktur Jasa Wisata Departemen Kehutanan Bambang Tri Hartono mengatakan Balai TNWK merupakan salah satu dari 50 balai nasional yang telah ditetapkan pemerintah.

"Dalam pengelolaan taman nasional harus didasarkan pada tiga strategi konservasi, yakni perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan, keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosisitem," ujar Bambang.

Menurut Bambang, Way Kambas juga merupakan tempat pertama didirikan pusat pelatihan gajah yang telah berkembang menjadi salah satu atraksi wisata yang menarik dan bahkan menjadi ikon wisata di Lampung.

Selain pelatihan gajah dan atraksi gajah, di TNWK terdapat Suaka Rhino Sumatera (SRS), yang merupakan tempat penelitian pengembangan badak sumatra.

"Menurut World Tourism Organization (WTO), tahun 2010 nanti diperkirakan kegiatan kepariwisataan akan banyak bergeser ke arah wisata alam, seperti di TNWK ini," kata Bambang. n */R-2

Sumber: Lampung Post, Senin, 22 Desember 2008

Potensi Banjir Bandar Lampung dan Solusinya

Oleh Gatot Eko Susilo*

KETIKA kota kita, Bandar Lampung, diserang banjir beberapa hari lalu, semua orang seakan-akan tersadar ada sesuatu yang salah dengan kota ini. Sebagian orang mengatakan banjir merupakan akibat besarnya curah hujan yang jatuh. Sebagian lagi menuding perubahan tata guna lahan dan hilangnya daerah resapan sebagai penyebab utama. Ada pula yang menegaskan rusaknya sistem drainase dan penyempitan sungai adalah biang keladi dari segala bencana banjir.

Semua pendapat para ahli, pejabat, cendekiawan, atau masyarakat tersebut memang cukup beralasan tapi masih bersifat sangat umum mengingat faktor-faktor yang disebutkan di atas memang merupakan faktor-faktor penyebab banjir yang paling umum di kota-kota di Indonesia. Kemudian ramai-ramai pula orang mencoba memberikan solusi bagi penyelesaian bencana banjir di Bandar Lampung ini.

Sayangnya, penyajian data yang akurat mengenai penyebab banjir dominan di Bandar Lampung masih belum muncul ke permukaan sehingga solusi-solusi yang ditawarkan juga masih bersifat prakiraan dan prediksi.

Pada dasarnya, banjir di Bandar Lampung sudah terjadi sejak lama terutama di daerah-daerah pantai seperti di Kecamatan Panjang serta Telukbetung dan sekitarnya. Tetapi banjir-banjir tersebut masih dianggap banjir sporadis dan kejadian alamiah mengingat daerah-daerah tersebut merupakan pantai yang berbatasan dengan perbukitan. Sehingga secara teoritis merupakan daerah yang lumrah terkena banjir apabila terkena aliran air akibat hujan deras di perbukitan dan pengaruh pasang surut air laut.

Sejak 90-an, banyak studi dan pembangunan infrastruktur yang dilakukan untuk membebaskan daerah Panjang dan Telukbetung dari bencana banjir. Meskipun belum seluruhnya berhasil, program pemerintah cukup efektif mengurangi kerugian akibat bahaya banjir di daerah-daerah tersebut.
Potensi Banjir dan Solusinya

Walaupun telah terdapat beberapa insiden banjir, di sisi lain Kota Bandar Lampung seperti Penengahan dan Kedaton, sampai awal 2000-an, orang masih belum banyak mengatakan Bandar Lampung adalah kota yang rawan banjir. Banjir mulai dianggap sebagai bencana alam yang mengancam Lampung pada pertengahan tahun 2000-an ketika terjadi genangan yang cukup permanen di Jalan Kartini, yang merupakan "wajah" Kota Bandar Lampung. Sampai akhirnya banjir yang terjadi beberapa hari lalu benar-benar membuktikan Bandar Lampung adalah kota yang rawan banjir.

Drainase atau jaringan pembuangan air di Bandar Lampung bermuara di beberapa sungai yang menjadi main drain atau drainase utama yang mengalir ke Teluk Lampung. Sungai-sungai tersebut adalah Way Belau yang menjadi drainase utama Kecamatan Telukbetung Barat, Kecamatan Telukbetung Selatan, sebagian Kecamatan Kemiling, dan sebagian Kecamatan Tanjungkarang Barat. Selanjutnya adalah Way Kuala yang merupakan drainase utama terbesar di Bandar Lampung.

Data yang didapat penulis dari penelitian pada 2005 menunjukkan sungai ini menampung sekitar 70% debit yang dihasilkan Kota Bandar Lampung ketika hujan. Daerah aliran sungai (DAS) Way Kuala meliputi daerah yang yang meliputi Kecamatan Kemiling, Kecamatan Tanjungkarang Barat, Kecamatan Tanjungkarang Pusat, Kecamatan Kedaton, Kecamatan Sukarame, Kecamatan Sukabumi, Kecamatan Tanjungkarang Timur, sebagian Kecamatan Telukbetung Utara, dan sebagian Kecamatan Panjang.

