December 7, 2008

Traveling: Wisata Laut, Andalan Lampung Selatan

SENIN (27-10) petang, kami "menjelajah" objek wisata di Lamsel, terutama yang berada di Kalianda dan sekitarnya. Kami memilih objek wisata pantai dan pusat air panas belerang.

Perjalanan dimulai ke air belerang. Objek wisata air panas ini cukup banyak pengunjungnya, terutama pada Sabtu dan Minggu serta hari-hari libur lainnya. Sayangnya potensi pusat air panas Way Belerang ini tidak dikelola serius. Sebagaimana surat pembaca saya di Lampung Post (20-10), tentang pengelolaan yang tak serius dan terkesan jorok di pusat objek wisata air panas Way Belerang, Kalianda.

Padahal, kalau saja pengelola dan Pemkab Lamsel serius mengelola objek wisata belerang yang tak setiap daerah memilikinya, bukan mustahil makin berpotensi saja objek wisata tersebut. Dan itu akan membuka peluang meningkatnya dunia pariwisata di Lamsel.

Potensi objek wisata Way Belerang bisa maju karena pengunjung yang lumayan banyak setiap hari-hari libur. Para pengunjung adalah potensi untuk mempromosikan, sekiranya mereka mendapatkan kenyamanan dan ketenangan saat berkunjung.

Begitulah. Kami merasakan ketika mengunjungi taman wisata pantai Laguna Helau. Kami susuri jalan aspal berbatu yang berliku, pemandangan tepi pantai sungguh mengasyikkan. Sepanjang tepi pantai, kami saksikan masyarakat sedang memancing ataupun berenang. Ombak laut cukup besar menampar batu dan deburnya keras sekali.

Perjalanan dari Kota Kalianda menuju Laguna Helau membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Tidak membosankan, sebab sepanjang jalan kita bisa menikmati pantai, ombak, dan laut yang membiru.

Gerbang Laguna Helau hanya terbuka sedikit. Cukup untuk sebuah motor. Seorang penjaga keluar dari gardu yang sudah tua dan kacanya berdebu. Sejenak kami mengobrol, setelah itu ia mempersilakan kami memasuki kawasan Laguna Helau. Sejumlah cottage tersebar di bibir pantai. Tersebab ombak pantai Laguna sangat besar, sengaja pasir di dekat bibir pantai ditinggikan. Agar lidah atau percikan gelombang tidak sampai ke cottage.

Lebih dari lima cottage disediakan dan satu tempat pertemuan. Cottage di Laguna Helau dibuat berbentuk rumah panggung. Sayang, cottage-cottage yang tersedia terkesan tak terurus dan sudah lama tidak digunakan. Hal itu terlihat dari kunci gembok yang sudah berkarat. Kisi-kisi jendela dan pintunya sudah lapuk termakan cuaca pinggir pantai. Tetapi, tatkala kami mengintip ke dalam: ruang, kursi, dan tempat tidur tetap terpelihara dan masih bagus. Dinding kayu terpelitur. Warnanya masih terang. Kemungkinan baru saja dicat.

Menurut petugas Laguna Helau, harga sewa cottage bervariasi: dari Rp300 ribu sampai Rp500 ribu per malam. Fasilitas 1 dan 2 tempat tidur, 1 ruang santai, dan beranda menghadap pantai. Hanya saja, jika melihat kondisi cottage-cottage tersebut, perasaan siapa tak berdebar jika bermalam di sana? Dinding kayu yang sudah lapuk dan tak lagi rapat, setiap orang bisa leluasa melihat ke dalam, begitu pula sebaliknya. Bukan cuma itu, pintu dan jendela yang kurang pemeliharaannya dan tergerus cuaca diragukan keamanan dari "tamu tak diundang" yang bisa datang di malam hari. Suasana yang sangat sepi, boleh jadi mendukung.

Bagaimana kiranya Laguna Helau--juga objek-objek wisata di Lamsel yang menyediakan cottage--berupaya agar membuat pelancong betah menginap di sana. Dengan begitu, sasaran Visit Lampung Year 2009 atau setidaknya dunia pariwisata di daerah ini, dapat menarik wisatawan lebih banyak lagi.

Memang dalam dunia pariwasata, terpenting dan paling utama ialah strategi pengelolaan yang baik sehingga mampu membetahkan pendatang. Para wisatawan yang bertandang bukan sekadar disuguhi keindahan alam, melainkan sebisa mungkin bagaimana ia memperoleh kenyamanan dan keamanan selama berada di tempat wisata.

Kenyamanan yang dimaksud bisa berupa fasilitas tempat penginapan (cottage/vila) yang tidak menyeramkan, toilet dan kamar mandi yang tak jauh dari ruang tidur, alat penerang memadai, serta "kalau mungkin" televisi. Sedangkan keamanan, perlu adanya penjagaan yang selalu mengontrol, cottage yang tidak terkesan tak terurus, pintu dan jendelanya masih kuat, tiada sela orang untuk berbuat jahat, dan banyak lagi.

Tempat objek wisata harus terkesan nyaman, indah, bersih, dan menyenangkan. Jangan sampai, belum lagi wisatawan memasuki area wisata sudah lebih dulu disergap rasa ngeri, waswas, tidak tenteram dan nyaman, serta suasananya yang seharusnya indah tak mendukung.

Barangkali inilah yang belum disentuh oleh pengelola objek wisata di daerah Lampung. Tengoklah tempat wisata air panas Way Belerang, Canti, Pantai Wartawan, termasuk Laguna Helau yang sudah saya sebut di atas. Juga Merak Belantung, Pantai Marina, serta Kalianda Resort. Untuk Pantai Marina, saya tak tahu lagi "nasibnya" dan ketika saya ingin "menjelajah" ke Pantai Marina, tiada lagi papan nama di pinggir jalan sebagai penanda.

Kami masih "menjelajah" objek wisata pantai di Lamsel. Menyusuri jalan beraspal pinggir pantai. Kami menyerap keindahan alam Pantai Ketang yang belum terjamah pelancong. Di sekitar pantai ini perusahaan tambak udang memanfaatkan air laut. Sejatinya, tambak udang yang tersebar di sana juga bisa dijadikan bagian dari pariwisata.

Begitu pula Merak Belantung yang masih terkesan dikelola apa adanya. Memang memasuki objek wisata yang berdekatan dengan Kalianda Resort ini tidaklah akan mengocek kantong, tetapi apa yang bisa kita dapati lebih dari tempat itu? Tiada beda dengan Pasir Putih ataupun Pulau Pasir. n ARMAN A.Z./M-1

Sumber: Lampung Post, Minggu, 7 Desember 2008

2 comments:

  1. Anonymous12:18 AM

    kapan ya bisa kelampung hmmm...

    ReplyDelete
  2. Saya ingin berwisata dengan keluarga ke Lampung,khususnya daerah Kalianda. Tolong diberikan informasi rentang harga penginapan yang terjangkau kantong (diluar hotel berbintang)berikut fasilitas-fasilitasnya. Informasi mohon disampaikan lewat email : harapansmsitorus@yahoo.co.id atau w4.harapan@gmail.com
    Atas infonya diucapkan terimakasih

    ReplyDelete