November 30, 2015

Kreativitas Kunci Menulis Esai

MENULIS ESAI. Redaktur Pelaksana Fajar Sumatera Udo Z Karzi menyampaikan materi dalam Pelatihan Menulis Esai yang diselenggarakan LPM Natural FMIPA Unila, Sabtu (28/11). (FOTO: FAJAR SUMATERA/M BURHAN)
BANDARLAMPUNG, FS --Menulis esai memerlukan kreativitas penulisnya. Sebab, muatan imajinatif harus beriringan dengan kecerdasan. Selain itu juga dibutuhkan kemampuan menyatukan tiga seni menulis yaitu ilmiah, sastra, dan jurnalistik.

Redaktur Pelaksana Fajar Sumatera Udo Z Karzi  mengatakan itu saat menjadi pemateri pelatihan menulis esai yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Pers Natural FMIPA Universitas Lampung (Unila), di kampus FMIPA Unila, Sabtu (28/11).

November 24, 2015

Black Heritage Tour


Oleh Dyah Merta

HARI itu aku ikut rombongan Black Heritage Tour, semacam napak tilas bekas bangunan-bangunan yang menyimpan sejarah perbudakan di Amsterdam. Berangkat dari titik-temu di Centraal Station, tur bergerak ke arah Dam Square dengan jalan kaki, membelah keramaian dengan suhu 13 derajat dan mengabaikanVenustempel dan Museum Madame Tussauds.

Tur dimulai dari Royal Palace, gedung yang dibangun pada 1648 oleh arsitek Jacob van Campen dan Artus Quellinus. “Pada tahun 1949, Muhammad Hatta melakukan penandatanganan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda di situ,” ujar Wim Manuhutu, sejarawan Maluku yang ikut rombongan. Ratu Belanda Juliana didampingi Perdana Menteri Belanda Willem Drees menandatangani penyerahan kedaulatan (Sovereniteit Overdracht)atas Indonesia kepada Muhamad Hatta, Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat di ruang Burgerzaal. Momen ini menjadi babak pamungkas dari Konferensi Meja Bundar.

November 23, 2015

Membaca Potensi Siswa di Daerah Pebatasan

: Hari Apresiasi Bahasa dan Sastra SMAN 1 Sukau

Oleh Udo Z Karzi

SEBENARNYA saya sudah kirimkan power point untuk diskusi pada Hari Apresiasi Bahasa dan Sastra memperingati Bulan Bahasa 2015 di SMAN 1 Sukau, Lampung Barat, Jumat, 13 November lalu. Tapi karena keterbatasan sarana, power point dan sejenisnya tidak bisa dipergunakan di Pekon Pagardewa yang berbatasan dengan Desa Kotabatu di Provinsi Sumatera Selatan ini.

Kepala SMAN 1 Sukau Eva Oktarina (kanan) menyampaikan pendapat dalam Hari Apresiasi Bahasa dan Sastra di aula SMAN 1 Sukau, Jumat, 13/11/2015. Tampil sebagai nara sumber: penulis Udo Z Karzi dan Yandigsa dengan moderator Ahmadi Putera Syahpalewi. (FOTO: EKA FENDI ASPARA)
"Listrik sering mati di sini," kata Ahmadi Putera Syahpahlewi, seorang guru bahasa Lampung.


Menggagas Wadah Promosi Wisata Bersama

Oleh Eko Sugiarto


PEMPROV mengakui wisata di Lampung masih belum banyak dikenal karena sistem promosinya yang masih kurang maksimal. Oleh karena itu, Pemprov Lampung berencana memakai kode respons cepat atau QRC (quick response code).

Hal itulah yang antara lain dilaporkan www.harianfajarsumatera.com usai acara Sosialisasi Pengenalan Sistem QRC kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Kota di Kantor Gubernur Lampung, beberapa waktu lalu. Rencana memanfaatkan kode respons cepat untuk bisa terhubung ke situs web (mungkin Dinas Pariwisata Provinsi Lampung) adalah sebuah langkah yang patut diapresiasi.