Selain kedua sungai di atas, ada beberapa sungai yang mempunyai DAS berukuran kecil yang merupakan drainase utama dari daerah pantai di sekitar Telukbetung dan Panjang. Sungai-sungai tersebut adalah Way Kupang di Kecamatan Telukbetung Selatan, Way Sukamaju di Kecamatan Telukbetung Barat, serta Way Galih dan Way Lunik di Kecamatan Panjang.

Jalan Kartini Bandar Lampung merupakan wilayah yang berada dalam DAS Way Simpur. Way Simpur merupakan anak sungai dari Way Kuala yang mempunyai panjang sekitar 5 km. Daerah hulu DAS Way Simpur berlokasi di Bukit Palapa I yang terletak di sekitar SMAN 3 Bandar Lampung, Bukit Kaliawi Bukit Palapa II yang terletak di sekitar Jalan Raden Imba Kesuma.

Anak-anak sungai Way Simpur di daerah ini merupakan selokan-selokan dengan lebar 1 sampai 2 meter dengan bentuk yang tidak konsisten dan kemiringan yang agak curam. Ketika terjadi hujan, sebagian besar air hujan mengalir cepat dan mengumpul di daerah cekungan yang berada di perbatasan Kelurahan Palapa dan Kelurahan Kaliawi. Daerah ini tepat berada di sekitar belakang Mal Kartini.

Penyempitan saluran dan sedimentasi di daerah ini cukup parah akibat padatnya permukiman penduduk. Sebagai akibatnya debit sungai yang berasal dari air hujan tidak bisa menyeberangi Jalan Kartini dan menumpuk di daerah permukiman penduduk dan mengakibatkan banjir.

Sebagian air hujan yang jatuh di Bukit Palapa II akan mengalir pula secara cepat ke arah Kelurahan Durian Payung. Daerah ini cukup curam dan tidak mempunyai jaringan drainase yang memadai. Sebagai akibatnya, air mengalir melalui Jalan Ratu Dipuncak yang berada di samping Mal Artomoro. Air tersebut akan mengumpul secara cepat di Jalan Kartini tepat di depan Mal Artomoro karena tidak ada akses drainase yang mampu mengirim air dari ruas Jalan Kartini ke anak sungai Way Simpur yang berada di seberang Jalan Kartini. Akibatnya dapat ditebak, yaitu terdapat genangan air yang cukup tinggi di depan Mal Artomoro.

Air terakumulasi di daerah tersebut karena posisi topografi daerah yang rendah. Anak sungai Way Kuala yang lain yang sering mengakibatkan banjir di Bandar Lampung adalah Way Awi. Pengalihan fungsi DAS Way Awi di daerah hulu (daerah Sukadanaham dan dataran tinggi Sukajawa) dari daerah perladangan/kebun menjadi permukiman terjadi sangat intensif dan terus menerus dari tahun ke tahun. Penyempitan sungai yang sporadis terjadi hampir di seluruh badan sungai yang dekat dengan permukiman penduduk. Akibatnya debit air tertahan dan membanjiri daerah-daerah permukiman yang berada di pinggir sungai.

Daerah yang paling parah terkena banjir tentu saja daerah Penengahan dan Pasir Gintung. Sempitnya alur sungai, curamnya daerah aliran sungai, rapatnya permukiman, dan tingginya sedimentasi akibat sampah merupakan kombinasi penyebab banjir yang paling efektif. Banjir akan semakin parah apabila gorong-gorong yang berada di bawah rel KA di Penengahan tersumbat oleh sampah-sampah yang terbawa aliran air.

Satu sungai lagi yang cukup berpotensi untuk menjadi penyebab banjir di Bandar Lampung adalah Way Balau. Sungai ini juga merupakan anak sungai dari Way Kuala dan sebagian besar alirannya berada di Kecamatan Kedaton, tepatnya di sekitar jalan yang lebih dikenal sebagai Gang PU. DAS-nya cukup luas dan berada di sekitar dataran tinggi Kemiling. Walaupun masih bersifat lokal, sungai ini selalu mengakibatkan banjir yang melanda lingkungan sekitarnya. Bahkan akibat debit besar beberapa hari yang lalu, terlihat terjadinya penggerusan di beberapa lokasi sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan alur dan tanggul sungai yang cukup parah yang mengarah kepada bencana banjir di masa yang akan datang.

Kita tahu, memecahkan pemasalahan banjir bukanlah hal yang mudah. Banyak orang mengatakan bahwa permasalahan banjir harus diselesaikan secara cermat, komprehensif, dan bertahap. Penyelesaian yang cermat, komprehensif, dan bertahap sendiri mempunyai arti yang cukup luas sehingga tanpa diikuti oleh penjelasan teknis biasanya solusi pemecahan pemasalahan banjir "secara cermat, komprehensif, dan bertahap" adalah jawaban yang bersifat sangat umum, tidak teknis, dan tidak detail. Pemecahan permasalahan banjir juga soal teknis dan sosial.

Yang perlu diingat, penyelesaian secara teknis dan sosial tidak akan menghasilkan suatu solusi yang baik tanpa didukung oleh data, tenaga ahli yang cukup berkompeten dalam bidangnya, serta biaya yang memadai.

