March 31, 2013

Buku Biografi mantan Wakil Bupati Tulangbawang Diterbitkan

Oleh Gatot Arifianto

INDEPETH Publishing menerbitkan buku biografi Agus Mardihartono, Wakil Bupati Kabupaten Tulangbawang Provinsi Lampung periode 2007-2012 yang ditulis Maskut Candranegara,  alumnus Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Bandarlampung.

"Buku biografi yang ditulis oleh Maskut Candranegara dengan editor Adian Saputra tersebut berisi perjalanan karir Agus Mardihartono yang biasa dipanggil Cak Agus," ujar Managing Director Indepth Publishing, Tri Purna Jaya, di Bandarlampung, Minggu (31/3).


[Lentera] Motivasi “Mencontek” ala Suhendra

Suhendra
MENCONTEK tidak ada salahnya. Justru sangat dianjurkan untuk mencontek. Hal itulah yang ditekankan oleh motivator muda, Suhendra. Dia pun dengan lantang mengajak setiap pelajar untuk mencontek. 

Jangan berprsangka negatif dahulu. Mencontek yang dianjurkan Suhendra bukanlah mencontek saat ujian. Melainkan mencontek kesuksesan orang lain dengan meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang sukses. Dengan mencontek orang sukseS maka diharapkan bisa menjadi sukses, bahkan melampui orang yang dicontek.


March 30, 2013

Ikam Ulun Lampung

Oleh Tita Tjindarbumi

JAUH dari tanah Lampung biasanya membuat kita semakin jauh dari peradaban tanah kelahiran. Tetapi itu tak terjadi pada diri ikam. Saya memakai kata “ikam” karena saya asli putri kelahiran tanah Lampung. Tepatnya, nenek moyang ikam berasal dari Kalianda. Ikam justru merasa ingin lebih dekat dengan segala yang berbau lampung, berbicara dalam bahasa Lampung, menulis soal adat istiadat yang berlaku di tanah Lampung bahkan ingin bersastra dengan menggunakan bahasa Lampung.

Namun, ikam yang mengaku Ulun Lampung, sepertinya hanya sebagai sebutan saja. Kenapa begitu? Ikam yang katanya Ulun Lampung, keturunan asli marga Tjindarbumi asal Kalianda, nyata senyatanya, sejak kecil tidak pernah diakrabi dengan hal-hal yang berbau Lampung. Bagaimana mau berkomunikasi dalam bahasa daerah Lampung? Di sekolah sejak TK tidak pernah ada pelajaran bahasa daerah dan di rumah tak ada yang menggunakan bahasa Lampung dalam percakapan sehari-hari.


March 27, 2013

TNWK Buka Pintu untuk Tim Peneliti Liliput

LABUHANRATU (Lampost): Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur mempersilakan para akademisi melacak dan meneliti sekelompok orang kerdil yang dipergoki anggota Polhut di dalam hutan tersebut pekan lalu.

"Kalau ada peneliti yang ingin membantu guna membuktikan keberadaan atau memastikan manusia kerdil, itu sangat bagus, karena sifatnya membantu kami," kata Humas TNWK Sukatmoko, Selasa (26-3).

March 26, 2013

Manifesto Kelampungan Udo Z. Karzi*

Oleh Febrie Hastiyanto**

SELAMA ini publik telah mengenal sejumlah usaha partikelir-perorangan untuk merawat arsip dan kepustakaan di tanah air. Sebut saja H.B. Jassin yang bertahun-tahun setia mengkliping artikel seni dan budaya di koran untuk kemudian didokumentasikan di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) H.B. Jassin. Usaha H.B. Jassin ini diikuti pula oleh Korrie Layun Rampan yang mengumpulkan terbitan sastra dan budaya dalam Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) Korrie Layun Rampan. Selain itu perpustakaan pribadi milik sejumlah tokoh yang menghargai buku tak terhitung jumlahnya, sebut saja Fadli Zon Library, yang dirintis Fadli Zon. Masih ada Perpustakaan Bung Hatta yang memuat koleksi buku sang Wakil Presiden pertama kita—yang kini kondisinya merana sebagaimana PDS H.B. Jassin sebelum teman-teman sastrawan bergerak menyelamatkannya dalam gerakan #koin sastra.

