BOGOR (Lampost): Pengembangan budaya lokal tidak terlepas dari peranan pers daerah. Selain cermin dan kanal masyarakat multikultural, pers daerah juga berfungsi sebagai lokomotif perubahan sekaligus lembaga yang mengangkat keunggulan lokal.
Hal ini disampaikan Pemimpin Redaksi Lampung Post Djadjat Sudradjat saat berbicara pada Kongres Kebudayaan Indonesia 2008 di Bogor, Jawa Barat, Kamis (11-12). Menurut Djadjat, pers daerah mesti memiliki visi mengangkat dan mengembangkan kebudayaan lokal. Untuk itu, pers harus mengembangkan diri menjadi kekuatan yang menginspirasi dan memotivasi, tidak cukup memainkan fungsi-fungsi konvensional sebagai lembaga penyampai informasi, kontrol sosial apalagi sebatas media hiburan.
"Riau adalah salah satu contoh bagaimana media lokal punya peran penting membangun kultur Melayu. Daerah-daerah lain bisa melakukan hal yang sama," ujarnya.
Provinsi yang punya visi 2020 itu, ujar Djadjat, mengimplementasikan pengembangan identitas dalam bentuk program pembangunan lima tahun. Sasarannya, bukan hanya menjadikan Riau sebagai pusat pengembangan kebudayaan, melainkan sekaligus pusat perekonomian berbasis Melayu di Asia Tenggara.
Selain pers, pengembangan kebudayaan lokal juga tidak terlepas dari peranan pemerintah daerah dan elite setempat. Masalahnya, ujar Djadjat, tidak semua daerah memahami cara mengembangkan dan merumuskan visi kebudayaan. "Pemerintah harus memodifikasi kearifan lokal, pemikiran, dan ajaran tokoh-tokoh yang pernah menjadi pelaku sejarah. Visinya diarahkan membangun kebanggaan daerah," kata dia.
Kebanggaan daerah adalah spirit dan fondasi membangun kampung halaman sendiri. Sebab itu, sudah saatnya seluruh kekuatan lokal mulai menulis biografi kampung halaman.
Direktur Bali TV Satria Narada, yang berbicara pada sesi yang sama, sependapat dengan Djadjat. Menurut Satria, pemerintah dan televisi nasional mesti memberi kesempatan pada televisi lokal. "Di Bali, program-program lokal mendapat tempat yang baik bahkan mengalahkan program nasional. Ini sangat baik untuk mendukung kebhinnekaan dan integritas Indonesia," kata anggota Dewan Pers ini.
Kongres Kebudayaan yang berlangsung 10--12 Desember dibuka Menko Kesra Aburizal Bakrie dihadiri Menbudpar Jero Wacik. Forum ini menghadirkan pembicara dari berbagai disiplin ilmu. Sejumlah budayawan dan sastrawan juga hadir sebagai pembicara seperti Putu Wijaya, Budi Darma, Taufiq Ismail, Seno Gumira Adjidarma, Habiburrahman El Shirazy, Zawawi Imron, Sumintho A. Sayuthi, dan Djenar Maesa Ayu.
Provinsi Lampung diwakili Ketua Harian Dewan Kesenian Lampung (DKL) Syaiful Irba Tanpaka dan Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung Suwandi.
Kongres Kebudayaan Indonesia 2008 mengangkat tema Kebudayaan untuk kemajuan dan perdamaian menuju kesejahteraan. Tujuannya antara lain menggali berbagai metode pendekatan budaya yang kompeten untuk menghadapi globalisasi dan era gelombang ekonomi keempat. Lalu, merumuskan rekomendasi langkah konkret serta rencana aksi yang terukur bagi para pemangku kepentingan dalam bidang kebudayaan.n MAT/U-2
Sumber: Lampung Post, Jumat, 12 Desember 2008
No comments:
Post a Comment