Solusi yang terburu-buru dan tidak didukung oleh data dan analisis yang akurat hanya akan membuang biaya. Solusi yang akurat sebaiknya juga bukan datang dari satu orang tapi dari suatu tim kecil yang terdiri dari beberapa orang yang benar-benar ahli dalam bidang yang bersangkutan.

Pembentukan tim pencari solusi pemecahan masalah banjir dengan jumlah anggota yang banyak sebaiknya dihindari karena hanya akan mempersulit proses pengambilan keputusan atau akan mengaburkan fokus dan tujuan solusi pemecahan masalah banjir itu sendiri. Pengambilan keputusan memang tidak harus terburu-buru tetapi juga tidak boleh terlalu lambat karena bahaya banjir yang besarnya hampir sama atau lebih besar dari banjir yang seperti sekarang ini akan datang setiap tahun bila permasalahan banjir tidak disikapi dengan cepat.

Yang paling penting, solusi pemecahan masalah banjir di Bandar Lampung harus benar-benar bersih dari tujuan-tujuan politik atau kepentingan lain yang berhubungan dengan politik. Niat untuk membangun daerah dan membantu sesama manusia adalah niat yang luhur yang harus mendasari setiap keputusan yang diambil Pemerintah Kota atau siapa saja yang mempunyai kompetensi dalam memutuskan solusi apa yang tepat untuk mengusir banjir dari kota kita.

* Gatot Eko Susilo, Ahli Perencanaan Sumber Daya Air dan Lingkungan

Sumber: Lampung Post, Senin, 22 Desember 2008

December 21, 2008

Traveling: Aroma Ikan Bakar di Tanjung Setia

BIHA--Rintik hujan menimpa seng. Deru ombak dan alunan musik lagu-lagu tempo dulu menghantar suasana malam di di Losmen Ombak Indah, Pantai Pekon Tanjung Setia, Lampung Barat, Sabtu (13-12). Hanya sekitar 10 meter dari halaman losmen terdapat sebuah amben sederhana dari kayu yang dipayungi rimbunnya kayu bakau, dengan ketinggian sekitar dua meter. Dari atas amben itu, kita bisa menyaksikan remang-remang hamparan pantai dan laut yang membentang.

Pemilik Losmen Ombak Indah, Mrs. Heni Maruli, bersama suaminya Mr. Knif, warga negara Australia, menyiapkan tempatnya untuk acara cofee night salah satu rangkaian kegiatan Semarak Wisata Tanjung Setia.

Sabtu (13-12), semua panita dan pengunjung dari Bandar Lampung berbaur sekalian memantapkan kegiatan yang akan dilaksanakan esok harinya. Malam terus beranjak, sementara panitia belum menyiapkan santap malam karena masih menungu ikan-ikan segar hasil tangkapan nelayan yang tengah dibakar. Aroma ikan bakar begitu semerbak membangkitkan rasa lapar setiap orang yang ada di sana.

Inilah salah satu daya tarik sepanjang pantai Lampung Barat yang dikenal sebagai penghasil ikan, lobster, cumi-cumi. Daya tarik ini mengundang pemancing dari luar Lampung yang kerap datang menguji kekuatan tarikan ikan blue marlin dengan pancingnya. Ikan dengan nilai ekonomi tinggi ini dikenal masyarakat setempat sebagai ikan tukhuk.

Setelah ikan selesai dibakar, semua orang yang ada di lokasi itu dipersilakan makan ikan bakar dengan sambal kecap.

Suasana keakraban semakin terlihat karena tidak ada perbedaan makanan bagi siapa saja yang datang malam itu.

Tidak disangka, 60 kilogram ikan yang disiapkan panitia tak tersisa. Hingga usai kegiatan, hidangan ikan bakar itu memberikan kesan yang menyenangkan pada satu malam di Losmen Ombak Indah.

Daya tarik ini bukan hanya pujian belaka. Data pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lampung Barat mencatat Pantai Tanjung Setia itu sudah dikunjungi sekitar 2.000 turis asing. Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lampung Barat, Gatot Hudi Utomo, pantai itu sangat menarik minat wisatawan. "Kalau wisatawan domestik, puluhan ribu wisatawan setiap tahun. Pada tahun mendatang, kami perkirakan lebih banyak lagi seiring pengetahuan masyarakat dan bertambahnya fasilitas yang ada," kata dia.

Sektor Pariwisata Lampung Barat merupakan salah satu program andalan. Untuk mempromosikannya, pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan melakukan berbagai kegiatan. Antara lain dilaksanakannya Semarak Wisata Tanjung Setia. "Ini adalah kegiatan menyongsong tahun Kunjungan Wisata Lampung 2009 yang dicanangkan Pemerintah Provinsi Lampung dengan program mencanangkan Visit Lampung Year 2009," kata Gatot. Gatot sangat optimistis dengan prospek pariwisata di Lampung Barat. Berbagai fasilitas vital, terutama akan dioperasikannya Lapangan Udara Serai, akan meningkatkan pelancong hadir di Lampung Barat. "Salah satu hal yang menjadi kendala untuk menikmati pariwisata Lampung Barat adalah transportasi. Namun, dengan adanya lapangan terbang nanti, kendala itu dapat diatasi. Kami sangat yakin, Lampung Barat akan dapat memetik sektor pariwisata sebagai unggulan," kata dia.