Seturut perkembangan dan kebutuhan peradaban, perpustakaan dan pusat-pusat dokumentasi tak hanya memposisikan diri sebagai tempat menyimpan pustaka, dokumen atau arsip belaka. Perpustakaan-perpustakaan yang ada—yang menggembirakan sebagian dikelola anak muda—kini semakin bersemangat  membuka dan menjadikan dirinya sebagai ruang belajar literasi yang lebih kompleks. Perpustakaan-perpustakaan ini menjelma menjadi komunitas yang tidak hanya menjadi rumah baca namun sekaligus menjadi candradimuka, tempat lahirnya (calon) penulis-penulis baru. Sejumlah kegiatan dirintis, seperti workshop menulis, rangkaian lomba, diskusi, hingga penerbitan. Rumah Dunia yang dirintis Gola Gong di Banten, atau Rumah Baca Asma Nadia yang memiliki cabang di sejumlah daerah, termasuk Iboekoe, komunitas pustaka dan penerbitan yang digawangi anak-anak muda Yogyakarta—yang menonjol sebut saja Muhidin M. Dahlan—dapat disebut sebagai contoh.

Keberadaan Liliput Tantangan bagi Para Akademisi

BANDAR LAMPUNG (Lampost) Keberadaan liliput atau makhluk kerdil yang ditemukan di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) beberapa waktu lalu menjadi tantangan bagi akademisi untuk menelitinya. Hal itu terkait keberadaan suku pertama di Lampung, yakni Suku Tumi di Skala Brak, yang juga mempunyai postur kerdil.

Akademisi Universitas Lampung, Bartoven Vivit Nurdin, mengatakan belum ada penelitian ilmiah terkait keberadaan liliput yang sempat terlihat anggota polisi khusus kehutanan (polhut) TNWK itu. ?Saya mau meneliti seperti ini. Tapi waktu, kesempatan, dan biaya belum ada untuk sementara ini,? ujar Bartoven yang juga dosen antropologi FISIP Unila saat dihubungi tadi malam.


Buku 'Menjadi Hakim Progresif' Diluncurkan

BANDAR LAMPUNG (Lampost) Fakultas Hukum Unila dan Indepth Publishing meluncurkan buku Menjadi Hakim Progresif karya J.P. Widodo di ruang sidang Fakultas Hukum pada hari ini pukul 09.00.

Acara ini digelar untuk menghormati dedikasi almarhum semasa mengabdi di Fakultas Hukum Unila. Kolega almarhum, H.S. Tisnanta, menjelaskan buku ini adalah rancangan disertasi almarhum yang belum sempat diujikan.


March 24, 2013

[Buras] Selamatkan Liliput di TNWK!

Oleh H. Bambang Eka Wijaya

"DIPERGOKI lebih dari sekali oleh patroli petugas Taman Nasional Way Kambas (TNWK), kehadiran belasan orang kerdil (liliput) di taman itu sudah hampir bisa dipastikan!" ujar Umar. "Kehadiran makhluk sejenis manusia dengan tinggi badan dewasa 50 cm itu layak dihormati sebagai sesama ciptaan-Nya!"

"Untuk itu, hal terpenting yang harus dilakukan adalah menjaga keselamatan mereka di sekitar tempatnya ditemukan yang diduga sebagai habitatnya, terutama dari gangguan manusia dengan motif apa pun!" timpal Amir. "Apalagi mereka bermukim di taman nasional, yang merupakan suaka?tempat perlindungan?bagi semua makhluk, flora dan fauna! Jadi, kalau tumbuhan dan hewan saja di lokasi itu dilindungi, mereka pun tentu tak kecuali!"


Manusia Kerdil Terus Dicari

LABUHANRATU (Lampost) Petugas Kepolisian Hutan (Polhut) Taman Nasional Way Kambas (TNWK) terus mencari dan menemukan keberadaan manusia kerdil yang sempat terlihat dua kali.

Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) Balai TNWK Sukatmoko, Sabtu (23-3), mengatakan delapan petugas Polhut dilengkapi puluhan kamera jebakan masih berada di sekitar kawasan tempat manusia kerdil itu ditemukan.


[Lentera] Tarian Wayan untuk Keberagaman

I Wayan Mustika
TIDAK banyak peneliti yang mengkhususkan diri pada kesenian Lampung. Apalagi yang menempuh pendidikan formal hingga jenjang doktor dengan konsentrasi seni di Lampung.

I Wayan Mustika memperoleh gelar doktor di Universitas Gadjah Mada (UGM) atas disertasi tentang seni pertunjukan Lampung. Disertasinya berjudul Perkembangan Bentuk Pertunjukan Sakura Dalam Konteks Kehidupan Masyarakat Lampung Barat Tahun 1986-2009. Bisa dikatakan dialah doktor pertama yang khusus mempelajari soal seni pertunjukan di daerah Sai Bumi Rua Jurai.


