SIAPA sangka nun jauh di ujung selatan Pulau Sumatera ini terdapat pantai yang indah. Kalau mau dibandingkan, mungkin setara dengan pantai Kuta Bali, bahkan yang satu ini lebih indah dan natural.
Hamparan pasir putih kecokelatan dengan gulungan ombak yang panjang melanadai, membuat decak kagum setiap insan yang melihatnya. Ya, itulah ungkapan bagi yang melihat indahnya Pantai Cukuh Balak, Tanggamus.
Pantai yang indah ditambah pemandangan yang juga tak kalah eloknya dengan bukit yang menjulang berhadapan, memang surga bagi penggemar ekowisata. Sebab, boleh dibilang pantai di kawasan ini masih "perawan" karena belum banyak yang menyentuhnya.
Di satu sisi kita bangga akan keaslian alam yang ada, tetapi di sisi lain sarana dan prasarananya kurang mendukung, sehingga lokasi wisata yang sejadinya bisa mengeruk devisa ini malah tak terlirik.
Bagaimana tidak, lokasi yang berjarak sekitar 100 km dari Bandar Lampung ini harus ditempuh dengan kendaraan roda empat dalam waktu sekitar lima jam.
Hal itu disebabkan jalan yang harus ditempuh relatif sempit, meskipun bisa untuk dua kendaraan yang berpapasan. Kondisinya juga tidak bagus; banyak lubang karena tergerus air.
Topografinya juga unik yakni membelah perbukitan yang kadang naik, kadang berada di lembah. Belum lagi pada sisi kiri dan kanan jalan terdapat lembah yang cukup terjal tapi eksotis karena bisa melihat aliran sungai yang mengular. Sungguh luar biasa.
Ketika kami yang bertujuan untuk berbagi rasa melihat saudara-saudara kita yang tertimpa musibah banjir di kawasan Pertiwi, Tanggamus, sengaja berangkat pukul 08.00 pagi, dan kami mendapati ke-helauan (keindahan, red) pantai dan pemandangan setelah menempuh perjalanan sekitar empat jam lebih.
"Subhanallah, perjalanan kita yang jauh ini terbalaskan oleh keindahan alam yang sama sekali belum pernah saya lihat. Setelah tujuan kita terlaksana, kita mampir ke pantai ya, mau menikmati air dan deburan ombak di sana," pinta Yuli, salah satu dari rombongan yang hendak bertandang ke Pertiwi, Tanggamus, pekan lalu.
Yuli, warga Wonosobo, Tanggamus itu, mengaku belum pernah menginjakkan kaki ke Cukuh Balak dan ternyata pemandangannya sangat indah.
Mulai dari Putih Doh hingga Pertiwi, hamparan pantai yang tenang sudah terlihat. Ombak berbuih putih memanjang elok, seolah memanggil untuk menghampirinya.
Kami menyusuri tepi pantai, dan pada bagian pantai yang lain justru terlihat deburan ombak yang cukup besar menghantam bebatuan besar di pinggir pantai.
Beberapa pulau juga terlihat di sana sehingga pantai yang terletak di Teluk Semaka ini relatif aman meskipun berada di lepas samudera.
Selama kami melintas, tidak ditemukan wisatawan yang bertandang di sepanjang pantai ini. Padahal, itu hari Minggu yang kerap dijadikan waktu rekreasi bagi banyak orang. Namun, beberapa nelayan terlihat ketika memasuki salah satu desa di Cukuh Balak.
Kami juga sempat berpapasan dengan seorang nelayan yang membawa hasil tangkapan berupa ikan kakap merah dan simba berukuran jumbo dengan panjang lebih dari 50 cm.
Menurut nelayan tadi, ikan tangkapan itu hendak dijual dengan harga Rp150 ribu untuk simba dan Rp75 ribu untuk kakap merah. "Ini ikan baru, hasil tangkapan kami dan hendak dijual," ujarnya.