Diakui atau tidak, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang kian maju membuat komunikasi antardaerah bahkan antarnegara menjadi seakan tidak berjarak. Sebagian besar wilayah di dunia seolah sudah terhubung. Hal ini membuat batas-batas wilayah antardaerah bahkan antarnegara menjadi semakin tidak berarti, khususnya dalam hal pertukaran informasi. Dengan kata lain, dalam hal informasi, dunia seakan menjadi tanpa sekat.

November 22, 2015

[Wawancara] Catatan Sejarah Harus Terbuka

Frieda Amran
MENGUPAS tentang daerah Lampung memang sangat menarik, terlebih sangat sedikit sekali tulisan terkait provinsi paling ujung selatan Pulau Sumatera ini. Karena lewat tulisan inilah yang akan menjadi pegangan buat generasi mendatang untuk mengenal daerah Lampung yang kaya akan sumber daya alam dan manusia.

Frieda Amran pun kemudian menuliskan beragam hal mengenai Bumi Ruwa Jurai sejak zaman pendudukan Belanda yang dituangkan dalam rubrik Lampung Tumbai di Lampung Post.


November 19, 2015

Kembali pada Puisi

Oleh AJ Susmana

SECARA metode, tidaklah sulit untuk memahami hati suatu bangsa. Cukuplah kiranya kalau mau dengan susah payah memahami puisi-puisi yang diucapkan, ditulis, dibaca dan dilagukan oleh bangsa tersebut.  Melalui puisi-puisi tersebut akan didapat pengetahuan suka-duka kolektif suatu bangsa yang mengarungi jaman beserta ketakutan dan kegembiraan melihat masa depan.

Puisi-puisi itu pun bisa berupa peribahasa dan pesan-pesan didaktik sebagaimana bisa kita baca pada Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji atau juga Kitab Nyanyian, antologi puisi pertama dalam sejarah China meliputi periode selama 5 abad dari awal Dinasti Zhou Barat abad ke-11 SM hingga pertengahan Periode Musim Semi dan Musim Gugur abad ke-6 SM. Konon pada mulanya terdiri dari 3000-an puisi; lantas diseleksi Confusius menjadi 305 puisi. (lihat: Li Xiaoxiang, Asal Mula Sastra China Klasik, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010;6) Info lain menyebutkan, semula hasil seleksi Confusius berjumlah 311 puisi. Enam puisi hilang waktu terjadi pembakaran kitab.

Figur Perempuan Indonesia: Nyai Dahlan dan Nyai Sholihah

Oleh Akhmad Syarief Kurniawan


TANPA menafikan sejarah, jasa-jasa ormas Islam lain, belum lengkap rasanya ketika menceritakan sejarah perjalanan bangsa ini tanpa ikut menyertakan peran dua ormas terbesar di Indonesia, yaitu: Persyarikatan Muhammadiyah dan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ (NU).    

Tokoh pendiri Muhammadiyah diwakili oleh KH. Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis, 1912 dan dari barisan jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ (NU) diwakili dengan tokoh sentralnya Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’arie, 1926.

Penulis tidak akan menjelaskan sejarah Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama’, melainkan tentang peran, pengabdian, jasa-jasa para tokoh istri kedua ormas tersebut, yakni Nyai Siti Walidah atau yang lebih populer dikenal Nyai Dahlan dan Nyai Munawaroh atau yang lebih akrab disapa Nyai Sholihah A. Wahid Hasyim.


November 18, 2015

Studi Interteks dalam Konservasi Situs Manusia Purba

Oleh Febrie Hastiyanto


PARADIGMA pengembangan situs purbakala termasuk di dalamnya situs manusia purba telah memasukkan konsep pelibatan masyarakat sebagai bagian integral pengembangan situs. Bila sebelumnya pelibatan masyarakat lebih banyak dimaknai pada aspek-aspek pemanfaatan potensi ekonomi-pariwisata situs oleh masyarakat, kini usaha pelibatan masyarakat mulai diperluas pada aspek konservasi. Situs-situs yang semula hanya dikonservasi oleh para ahli, kini membuka diri terhadap peran masyarakat untuk turut melakukan konservasi. Pada periode-periode awal konservasi situs purbakala, masyarakat dilibatkan sebagai tenaga teknis lapang penemuan dan pengumpulan koleksi. Namun kini, seharusnya masyarakat dilibatkan dalam skema yang lebih strategis, misalnya konservasi dalam konteks memaknai koleksi-koleksi situs.