Kelampungan

Oleh Asaroeddin Malik Zulqornain


1

‘SENI budaya Lampung’ sebagai refleksi gejolak jiwa ulun Lappung sesungguhnya sudah sejak zaman purba (sampai tulisan ini disusun) telah menjadi Tuan Rumah di Sai Bumi Ruwa Jurai. Terbukti sampai hari ini pembaca masih sering mendengar istilah Cakak Pepadun, Cangget Bakha, Muli Mekhanai, Tapis, Tiyuh, Tari Sembah dan Bahasa Lampung.

Agaknya, sebagai tuan rumah yang baik, orang Lampung dengan piil pesenggiri yang mendarah daging di jiwanya, mengikhlaskan saudara-saudaranya yang datang“ "bertamu” ke Sai Bumi sebagai pendatang dipersilakan untuk menikmati kehidupannya diperantauan Lampung dengan budaya leluhurnya masing-masing!


March 23, 2013

Liliput Ditemukan Di TNWK

LABUHANRATU (Lampost): Petugas Polisi Kehutanan (Polhut) Taman Nasional Way Kambas (TNWK) memergoki belasan manusia kerdil saat melakukan patroli di kawasan hutan tersebut.

Manusia kerdil yang sempat dipergoki tersebut, menurut petugas Polhut, berambut gimbal, memegang tombak kayu, tinggi badannya tak lebih dari 50 cm, dan tidak mengenakan penutup tubuh sedikit pun. "Panjang rambutnya ada yang sampai sepinggul," ujar Humas TNWK Sukatmoko di kantornya kemarin.


[Inspirasi] Cinta Sang Antropolog Berlabuh di Lampung

TERLAHIR dari keluarga yang memiliki kesadaran pendidikan tinggi, terlebih ayahnya berprofesi sebagai dosen dan ibunya guru sekolah dasar (SD) di Sumatera Barat, membuat dia menutup mata terhadap profesi yang lain, selain pendidik.

Profesi yang memang dari dahulu dia impikan untuk bisa mengabdikan diri kepada negeri ini, membuka cakrawala kehidupannya untuk aktif dalam memajukan budaya Lampung. Perempuan satu ini pun berperan aktif sebagai antropolog yang bertanggung jawab tentang budaya di tanah harapan yang telah dia jalankan selama 8 tahun.


March 22, 2013

Doktor Termuda Unila Luncurkan Buku

Oleh Gatot Arifianto


DOKTOR ermuda Fakultas Hukum Unversitas Lampung (Unila), Rudi (32), akan segera meluncurkan buku bertajuk "Hukum Pemerintahan Daerah Perspektif Konstitusionalisme Indonesia".
       
"Buku tersebut diterbitkan Indepth Publishing, berisi berbagai wacana terkait pemerintahan daerah dalam bingkai konstitusionalisme," ujar Direktur Pelaksana Indepth Publishing, Tri Purna Jaya, di Bandarlampung, Jumat.
       

Media Group Tertarik Tangani Festival Krakatau

MEDIA Group berencana menggarap ajang Festival Krakatau 2013 yang digelar di Lampung. Kemarin, tim dari kelompok usaha media itu mengajukan tawaran kepada Kepala Dinas Pariwisata Lampung Sugiyarto.

Media group yang diperkuat Media Indonesia, Metro TV, dan Lampung Post menjanjikan agenda pariwisata tahunan itu akan sangat menguntungkan masyarakat dan pemerintah daerah. "Ada keuntungan ekonomis dan politis yang bisa diraih," kata Asisten Presiden Direktur Media Indonesia Shanty Nurpatria, seusai menemui Sugiyarto, di Bandar Lampung, kemarin.


March 17, 2013

[Fokus] Dari Bali Mengangkat Lampung

BEBERAPA orang suku Bali menggali dan mempelajari kesenian Lampung. Mereka melakukan penelitian ke berbagai pelosok untuk mempelajari seni dan budaya Lampung. Hasilnya, kesenian Lampung pun berkembang dan dikenal berkat sentuhan orang Lampung yang beretnis Bali.

I Wayan Mustika memperoleh gelar magister dan doktor dari Universitas Gadjah Mada (UGM) berkat penelitiannya soal seni pertunjukan di Lampung. Wayan menjadi doktor pertama yang khusus meneliti soal kesenian Lampung. Anak transmigrasi asal Bali ini kini menjadi pengajar di Pendidikan Seni Tari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.