Kegiatan Semarak Wisata Tanjung Setia 2008, menurut Gatot, memang baru yang pertama. Namun, ia yakin kegiatan ini akan menjadi agenda tahunan yang semakin besar. sehingga menjadi event nasional dan internasional. "Ini kegiatan yang pertama mudah-mudahan nantinya akan menjadi event internasional. Untuk mendukungnya harus meningkatkan intensitas promosi," kata dia. n HENDRI ROSADI/M-1

Sumber: Lampung Post, Minggu, 21 Desember 2008

Traveling: Semarak Wisata Tanjung Setia

* Debur Pariwisata Lampung Barat

BIHA--Hampir setiap sudut pantai di Pekon Tanjung Setia, Pesisir Selatan, Lampung Barat itu sudah disesaki pengunjung, Minggu (14-12). Hari itu, gelaran Semarak Wisata Tanjung Setia dihelat.

Suasana basah memang mendominasi. Debur ombak yang bergulung dari amparan Samudera Indonesia itu disambut hujan cukup deras di pesisir Lampung Barat. Padahal, hari itu, hajat besar pariwisata digelar untuk menyemarakkan dan mengenalkan potensi wisata yang selama ini kurang dikenal.

Meskipun sejak malam hingga pagi hujan deras tidak hentinya mengguyur pantai Tanjung Setia, berganti terik dan hari yang cerah sekitar dua jam sebelum kegiatan Semarak Wisata Tanjung Setia yang dilaksanakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lambar itu dimulai.

Seakan menjadi waktu yang tepat untuk melepas kepenatan, hari libur itu dimanfaatkan tidak hanya masyarakat setempat, tetapi pengunjung dari berbagai kalangan dan usia. Mulai anak-anak hingga dewasa datang dari kecamatan lain Lampung Barat dan Bandar Lampung.

Gema kegiatan Semarak Wisata Tanjung Setia mengundang 1.000-an masyarakat untuk datang dan menyaksikan atraksi penari yang lemah gemulai membawakan tari mekhanai jebus, tari bedana, dan tari sakura.

Tari mekahani jebus menggambarkan bujang yang datang pada sebuah aktivitas atau kegiatan masyarakat Lampung. Kedatangan si bujang hanya karena hasratnya.

Dalam kegiatan Semarak Wisata Tanjung Setia, wisatawan yang datang ke pesisir Lampung Barat itu diharapkan terus bertambah setiap tahun karena tertarik menyaksikan pesona pantai Lampung Barat.

Berbagai perlombaan, seperti kebut jukung, renang laut, dan ekshibisi selancar yang akan diiktuti anak-anak Tanjung Setia dan komunitas surfing nasional dari Pantai Carita, Labuhan Ratu, Banten, turut memeriahkan Semarak Wisata Tanjung Setia penonton rela basah untuk menyaksikan atraksi komunitas surfing di atas papan selancarnya.

Tidak kalah menariknya pertunjukan monyet panjat kelapa sebagai tradisi masyarakat setempat saat panen kelapa. Bahkan, dengan isyarat menarik yang dipegang majikannya, si monyet penurut itu juga mengambil kepala muda.

Dan ibu-ibu di sana menyulap kelapa muda itu menjadi menjadi minuman khas masyarakat setempat, yakni serbat. Wah bisa dibayangkan di tengah terik matahari pantai, tiba-tiba kerongkongan dibasahi dengan minuman jus kelapa muda alias serbat. Segaaar..!!!

Melengkapi khazanah pariwisata selain wisata alam, danau, sejarah, dan budaya yang ada di Lampung Barat, sepanjang 210 kilometer daerah pesisir dengan wisata baharinya juga memiliki aneka ragam objek wisata yang menawarkan pesona keindahan, bahkan sudah berskala internasional. Ribuan turis asing dari berbagai negara datang ke pantai Tanjung Setia untuk menjajaki tantangan ombak dengan papan selancar mereka.

Menurut Iwan Setiawan, tokoh pemuda setempat, kunjungan wisatawan asing ke daerah mereka sejak tahun 2001, berawal dari beberapa wisatawan yang datang untuk membuktikan tantangan ombak Tanjung Setia yang disebut-sebut kalangan peselancar sebagai salah satu ombak terbaik di Indonesia.

Lambat laun masyarakat juga mulai terbiasa dengan kunjungan mereka. Bahkan, anak-anak Tanjung Setia yang berumur sekitar 10 tahunan terbiasa melakukan aktivitas di pantai itu mulai belajar berselancar. Dengan modal papan memperbaiki papan selancar yang rusak dan ditinggalkan pemiliknya akhirnya pada kegiatan Semarak Wisata Tanjung Setia, kemampuan mereka di hadapan Bupati Lampung Barat, Mukhlis Basri.

Sabtu (13-12), sehari sebelum kegiatan Semarak Wisata Tanjung Setia dilaksanakan, kami sudah berada di sana sehingga satu hari penuh bisa menyaksikan panorama alam Pantai Tanjung Setia itu sudah dikenal hingga mancanegara itu. Sayang, saat perhelatan event yang dilaksanakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lampung Barat itu tidak terlihat turis asing karena mereka biasa datang pada Juni--September setiap tahun.