Dalam konteks situs manusia purba, paradigma yang menjadi arus utama dalam melakukan konservasi dan pemaknaan koleksi banyak mendasarkan pada teori-teori evolusi. Ketika mengunjungi Museum Nasional Jakarta maupun Museum Situs Sangiran Sragen-Karanganyar misalnya, saya mendapati diorama-diorama yang ada menggambarkan bahwa fosil-fosil manusia purba merupakan evolusi bentuk spesies dari yang arkaik hingga yang progresif dan kemudian menjadi manusia modern nenek moyang manusia generasi saat ini. Nyaris tidak ada wacana lain dalam memaknai fosil yang ada padahal sesungguhnya pengetahuan-pembanding itu ada dan hidup di dalam masyarakat.


November 16, 2015

Merebaknya Gejala Narsisme

Oleh Riza Multazam Luthfy

DALAM dasawarsa terakhir, gejala-gejala narsisme mudah ditemukan dalam kehidupan artis, politikus, dan dai selebritis. Dengan cara dan pola masing-masing, mereka ingin menampilkan segi positif-materialistis dari diri manusia. Mereka berhasrat menunjukkan sisi-sisi kesempurnaan di balik sosok makhluk yang tidak pernah sempurna (nobody perfect).

Ciri khas narsisme yang seringkali tampak yaitu terlalu percaya diri. Atas dasar inilah, bagi sebagian orang, narsisme berdampak positif. Namun demikian, tidak semua yang diasumsikan publik tentang narsisme bisa dibenarkan.

Tanpa pertimbangan logis, para artis gemar menyajikan keglamoran. Bagi mereka, ada semacam konsensus tak tertulis, “uang bisa membeli segalanya”. Dengan konsensus ini, mereka sibuk menampilkan capaian duniawi yang profan, meskipun banyak orang yang saban hari makan nasi aking.

November 12, 2015

Dongeng yang Merawat Kewarasan

Oleh Aris Kurniawan

BAGI sebagian orang, penyair adalah filsuf dan filsuf adalah penyair; seseorang yang senantiasa merawat kesadaran masyarakatnya; ialah yang mengasah kegelisahan dan penderitaan dirinya untuk menyuarakan kecemasan zamannya; yang terus menerus  menjaga  keseimbangan dan mengajak kita menjenguk ke dalam diri. Presiden Amerika Serikat John Fitzgerald Kennedy tampaknya termasuk yang mempercayai kekuatan puisi semacam itu, sehingga dia mengatakan, apabila politik kotor, maka puisi yang membersihkannya. 

Tetapi, teori sastra modern menepis anggapan yang menempatkan penyair serupa sosok filsuf dan puisi sebagai rujukan untuk mencari kejernihan menangkap realitas. Membersihkan politik yang kotor terlalu berat sebagai tugas yang dibebankan kepada puisi. Dalam drama keseharian yang makin banal kita melihat, puisi terus dilahirkan para penyair seiring dengan kejahatan yang dilalukan secara terang benderang oleh para politisi. Karena puisi hanya permainan kata-kata. Bahkan Sapardi Djoko Damono mengatakan, puisi pada dasarnya adalah deretan kata-kata, tak beda dengan  seperti teks laporan jurnalistik, catatan harian, dan status di media sosial sekalipun.