[Fokus] Jejak Bali di Kota Tapis Berseri

WARGA Bali di Bandar Lampung membentuk komunitas-komunitas kecil yang dinamakan banjar. Setidaknya ada empat banjar di ibu kota Provinsi Lampung ini, yaitu Banjar Satria di Garuntang, Banjar Buana Santi di Way Halim, Banjar Tengah di Sukabumi, dan Banjar Satya Dharma di Perumahan Cendana.

Jumlah warga Bali di Bandar Lampung mencapai 700 kepala keluarga. Untuk ikut dalam satu banjar, diharuskan untuk mendaftar dan dikenakan iuran. Orang Bali yang akan masuk banjar menyampaikan keinginannnya tersebut dalam rapat banjar.


[Fokus] Harmoni dan Seni Perayaan Nyepi

HARMONI antara ritual Hindu dan kesenian orang Bali cukup terlihat di Lampung. Saat perayaan Nyepi, harmoni keterbukaan warga Lampung dengan budaya Bali amat serasi.

Ratusan warga Bali mengenakan pakaian adat tumpah ruah di Bundaran Adipura, Senin (11-3). Warga dan para tokoh adat datang dan berkumpul untuk mengarak ogoh-ogoh. Empat ogoh-ogoh berupa boneka besar berwajah seram (buto, perlambang perbuatan jahat) diarak lalu dimusnahkan.


Potensi Wisata Lampung Belum Tergali

KEMILING (Lampost) Provinsi Lampung memiliki potensi wisata yang luar biasa, tetapi belum semuanya tergali. Melihat potensi yang bisa dikembangkan untuk kemakmuran masyarakat, Itet Center bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar sarasehan di Sumberejo, Kemiling, Bandar Lampung, Sabtu (16-3).

Acara itu dihadiri masyarakat dan rekanan PNPM se-kabupaten/kota desa wisata. Selain itu, Direktur Pengembangan Destinasi Wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bakri serta Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Bandar Lampung M. Harun.


March 16, 2013

Peran TBL Majukan Budaya Lampung

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Upaya pemerintah dalam melestarikan budaya di Lampung tidak terlepaskan dari peran kuat pihak Taman Budaya Provinsi Lampung. Sebagai tempat para seniman berkumpul, seharusnya Taman Budaya difungsikan secara maksimal oleh para tokoh seni di Lampung.

Kepala Taman Budaya Provinsi Lampung Helmi Azheharie mengatakan saat ini Taman Budaya Lampung (TBL) sendiri masih dalam tahap persiapan untuk kegiatan yang akan dimulai awal April mendatang. "April nanti, kami akan mengadakan workshop di beberapa kota dan kabupaten yang potensial untuk dikembangkan seninya, seperti seni tari di Tanggamus dan beberapa tempat lainnya," kata helmi


Malam Pesona Tampilkan Pemenang II Sastra Lisan

PRINGSEWU (Pringsewu) Festival Bambu Seribu yang digelar Pemkab Pringsewu akan diakhiri dengan penyelenggaraan malam pesona yang berlangsung Sabtu (16-3) malam.

Acara tersebut merupakan rangkaian yang diawili berbagai lomba yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Parawisata setempat, di antaranya lomba tari kreasi Lampung, lomba lagu pop Lampung, lomba musik bambu, lomba film dokumenter, dan lomba desain kaus Pringsewu.


March 15, 2013

Rycko Menoza Dapat Gelar Adat "Pangikhan Nata Makhga"

Oleh Kristian Ali

BUPATI Lampung Selatan Rycko Menoza SZP mendapatkan gelar adat  (adok) Sesuhunan Tuan Pangikhan Nata Makhga Junjungan Khagom Mufakat 1 yang diberikan oleh Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL).

Bupati Lampung Selatan Rycko Menoza (tengah) saat prosesi pemberian gelar adat di Kalianda, Lampung Selatan, Kamis (14/3), didampingi Sekdaprov Lampung Berlian Tihang (kanan) dan Ketua MPAL Kadarsyah Irsa. (FOTO: ANTARA LAMPUNG/Kristian Ali)
"Pemberian gelar ini merupakan salah satu bentuk komitmen dalam kekompakan menjaga persatuan dan kesatuan di Kabupaten Lampung Selatan," kata Bupati Rycko, usai menerima gelar tersebut bersama tujuh pejabat setempat, di Kalianda, Kamis (14/3) yang dihadiri oleh Ketua MPAL Provinsi Lampung Kadarsyah Irsa.