Sangat menyenangkan berjalan menyusuri pasir putih dengan pandangan lepas di tengah laut yang menjadi sumber pencarian masyarakat nelayan setempat. Di sepanjang pantai Pekon Tanjung Setia, terdapat sejumlah losmen (penginapan). Meskipun bentuknya sederhana, setiap tahun pada puncak-puncak kunjungan wisatawan selalu ramai oleh turis asing.

Bangunan losmen tidak semegah hotel-hotel kebanyakan. Beberapa losmen hanya terbuat dari kayu papan, tapi pada bulan-bulan puncak kunjungan wisatawan, losmen-losmen itu dipastikan penuh.

Tidak jauh dari lokasi itu juga kita bisa menyaksikan kapal asing yang terdampar di kawasan itu, Sejarah Laut Krui yang pada zaman Belanda merupakan pelabuhan perdagangan seakan terbukti karena kedalamannya sehingga kapal-kapal besar bisa berlabuh di perairan Krui itu. n HENDRI ROSADI/M-1

Sumber: Lampung Post, Minggu, 21 Desember 2008

Wacana: Jejak Rekam Jagat Seni Rupa 2008

Oleh Christian Heru Cahyo Saputro*

JAGAT seni rupa Lampung memang tidak terkena imbas booming dan kebagian limpahan rezeki dari banjir duit di dunia seni rupa. Tetapi setidaknya belakangan ini dunia rupa Lampung mulai bergeliat dan dilirik. Dunia seni rupa Lampung, paling tidak di wilayah Sumatera, tak lagi dipandang sebelah mata.

Buktinya, dalam helat akbar jagat seni rupa Indonesia yang mengusung tajuk Manifesto ditaja di Galeri Nasional, Gambir, Jakarta, penggal tahun 2008 lalu, dua pelukis Lampung terpilih meramaikan event bergengsi ini. Kemudian, pameran bertajuk me-Rupa-kan Ampas Kopi--yang menawarkan ampas kopi sebagai medium--juga mendapat respons positif baik dari media maupun wacana nasional. Jejak rekam kegiatan yang digelar masyarakat seni rupa Lampung, lembaga-lembaga seperti Dewan Kesenian, Taman Budaya plus stake holder meskipun belum memuaskan mulai tampak hasilnya.

Menurut kurator dan kritikus seni rupa almarhum Mamannoor, dunia rupa Lampung sangat potensial. Lampung kaya ragam rupa lokal yang bisa dijadikan ikon, salah satunya ragam hias tapis. "Mestinya perupa mau menyelami ragam budaya yang dimiliki Lampung untuk mewarnai karyanya dengan roh kelampungan," ujar Mamannoor pada sebuah diskusi di Bandar Lampung.

Memang setelah ada sentuhan dingin dari Kang Maman--begitu panggilan kurator jebolan FSRD ITB ini--dunia seni rupa Lampung mengalami kemajuan signifikan. Tak hanya dalam karya, juga dalam olah wacana. Selain gelar karya, diskusi, dan dialog pun jadi ajang mengolah rasa juga tempat menggodok berbagai gagasan.

Pelukis Jakarta asal Lampung Syahnagra Ismail juga mengungkapkan hal senada. Menurut pelukis yang sudah melanglang ke Benua Eropa ini, perkembangan seni rupa di Lampung tidak diimbangi infrastruktur pendukung antara lain gedung pameran yang representatif, sekolah tinggi kesenian, dan galeri.

Selain itu, menurut pelukis kelahiran Telukbetung ini, Lampung tidak memiliki tokoh seni rupa yang memiliki jejaring. Persoalan lainnya, Lampung juga tidak memiliki kritikus seni rupa yang mengangkat persoalan Lampung ke pentas nasional. "Ini mungkin salah satu yang membuat pelukis Lampung kurang fight berkompetisi dalam berkarya untuk menancapkan eksistensi dengan berpameran tunggal (Solo Exibition)," kata Syahnagra.

Sedangkan media yang diharapkan bisa mendongkrak dunia rupa belum sepenuhnya mendukung publikasi. Kuratorial di Lampung juga masih jadi persoalan. Jadi, kalau pameran punya konsep tak hanya sekadar ramai-ramai mengusung karya, meminjam kata Syahnagra.

'Manifesto' Perupa Lampung

Perhelatan terakbar jagat seni rupa Indonesia digelar. Pesta raya jagat seni rupa Lampung yang mengusung tajuk Manifesto ditaja dari 21 Mei--15 Juni 2008 di Galeri Nasional, Gambir, Jakarta.

Pameran yang dimaklumatkan untuk memperingati dan merayakan Satu Abad Kebangkitan Nasional Indonesia sekaligus dalam rangkaian event World Culture Forum Indonesia 2008 ini diikuti perupa dari seantero Indonesia. Sekitar 350 karya rupa berupa lukisan, grafis, instalasi, fotografi, dan video art menyesaki ruang-ruang Galeri Nasional.

Yang membuat bangga dunia seni rupa Lampung, paling tidak dua perupa Lampung ambil bagian dalam pameran ini: Pulung Swandaru dan Subardjo.

