December 7, 2008

Traveling: Menyusuri Pariwisata Lampung Selatan

AKHIR Oktober lalu, dua sastrawan yang juga pengamat pariwisata Lampung, Isbedy Stiawan dan Arman A.Z. berpetualang mencari jawaban atas potensi pariwisata di Lampung Selatan. Tulisan ini adalah oleh-oleh dari keduanya.

--------

TAK sulit mencapai objek-objek wisata di Lampung Selatan (Lamsel), apatah lagi wisata pantainya. Tempat wisata Way Belerang dengan mudah dicapai. Jika menggunakan kendaraan pribadi, rambu penanda banyak terpampang. Tak perlu turun dari kendaraan untuk bertanya di mana Way Belerang. Jangan khawatir akan tersasar. Jalan di Kota Kalianda tidak serumit dibanding kota-kota lain.

Jika hendak ke Pantai Canti, plang rambu juga menjelaskan. Hal yang sama apabila tujuan Anda ingin ke Pantai Wartawan, ikuti saja jalan selepas pasar tua Kota Kalianda.

Ke Laguna Helau bisa ditempuh dari dua tempat. Apabila Anda kadung berada di kompleks perkantoran Kabupaten Lamsel, hanya turun beberapa meter dan melihat jalan Sinar Laut, atau jalan masuk Yayasaan Pendidikan YAPRI di sebelah kanan. Itulah pintu masuk ke wilayah Laguna Helau. Sedangkan dari Bandar Lampung, maka selepas plang Merak Belantung dan melihat ada rumah makan, ada jalan masuk: dari sana Anda akan sampai ke Laguna Helau.

Jika ragu, jangan malu bertanya. Masyarakat di sana tak kikir untuk menunjukkan jalan kepada Anda. Kami bukan bermaksud hendak memuji, memang keramahan (dan sopan) masyarakat Kalianda sudah terbukti. Tentu jika Anda menunjukkan kesopanan pula.

Kesopanan dan keramahan masyarakat Kalianda kepada pendatang (tamu) patut sebagai rujukan dan andil jika ingin mengembangkan dunia pariwisata. Masyarakatnya tidak introver, ramah, sopan, dan ringan membuka suara, modal bagi pelancong tak akan tersasar.

Itulah gambaran orang Kalianda. Ketika kami bertanya untuk memastikan bahwa kami tak salah memasuki jalan ke Laguna Helau, dengan ramah dijawab. Kami pun melaju, menyusuri jalan beraspal hotmix itu.

Sepanjang jalan tak henti-henti kami berdecak kagum. Menikmati keindahan alam pantai. Ternyata banyak masyarakat yang memancing di sana. Ada yang berkelompok, tak sedikit pula sendiri. Selain itu, anak-anak berenang riang ditingkahi tarian gelombang. Inilah satu sampel keindahan pantai Lamsel dan berpotensi "dijual" di pasar pariwisata Indonesia.

Potensi alam pantai itu mestinya dilirik investor dan pemkab setempat. Dunia pariwisata di Lampung sangat potensial menawarkan alam pantai. Kami mengangankan sekiranya tepi pantai sepanjang menuju Laguna Helau dibangun kafe dan ataupun warung jajan sederhana, niscaya akan "menyihir" pelancong ke tempat itu.

Saya teringat dengan suasana ini di Kota Padang. Di belakang gedung Taman Budaya Sumbar ada pantai membentang. Saya dan teman-teman menikmati keindahan pantai malam hari, sambil memesan penganan dan minuman di warung (juga kafe) yang berderet sepanjang tepi pantai. Sambil mengobrol ataupun diskusi sekaligus menikmati indahnya pantai.

Dan, saya yakin alam pantai di Kalianda tak kalah indah dengan yang ada di Kota Padang. Juga berpotensi untuk "dijual" sebagai juadah pariwisata. Sebab, Lampung tak bisa sepenuhnya berharap dari Pusat Latihan Gajah Way Kambas yang nyaris tak terurus dan lokasinya sangat jauh dari pusat Kota Bandar Lampung.

Lamsel punya banyak potensi objek wisata. Selain Laguna Helau, Pantai Ketang, Kalianda Resort, Pantai Marina, Canti, Way Belerang, untuk menyebut beberapa saja objek wisata di Kalianda, juga Menara Siger yang kini selalu "menggoda" jika kita berada di kapal feri yang hendak merapat ataupun bertolak ke Merak.

Potensi Menara Siger ini juga belum dimanfaatkan, baik oleh Pemprov Lampung maupun Pemkab Lamsel. Karena itu, alangkah baiknya salah satu ikon dan "pintu" dunia pariwisata yang terletak di bukit Bakauheni itu dikelola bersama-sama: Pemprov Lampung dan Pemkab Lamsel. Dengan demikian, sama-sama merasa memiliki.

Selain itu, sebagaimana ditegaskan Bupati Wendy Melfa dalam dialog dengan LTV, produk penganan keripik pisang bisa dijadikan unggulan kabupaten ini. Ia optimistis Lamsel tak akan kehabisan buah pisang. Itu sebabnya, bupati berencana menyediakan lahan untuk rest area keripik pisang.

Pelancong akan sejenak mampir membeli keripik pisang, setelah itu melanjutkan perjalanannya ke tujuan. Jika saja di rest area tersebut masyarakatnya telah dibekali bagaimana "menjual" objek wisata, poin plus tersendiri. Ini telah lama dilakukan oleh abang-abang becak dan sais delman di Yogyakarta. Bagaimana tamu ditawari ke pusat-pusat suvenir dan objek wisata lainnya. n M-1

Sumber: Lampung Post, Minggu, 7 Desember 2008

No comments:

Post a Comment