March 3, 2013

KIM Tanggamus dan Budaya Lampung (2-Habis)

Oleh Jauhari Zailani

MENGELILINGI rumah-rumah (kantor) kabupaten dan kota yang ada di Lampung. Saya menyaksikan sebuah tafsir pada budaya Lampung dan air. Secara umum terdapat dua ornamen yang bersinggungan, tarik-menarik, saling melengkapi antara jung sebagai alat transportasi, payung sebagai simbol keagungan adat, dan siger sebagai simbol keagungan kekuasaan. Tecermin dalam lambang dan logo daerah kabupaten dan kota, ornamen pagar, dinding bangunan, hingga gapura. Perjalanan itu digambarkan dalam ornamen yang menarik, jung berlayar membawa rombongan orang yang agung berpayung warna-warnai, menuju sebuah tempat. Tempat itu ditandai dengan siger yang menyangga paying keagungan. Apakah ini bermakna? Barangkali akan menarik jika ada yang melengkapi tulisan ini dengan menjelaskan makna dengan holistik antara jung, payung, dan siger.

Seperti telah dicanangkan dan dikukuhkan dalam peraturan daerah Lampung bahwa Lampung adalah Sai Bumi Ruwa Jurai. Bumi Lampung dihuni oleh dua masyarakat adat. Dua masyarakat adat yang dapat dibedakan dari dua karakter alam yang melingkupinya. Orang pantai yang berada di sekitar pesisir Samudera Hindia di Lampung Barat, orang yang hidup di sekitar Teluk Semaka di Kabupaten Tanggamus, orang yang hidup di daerah pantai Telukbetung, orang yang hidup di daerah pantai Selat Sunda dan Laut Jawa di daerah timur Lampung. Orang-orang yang hidup di sekitar pantai ini disebut dengan berbagai sebutan: orang Lampung Peminggir, atau juga orang Lampung Saibatin.


[Lentera] Tuti Melawan Bosan dengan Menulis

SIAPA bilang menjadi penulis adalah pekerjaan yang berat dan rumit? Menulis pun tidak perlu waktu khusus. Menjadi penulis tidak harus menjadi seorang sastrawan terlebih dahulu.

Rostuti Lusiwati Sitanggang menulis belasan buku di sela-sela kesibukannya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan ibu rumah tangga. Buku-buku yang ditulis Tuti didasarkan pada pengalaman sehari-hari.


[Fokus] Telukbetung Potret Akulturasi Tionghoa di Lampung

KAWASAN Telukbetung bisa dikatakan pusat keberadaan warga Tionghoa di Lampung. Daerah yang dikenal sebagai pusat perdagangan ini memang didominasi oleh pertokoan milik orang Tionghoa.

Namun, peninggalan-peninggalan kebudayaan China hanya sedikit yang tersisa. Praktis, hanya rumah ibadah, wihara dan kelenteng, yang mencirikan arsitektur China. Tidak ada rumah dan permukiman warga yang mencirikan bangunan Tionghoa.


[Fokus] Jejak Tionghoa Kuno di Lampung

JEJAK Tionghoa di Bandar Lampung sengat terasa saat melewati kawasan Telukbetung. Tidak hanya banyaknya warga Tinghoa yang bermukim, juga peninggalan-peninggalan kebudayaan China yang masih terawat.

Setidaknya ada dua bangunan penting di Telukbetung Selatan yang menjadi saksi bisu bagaimana orang Tionghoa dahulu membangun permukiman di Bandar Lampung. Wihara Thai Hin Bio dan Kelenteng atau tempat kremasi Yayasan Meta Sarana merupakan dua bangunan kuno yang sudah berusia ratusan tahun.


[Fokus] Perayaan Imlek di Lampung

WARNA merah menyala itu dominan dari kejauhan. Sepasang patung naga kembar bertakhta bagai mahkota. Wihara Thai Hin Bio di Telukbetung Selatan itu lebih moncer sebulan terakhir, saat warga Tionghoa merayakan Imlek.

Perayaan pergantian tahun China (Imlek) di Lampung memang tidak semeriah di beberapa kota yang punya basis warga Tionghoa lain. Seperti pergantian tahun 2563 ke 2564, Minggu (10-2) lalu, pusat kemeriahan masih fokus di Wihara Thai Hin Bio.