Karya Pulung bertajuk Merahnya Merah Putih yang sarat pesan moral dan menggugah kesadaran masuk dalam bingkai karya seni dan moral. Lukisan dengan media cat minyak di atas kanvas berukuran 145 x 195 cm bertiti mangsa Maret 2006 ini menyodorkan gagasan dan spirit.

Pulung menarasikan konsep karyanya dalam bahasa rupa yang menggugah. Menurut Pulung, bumi pertiwi bernama Indonesia ini kaya raya dengan selaksa ragam potensi. Indonesia dihuni oleh bangsa besar dan konon dahulu disegani oleh bangsa lain. Namun, satu dasawarsa terakhir bangsa ini jatuh sakit, bahkan sebagian pemimpinnya menjadi pandir.

Bangsa ini perlu nutrisi yang mengenyangkan, menyehatkan dan mencerahkan. "Nutrisi itu adalah semangat untuk bangkit jiwa raga, bangkit rasio dan rasa akal budinya," papar Pulung.

Semangat Merahnya Merah Putih sebagai energi. Tidak lain, tegas Pulung, adalah sisi lain dari "kegunan", yaitu greget, gumregah memayu hayuning jagad--bumi pertiwi Indonesia.

Dalam ajang ini, Subardjo menyodorkan karyanya dalam bingkai narasi berjudul Potret. Dengan gaya realis, Subardjo memotret kegamangan bangsa Indonesia menghadapi persaingan dunia global. Indonesia dalam gagasan Subarjo diwakili sosok siswa sekolah yang terbingkai dalam kepungan siput.

Sementara itu, berbagai bingkai lainnya yang ada, berisi gambar-gambar dari dunia global yang hedonis. Perkembangan dunia informasi terus membombardir hingga bilik-bilik rumah lewat gelombang radio dan kotak ajaib bernama televisi.

"Kita baru sebatas penonton. Kita masih harus belajar banyak. Bangsa-bangsa lain sudah melesat untuk mengusai dunia, sedangkan kita masih tertatih beringsut bak siput," ujar Barjo menarasikan karyanya.

* Christian Heru Cahyo Saputro, Pengamat Seni Rupa

Sumber: Lampung Post, Minggu, 21 Desember 2008

December 20, 2008

VLY 2009 Sajikan 42 Kegiatan Budaya

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pemprov Lampung dan 11 pemkab/pemkot menyiapkan 42 kegiatan budaya dan pariwisata untuk menjaring wisatawan pada Tahun Kunjungan Wisata Lampung 2009 mendatang.

Panitia seksi promosi, Citra Persada, Kamis (18-12), mengatakan ke-42 kegiatan budaya dan pariwisata tersebut dijadwalkan mulai Januari--Desember 2009.

"Ada sekitar 42 kegiatan budaya dan pariwisata yang sudah kami agendakan di tahun 2009. Bulan-bulan yang masih kosong untuk kegiatan budaya dan pariwisata antara lain Februari, Mei, dan September," kata Citra.

Meski 2009 merupakan Tahun Kunjungan Wisata atau Visit Lampung Year (VLY) 2009, kegiatan budaya dan pariwisata yang diunggulkan tetap tidak bergeser pada kegiatan budaya yang selama ini digelar. Provinsi Lampung, kata Citra, masih mengandalkan Festival Krakatau, Festival Teluk Semangka, Festival Radin Jambat, dan sejumlah festival budaya lain yang menjadi kegiatan tahunan di masing-masing kabupaten/kota.

"Sama seperti tahun sebelumnya, event yang dijadwalkan dalam Visit Lampung tahun depan memang sebagian besar adalah kegiatan budaya yang selalu digelar setiap tahun. Meski demikian, kami masih berharap kegiatan ini bisa menarik wisatawan nusantara atau pelaku bisnis untuk datang ke Lampung," kata Citra. n ITA/K-1

Sumber: Lampung Post, Sabtu, 20 Desember 2008

Lambar Gelar Lomba Kebut Gunung Pesagi

LIWA (Lampost): Wakil Bupati Lampung Barat Dimyati Amin melepas peserta lomba olahraga petualangan Kebut Gunung Pesagi tahun 2008 di Lapangan Merdeka Liwa, kemarin (19-12).

Lomba wisata alam tahunan yang dilaksanakan Gumpalan Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) itu diikuti 69 peserta, terdiri dari 54 pria dan 15 wanita. Mereka umumnya mahasiswa dan pelajar, mulai dari Lampung Barat, Bandar Lampung, Yogyakarta, Bandung, Palembang, dan Jakarta.

Lomba diikuti 69 peserta, terdiri dari 54 pria dan 15 wanita, dengan perjalanan sekitar 10 jam. Sedangkan start dan finis di Lapangan Bahway, Pekon Bahway, Balik Bukit.

Peserta umumnya mahasiswa dan pelajar, mulai dari Lambar, Bandar Lampung, Yogyakarta, Bandung, Palembang dan Jakarta.

Kemarin, peserta mengikuti pembukaan dan penglepasan dengan cara jalan bersama dari Lapangan Merdeka Liwa menuju Lapangan Bahway.

Kemudian, pada hari ini, Sabtu (19-12), sekitar pukul 07.00, para peserta melakukan lomba Kebut Gunung Pesagi. Acara rencananya ditutup Minggu (21-12).

