March 26, 2013

Keberadaan Liliput Tantangan bagi Para Akademisi

BANDAR LAMPUNG (Lampost) Keberadaan liliput atau makhluk kerdil yang ditemukan di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) beberapa waktu lalu menjadi tantangan bagi akademisi untuk menelitinya. Hal itu terkait keberadaan suku pertama di Lampung, yakni Suku Tumi di Skala Brak, yang juga mempunyai postur kerdil.

Akademisi Universitas Lampung, Bartoven Vivit Nurdin, mengatakan belum ada penelitian ilmiah terkait keberadaan liliput yang sempat terlihat anggota polisi khusus kehutanan (polhut) TNWK itu. ?Saya mau meneliti seperti ini. Tapi waktu, kesempatan, dan biaya belum ada untuk sementara ini,? ujar Bartoven yang juga dosen antropologi FISIP Unila saat dihubungi tadi malam.


Secara garis besar, Bartoven mengatakan makhluk di TNWK itu serupa dengan Suku Anak Dalam di Jambi, mereka datang dan pergi lalu tidak muncul lagi. Populasi suku ini pun tidak terlalu banyak. "Kemungkinan juga liliput ini ternyata memang turunan dari suku pertama di Lampung. Makhluk hidup terus berevolusi dan berkembang seiring berjalannya waktu,? kata dia.

Menurut Bartoven, penemuan liliput yang sempat terlihat itu justru harus dilindungi pemerintah. Begitu pula dengan Suku Anak Dalam lainnya. ?Pemerintah justru harus memberikan perlindungan kepada mereka,? kata Bartoven.

Dia berharap ada anggaran penelitian yang dikeluarkan pemerintah kepada para peneliti antropologi, arkeologi, dan lainnya demi mengungkapkan asal-usul nenek moyang bangsa sendiri lebih ilmiah.

Pada bagian lain, pihak Balai TNWK terus mencari dan menemukan keberadaan manusia kerdil yang sempat terlihat dua kali. Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) Balai TNWK Sukatmoko mengatakan delapan petugas polhut dilengkapi puluhan kamera jebakan masih berada di sekitar kawasan tempat manusia kerdil itu ditemukan. "Anggota kami memergoki secara kebetulan, sebab pada saat itu anggota polhut hanya melakukan patroli rutin di tengah hutan," kata dia.

Berdasarkan penjelasan dari anggota polhut, kata Sukatmoko, ketika ditemukan manusia kerdil berada di daerah perbatasan Resor Kualawako dengan Kualabiru. Daerah itu merupakan kawasan hutan perawan yang masih banyak binatang liar, bagian dari TNWK seluas 1.125 hektare. (CR-4/U-1)

Sumber: Lampung Post, Selasa, 26 Maret 2013 

No comments:

Post a Comment