November 11, 2015

Strategi Kebudayaan dan Multikulturalitas

Oleh Febrie Hastiyanto

TELAH menjadi realitas sejarah bahwa bangsa kita, Indonesia berdiri di atas lansekap keberagaman. Etnis, agama, kelompok kepentingan yang ada berbeda sekaligus banyak jumlahnya. Sejak lama pula kita merumuskan dan menerapkan strategi kebudayaan memaknai keberagaman yang ada. Secara sosiologis, tak dapat dihindarkan sentimen-sentimen in group dan out group; orang “sini” dan orang “sana.” Pada mulanya, politik kebudayaan cenderung ingin mengelompokkan orang sana” menjadi orang “kita.” Sejarah pembentukan nasion banyak bangsa seringkali diwarnai oleh politik aneksasi. Strategi kebudayaan ini dapat disebut sebagai etnosentrisme (Nurdaya, 2012). Padahal hampir pasti setiap kebudayaan selalu ingin independen, selalu ingin mengaktualisasikan dirinya sendiri, serta selalu menolak menjadi orang lain. Konflik kemudian menjadi sesuatu yang tak terhindarkan. Perasaaan-perasaan identitas yang berlebihan cenderung memicu peniadaan identitas lain. Genosida-genosida atas nama etnis, agama, atau ideologi mewarnai perjalanan peradaban manusia. Sudah tentu kita tak ingin mengulangi dampak terburuk perasaan identitas yang berlebihan ini. Strategi kebudayaan alternatif, sebagai antitesis etnosentrisme kemudian disusun dan coba diamalkan. Bentuknya paling tidak ada dua: integrasi budaya (melting pot, cawan peleburan) dan pluralisme atau multikulturalisme (Nurdaya, 2012).
   
Strategi integrasi kebudayaan merupakan pendekatan politik terhadap budaya yang mulanya hendak diterapkan di Indonesia. Realitas keberagaman hendak diikat oleh satu entitas baru, yang disebut bangsa. Bangsa atau nasion merupakan entitas yang melingkupi dan melampau entitas dan identitas primordial yang ada. Bangsa menjadi konstruksi imajiner yang mengidentifikasi identitas yang satu dan baru. Secara sosiologis pula, sentimen atau perasaan identitas akan menguat ketika entitas dihadapkan pada dua kondisi: adanya musuh bersama (common enemy) dan tujuan bersama (goal enemy).
   

Wisata Pusaka Industri

Oleh Christian Heru Cahyo Saputro

DI Indonesia wisata pusaka industri memang belum banyak diwacanakan, apalagi digerakkan.  Padahal potensi dan asetnya sangat besar. Apalagi setidaknya banyak industri  strategis milik negara di bawah wewenang kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha milik Daerah (BUMD). Selain itu tentunya juga industri-industri yang juga dipelopori oleh perusahaan swasta dan masyarakat.
Padahal sekaitan dengan tantangan dunia global idustri strategis itu harus mengikuti perkembangan zaman baik karena pertimbangan soal lokasi maupun  fasilitas pendukungnya. Akibatnya aset-aset lamanya  sering tidak dipergunakan lagi, mulai dari area perkebunan,pabrik-pabrik dan perkantoran terkadang dibiarkan mangkrak.

Aset-aset ini tentunya merupakan saksi sejarah dan bisa untuk pembelajaran masyarakat mengenai perkembangan sosial, budaya, dan ekonomi kawasan jika diberdayakan dengan benar dan optimal sebagaimana telah dibuktikan di negara lain. Jika aset-aset ini tidak diberdayakan dan dilestarikan akan mangkrak  pada gilirannya hancur sia-sia. Padahal industri-industri tersebut pernah bisa jadi menjadi ikon dan denyut sebuah kota.

November 9, 2015

Keberaksaraan dan Eksistensi Manusia

Oleh Tjahjono Widarmanto

KEBERAKSARAAN sudah lama membedakan diri dengan ketertinggalan melalui tradisi aksara. Kelisanan dianggap sebagai hal yag tidak ideal dan menutup berbagai akses komunikasi dan pengetahuan. Adapun, keberaksaran membukakan peluang tak hanya bagi kata, kalimat atau informasi pengetahuan namun juga menguatkan eksistensi manusia yang membedakannya dengan mahluk lain. Tak bisa terbayangkan bagaimanakah wujud eksistensi manusia tanpa tradisi keberaksaraan.

Sungguh pun demikian bukan berarti kelisanan merupakan kehinaan. Kelisanan dapat menghasilkan karya dan renungan-renungan diluar jangkauan orang melek aksara, misalnya Odyssey. Namun, keberaksaraan membantu mendorong permata-permata kelisanan menjadi lebih dikenal, menjadi lebih luas penyebarannya, menjadi mudah diakses, dan yang lebih penting menjadi lebih terbuka dan memungkinan ditafsir ulang.

Seni Budaya Lampung, Mau Dibawa ke Mana?

