December 21, 2008

Traveling: Semarak Wisata Tanjung Setia

* Debur Pariwisata Lampung Barat

BIHA--Hampir setiap sudut pantai di Pekon Tanjung Setia, Pesisir Selatan, Lampung Barat itu sudah disesaki pengunjung, Minggu (14-12). Hari itu, gelaran Semarak Wisata Tanjung Setia dihelat.

Suasana basah memang mendominasi. Debur ombak yang bergulung dari amparan Samudera Indonesia itu disambut hujan cukup deras di pesisir Lampung Barat. Padahal, hari itu, hajat besar pariwisata digelar untuk menyemarakkan dan mengenalkan potensi wisata yang selama ini kurang dikenal.

Meskipun sejak malam hingga pagi hujan deras tidak hentinya mengguyur pantai Tanjung Setia, berganti terik dan hari yang cerah sekitar dua jam sebelum kegiatan Semarak Wisata Tanjung Setia yang dilaksanakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lambar itu dimulai.

Seakan menjadi waktu yang tepat untuk melepas kepenatan, hari libur itu dimanfaatkan tidak hanya masyarakat setempat, tetapi pengunjung dari berbagai kalangan dan usia. Mulai anak-anak hingga dewasa datang dari kecamatan lain Lampung Barat dan Bandar Lampung.

Gema kegiatan Semarak Wisata Tanjung Setia mengundang 1.000-an masyarakat untuk datang dan menyaksikan atraksi penari yang lemah gemulai membawakan tari mekhanai jebus, tari bedana, dan tari sakura.

Tari mekahani jebus menggambarkan bujang yang datang pada sebuah aktivitas atau kegiatan masyarakat Lampung. Kedatangan si bujang hanya karena hasratnya.

Dalam kegiatan Semarak Wisata Tanjung Setia, wisatawan yang datang ke pesisir Lampung Barat itu diharapkan terus bertambah setiap tahun karena tertarik menyaksikan pesona pantai Lampung Barat.

Berbagai perlombaan, seperti kebut jukung, renang laut, dan ekshibisi selancar yang akan diiktuti anak-anak Tanjung Setia dan komunitas surfing nasional dari Pantai Carita, Labuhan Ratu, Banten, turut memeriahkan Semarak Wisata Tanjung Setia penonton rela basah untuk menyaksikan atraksi komunitas surfing di atas papan selancarnya.

Tidak kalah menariknya pertunjukan monyet panjat kelapa sebagai tradisi masyarakat setempat saat panen kelapa. Bahkan, dengan isyarat menarik yang dipegang majikannya, si monyet penurut itu juga mengambil kepala muda.

Dan ibu-ibu di sana menyulap kelapa muda itu menjadi menjadi minuman khas masyarakat setempat, yakni serbat. Wah bisa dibayangkan di tengah terik matahari pantai, tiba-tiba kerongkongan dibasahi dengan minuman jus kelapa muda alias serbat. Segaaar..!!!

Melengkapi khazanah pariwisata selain wisata alam, danau, sejarah, dan budaya yang ada di Lampung Barat, sepanjang 210 kilometer daerah pesisir dengan wisata baharinya juga memiliki aneka ragam objek wisata yang menawarkan pesona keindahan, bahkan sudah berskala internasional. Ribuan turis asing dari berbagai negara datang ke pantai Tanjung Setia untuk menjajaki tantangan ombak dengan papan selancar mereka.

Menurut Iwan Setiawan, tokoh pemuda setempat, kunjungan wisatawan asing ke daerah mereka sejak tahun 2001, berawal dari beberapa wisatawan yang datang untuk membuktikan tantangan ombak Tanjung Setia yang disebut-sebut kalangan peselancar sebagai salah satu ombak terbaik di Indonesia.

Lambat laun masyarakat juga mulai terbiasa dengan kunjungan mereka. Bahkan, anak-anak Tanjung Setia yang berumur sekitar 10 tahunan terbiasa melakukan aktivitas di pantai itu mulai belajar berselancar. Dengan modal papan memperbaiki papan selancar yang rusak dan ditinggalkan pemiliknya akhirnya pada kegiatan Semarak Wisata Tanjung Setia, kemampuan mereka di hadapan Bupati Lampung Barat, Mukhlis Basri.

Sabtu (13-12), sehari sebelum kegiatan Semarak Wisata Tanjung Setia dilaksanakan, kami sudah berada di sana sehingga satu hari penuh bisa menyaksikan panorama alam Pantai Tanjung Setia itu sudah dikenal hingga mancanegara itu. Sayang, saat perhelatan event yang dilaksanakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lampung Barat itu tidak terlihat turis asing karena mereka biasa datang pada Juni--September setiap tahun.

Sangat menyenangkan berjalan menyusuri pasir putih dengan pandangan lepas di tengah laut yang menjadi sumber pencarian masyarakat nelayan setempat. Di sepanjang pantai Pekon Tanjung Setia, terdapat sejumlah losmen (penginapan). Meskipun bentuknya sederhana, setiap tahun pada puncak-puncak kunjungan wisatawan selalu ramai oleh turis asing.

Bangunan losmen tidak semegah hotel-hotel kebanyakan. Beberapa losmen hanya terbuat dari kayu papan, tapi pada bulan-bulan puncak kunjungan wisatawan, losmen-losmen itu dipastikan penuh.

Tidak jauh dari lokasi itu juga kita bisa menyaksikan kapal asing yang terdampar di kawasan itu, Sejarah Laut Krui yang pada zaman Belanda merupakan pelabuhan perdagangan seakan terbukti karena kedalamannya sehingga kapal-kapal besar bisa berlabuh di perairan Krui itu. n HENDRI ROSADI/M-1

Sumber: Lampung Post, Minggu, 21 Desember 2008

No comments:

Post a Comment