Peserta lomba akan memperebutkan piala bergilir dari Gubernur Lampung, serta uang pembinaan sebesar Rp1,5 juta untuk juara pertama, Rp1,25 untuk juara kedua, dan Rp1 juta untuk juara ketiga.

Adapun kategori penilaian, antara lain kecepatan, perlengkapan, kekompakan setiap regu (3 orang/regu), serta sikap terhadap lingkungan selama melakukan perjalanan.

Wakil Bupati, didampingi Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat, dalam sambutannya mengatakan lomba Kebut Gunung Pesagi merupakan salah satu event kalender bidang kepariwisataan Lambar bertaraf nasional.

Kegiatan ini juga telah dilakukan sejak 2001 lalu atas kerja sama Pemkab Lambar dan Gumpalan Unila. Acara ini merupakan ajang promosi potensi objek wisata alam Gunung Pesagi, baik untuk wisatawan domestik maupun mancanegara.

Selain sering digunakan sebagai ajang Kebut Gunung Pesagi, acara ini juga dimanfaatkan sebagai perjalanan religi. Sebab, sampai kini Gunung Pesagi masih terkenal dengan misteri religius dan memiliki pesona tersendiri.

Namun, makna yang lebih utama pada acara ini lebih kepada wisata alam dan olahraga petualangan. n ELI/D-2

Sumber: Lampung Post, Sabtu, 20 Desember 2008

Hari ini Festival Way Kambas Dibuka

LABUHAN RATU (lampost): Hari ini (20-12), Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Iptek Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Titin Sukarya membuka Festival Way Kambas 2008 di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Labuhan Ratu, Lampung Timur.

Pada Festival Way Kambas VIII tahun 2008, panitia menyuguhkan berbagai hiburan rakyat serta diramaikan dengan atraksi gajah jinak. Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung Timur Imam Juhdi, mendampingi Kepala Dinas Marinus Sinurat, mengatakan Festival Way Kambas VIII yang berlangsung dari tanggal 20--23 Desember itu, semula akan dibuka Menteri Kebudayaan dan Pariwiswata Jero Wacik. Karena Menteri berhalangan hadir, event tahunan Pemkab Lampung Timur itu dibuka Titin Sukarya, Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Iptek Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Kemudian, setelah festival dibuka, acara dilanjutkan dengan peresmian tempat atraksi gajah atau teater indoor oleh Sapta Nirwanda, Dirjen Kebudayaan dan Pariwisata. Setelah itu, dilanjutkan dengan atraksi puluhan gajah terlatih asal TNWK.

Selain dihadiri sejumlah pejabat teras Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, festival juga akan dihadiri Sekretaris Provinsi Irham Djafar Lan Putra, sejumlah kepala dinas, serta bupati/wali kota.

Pada hari pertama Festival Way Kambas, kata Imam Juhdi, panitia mengemas sejumlah acara seperti lomba melukis dan mewarnai tingkat taman kKanak-kanak (TK) dan SD, atraksi reog ponorogo, fashion show, safari night, serta tari massal kolaborasi.

Pada hari kedua, panitia menggelar lomba musik, memancing, atraksi gajah serta konser musik dangdut yang menghadirkan kelompok artis Trio Macan. "Pada hari pertama dan kedua, yaitu Sabtu dan Minggu, semua kegiatan dipusatkan di PLG. Sedangkan, penutupan yaitu hari Rabu dipusatkan di Gedung Pusiban Sukadana," kata Imam Juhdi.

Dia mengatakan sebelum acara puncak hari ini, sejak beberapa hari lalu, panitia menggelar sejumlah kegiatan atau perlombaan seperti pemilihan muli-mekhanai, lomba lagu pop daerah Lampung, lomba sepeda air dan perahu dayung serta offroad, yang dimotori Ketua International Offroad Federation (IOC) Lampung Timur Noverisman Subing yang juga wakil bupati Lampung Timur.

Event yang diikuti puluhan peserta asal sejumlah provinsi itu, off roader asal Jakarta sukses meraih juara. Kemudian, pada ajang Way Kambas Idol, panitia berhasil menetapkan juara. Juara I Putra Billya Yoga asal Kecamatan Purbolinggo, juara II Simon Dasa Putera asal Kecamatan Bandar Sribhawono, dan juara III Odang Sujono asal Kecamatan Sukadana.

Sedangkan, kelompok Putri, juara I dinobatkan kepada Stevany A.P. asal Purbolinggo, juara II Mardiyanti asal Sekampung, dan juara III Alhadun asal Way Bungur. "Alhamdulillah, semua rangkaian acara atau perlombaan berjalan sukses dan panitia berhasil menetapkan pemenang," kata Imam Juhdi yang juga didampingi Akbar, panitia lainnya.

Dia menambahkan, pada Festival Way Kambas tahun ini akan dihadiri sedikitnya 20 wisatawan asing asal sejumlah negara. Selain menyaksikan

berbagai kegiatan termasuk atraksi gajah, wisatawan mancanegara itu juga akan disuguhkan prosesi adat yang akan digelar di Sukadana.