Sedianya, kami ingin membelinya, tapi karena tidak membawa boks ikan dan perjalanan jauh, niatan membeli ikan diurungkan. Bayangkan, kami masih menempuh sekitar lima jam perjalanan, sedangkan tak ada wadah apalagi es, bisa-bisa para penumpang mabuk.
Selesai bersilaturahmi dengan warga Pertiwi dan Cukuh Balak, kami kembali pulang dan tak lupa mampir ke pantai menikmati pasir dan deburan ombak.
Kendaraan kami masuk ke kebun kelapa dengan rerumputan hijau yang sepertinya terawat itu, dan berhenti sekitar belasan meter dari bibir pantai. Rasanya tak sabar mau menginjak pasir putih kecokelatan yang terhampar itu. Dan begitu kendaraan berhenti, dengan modal kamera dan tanpa alas kaki, kami segera berlarian menikmati pasir yang tak terlalu halus tetapi nyaman di kaki ini.
Pujian akan keindahan Sang Khaliq selalu terucap dari kami dan spontan aksi potret memotret berlangsung. Wah, siapa yang tak ingin mengabadikan keindahan alam yang masih perawan ini?
Kebetulan tak jauh dari tempat kami berhenti ini ada pulau kecil yang menjorok ke laut. Jika air pasang, seolah pulau kecil tersebut terputus, tetapi ketika surut terlihat jalan (karang, red) menuju ke pulau tersebut.
Awalnya kami ingin menyeberang, tetapi karena air mulai pasang dan waktunya tak banyak, kami hanya bisa melihat dari kejauhan. Suatu saat pasti kami akan kembali dengan perbekalan yang lebih respresentatif. "Asyiknya kalau sambil berkemah di sini ya," celetuk Ira, salah satu rombongan kami yang mengaku takjub dengan pantai tersebut.
"Ini mirip Pantai Kuta di Bali ya. Nah, waktu kita di atas tadi dengan pemandangan laut di bawah, mirip di Tanah Lot. Ternyata di sini lebih indah ketimbang di Bali, sayangnya kok tidak dikelola ya," ucap Bunda, kepala rombongan kami.
Ia sangat menyayangkan masih minimnya fasilitas yang ada di sini. "Coba kalau dikelola dengan baik, misalnya, ada semacam penginapan begaya alami ya semacam home stay, pasti banyak wisatawan asing yang datang karena alam di sini masih alami dan perawan," ucapnya.
Kami sempat berkejaran dengan ombak dan membasahi kaki dengan buih pantai. Tak lupa membuka perbekalan dari Bandar Lampung, yakni nasi plus seruit ikan mas dan lalapan. Nyami... nikmat sekali menyuap nasi ke mulut sambil duduk di batang pohon kelapa yang tumbang dan melihat ombak berkejaran.
Ah..., rasanya terlalu singkat untuk menikmati keindahan pantai di kawasan ini karena waktu sudah semakin sore dan harus pulang. Kami sendiri tidak tahu persis apa nama pantai ini, yang jelas helau becong weeh...(indah sekalilah, red) dan pasti kami akan kembali ke sini suatu ketika nanti. SRI AGUSTINA/M-1
Sumber: Lampung Post, Minggu, 28 Desember 2008
Kunjungi Tanah Lot Bali : http://www.tanahlot.net
ReplyDeleteHalo, saya ingin menjelajah pantai2 indah Lampung.
ReplyDeleteSaya post pertanyaannya di forum Kaskus :
http://kaskus.us/showthread.php?t=1375860
Mungkin anda bisa membantu sharing infonya.
Terima kasih
Maap saya tmpat tinggal di bandar lampung klau boleh saya mnta rute dari bandar lampung untuk sampai ke putih doh lewat mana jalur trbaik nya krna saya mau ke karang putih yg ada di putih doh trimakasih
ReplyDeleteemail : joebram.jb@gmail.com