"Sebelum meluncur ke arena festival, wisatawan mancanegara itu akan disuguhkan prosesi adat yang digelar di Sukadana," kata dia. n DIN/D-3

Sumber: Lampung Post, Sabtu, 20 Desember 2008

Meriah, Festival Teluk Semaka I

KOTAAGUNG (Lampost): Pembukaan pesta budaya dan wisata bertajuk Festival Teluk Semaka I 2008 yang digelar di kompleks Islamic Centre Kotaagung, Kamis (18-12), berlangsung meriah.

Pihak panitia menampilkan beragam atraksi budaya dari 28 kecamatan dalam bentuk parade. Juga turut dimeriahkan dengan atraksi dua atlet paramotor yang terbang di arena pembukaan.

Meski pendaratan tidak berlangsung mulus dan melenceng dari arena, ribuan warga Tanggamus yang hadir sangat antusias karena baru kali pertama menyaksikan atlet paramotor.

Pembukaan festival sendiri dilakukan Sekprov Irham Jafar Lan Putra mewakili Gubernur Syamsurya Ryacudu, didampingi Bupati Bambang Kurniawan, Wabup Sujadi, dan Ketua DPRD Al Hajar Syahyan. Acara pembukaan ditandai penglepasan balon udara yang dibawa terbang keliling arena oleh atlet paramotor.

Dalam sambutannya, Sekprov menyatakan bangga dan memberikan penghargaan kepada pemkab yang telah menggelar kegiatan festival sebagai rangkaian dari kegiatan Visit Lampung Year 2009. Pemprov berharap dari kegiatan ini menjadi ajang pelestarian budaya sekaligus menjadi wadah silaturahmi dari keberagaman suku di Tanggamus.

Bupati Bambang Kurniawan mengakui Festival Teluk Semaka I ini masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyelenggaraannya, dan belum menampilkan secara optimal semua potensi pariwisata di Tanggamus.

Namun, ini adalah bagian dari upaya untuk membangkitkan pariwisata yang ada karena banyak sekali potensi yang belum dikembangkan, salah satu contohnya adalah air terjun Way Lalaan yang hingga kini belum juga berhasil diberdayakan. Diharapkan dengan ajang festival seperti ini, ke depan semua potensi pariwisata dapat dikembangkan lagi.n CK-2/D-2

Sumber: Lampung Post, Sabtu, 20 Desember 2008

December 19, 2008

Visit Lampung 2009: Program Mendongkrak Pemasaran Pariwisata

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pariwisata menjadi salah satu bagian terpenting dalam pembangunan kesejahteraan rakyat. Sebab itu Provinsi Lampung membuat program Visit Lampung Year (VLY) 2009 untuk mendongkrak pemasaran pariwisata.

Selasa (23-12), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lampung akan menggelar peluncuran VLY 2009 di Lapangan Parkir GOR Saburai. Gubernur Lampung Syamsurya Ryacudu akan menekan tombol sirine sebagai dimulainya perhelatan wisata di Lampung itu.

Acara peluncuran itu diisi berbagai kegiatan dengan hadiah yang menarik, salah satunya adalah jalan sehat gubernur bersama masyarakat. Panitia memberi kesempatan untuk mengikuti acara tersebut secara gratis plus hadiah besar.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lampung M. Natsir Ari didampingi Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Lampung Adeham mengatakan selain gubernur, jalan sehat diikuti bupati dan wali kota se-Lampung.

Masyarakat dapat berbaur dengan para pemimpin daerahnya pada acara itu sebagai wujud partisipasinya dalam pembangunan kepariwisataan di Lampung.

"Sudah saatnya pengembangan pariwisata didukung oleh partisipasi masyarakat, semua orang Lampung harus menjadi warga sadar wisata. Maka program ini akan berjalan," jelasnya.

Dalam jalan sehat itu, panitia menyediakan kupon gratis kepada masyarakat yang berminat. Masyarakat dapat mengambil kupon itu di kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan selama jam kerja mulai Rabu (17-12) dan ditutup hari ini, Jumat (19-12).

Kupon-kupon itu nantinya menjadi nomor undian peserta jalan sehat yang akan memperebutkan sepeda motor, televisi, sepeda, dan hadiah hiburan lainnya.

Menurut Adeham, jalan sehat itu akan mengikuti rute Lapangan Parkir GOR Saburai--Jalan Sriwijaya--Jalan Jenderal Sudirman--Jalan A. Yani-- Jalan Kartini dan kembali ke GOR Saburai. Setelah jalan sehat itu barulah peresmian dimulainya agenda wisata Lampung dalam peningkatan kesejahteraan rakyat.

"Setelah acara ini, maka agenda kegiatan pariwisata akan dimulai dengan Festival Durian pada 23--25 Januari 2009 di Bandar Lampung," kata Adeham.

Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Festival Begawi Adat serta Wet Land and River Tour pada Maret 2009 di Kabupaten Tulangbawang. Secara berturut-turut dilanjutkan dengan festival budaya dan pariwisata di Way Kanan pada April, dan pada Juni festival digelar di Kota Metro, Lampung Utara, dan Bandar Lampung.

Pada Juli digelar Festival Teluk Setabas di Lampung Barat dan Festival Budaya di Lampung Selatan. Terakhir adalah festival di Lampung Timur dan Tanggamus pada Desember 2009. n AAN/K-1

Sumber: Lampung Post, Jumat, 19 Desember 2008