Oleh Riyan Hiyatullah


SENI dan budaya merupakan dua kata yang selalu akan berdampingan, karena seni adalah produk budaya, dan budaya tak akan terbentuk tanpa ada seni di dalamnya. Indonesia memiliki ribuan ragam seni dan budaya yang tidak  habis dibahas hanya dalam sebuah kitab saja. Di dalam budaya, ada berbagai produk seni, diantaranya: seni tari, drama, teater dan musik. Lampung memiliki keempat produk di atas dan tersalurkan dengan baik.

Seni Komersial

Sebagai contoh, pada bulan Ramadan (2015) lalu, salah satu stasiun televisi swasta Trans 7 menyiarkan acara bertajuk Tabur Ramadan. Dalam acara bertemakan kompetisi alat musik tabuh tersebut Gilang Ramadhan didaulat sebagai salah satu juri dan diikuti oleh beberapa peserta yang tersebar dari seluruh Provinsi di Indonesia. salah satunya adalah Lampung. Siger adalah nama peserta yang berasal dari Provinsi Lampung di acara tersebut mampu meraih juara ke- 2 pada saat itu. Padahal, seluruh peserta yang mengikuti acara tersebut membawa musik tradisi dari daerahnya masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa seni musik tradisi Lampung memiliki potensi baik dalam segi pengembangan budaya maupun industri komersil.


Menikmati Sensasi Minggu dengan Foto-foto Asyik

BANDARLAMPUNG -- Menikmati keindahan karya anak bangsa lewat pameran PFI Lampung dapat dijadikan referensi bagi kaula muda yang ingin menikmati suasana malam minggu. Pameran PFI ini sangat cocok untuk muda mudi baik bersama teman, pacar atau kerabat dekat.

Seorang pengunjung sedang menikmati foto-foto yang dipamerkan PFI.
Dalam pameran PFI ini setidaknya pengunjung akan dimanjakan oleh 80 foto menarik yang dapat menimbulkan sensasi malam minggu yang kece juga tentunya dapat membangkitkan decak kagum akan hasil jepretan para pewarta baik Nasional maupun lokal.


November 6, 2015

Unila Siap Buka S1 Bahasa Lampung

BANDARLAMPUNG, FS - Universitas Lampung (Unila) mendesak ketegasan pemprov terkait rekruitemen formasi pegawai berlatar belakang sarjana (S-1) program studi bahasa Lampung. Bila tidak, maka para alumninya bakal menganggur.

Guru Besar Ilmu Pendidikan Bujang Rahman mengatakan ketegasan itu sangat diperlukan dan mendesak, saat ini. ”Bisa tidak pemda itu jangan mengandalkan formasi. Kan ada nomenklaturnya guru tetap non PNS. Kalau guru PNS gaji dari APBN tapi kalau guru tetap dari APBD,” kata dia.

November 5, 2015

Dari Annie MG Schmidt ke Gustaaf Peek

Oleh Dyah Merta


Di Oleanderstraat, ada sebuah toko buku mungil. Pemiliknya seorang perempuan yang ramah. Awalnya aku ke situ untuk mencari buku Jip en Janneke. Aku pernah membaca buku itu beberapa tahun silam di perpustakaan Karta Pustaka –sebelum akhirnya lembaga itu gulung tikar lalu menebar koleksi perpustakaannya yang sangat berharga ke orang-orang: ini menjadi peristiwa paling menyedihkan dari akhir sebuah lembaga kebudayaan. Kudengar, kurangnya pendanaan membuat lembaga yang menjembatani budaya antara Indonesia-Belanda di Yogyakarta itu akhirnya tutup. Sungguh tidak istimewa.

Aku terpesona pada Jip en Janneke atas kesederhanaan, keluguan dan kelucuannya. Buku itu ditulis oleh Annie MG Schmidt dan terbit pertama kali pada tahun 1971. Schmidt lahir di Zeeuwse Kapelle pada 20 Mei 1911. Ia memperoleh Hans Christian Andersenprijs pada tahun 1988 atas karya-karyanya. Pada 21 Mei 1995, Schmidt tutup usia di Amsterdam. Sosok perempuan yang menghidupkan visual Jip en Janneke hingga ke cerita-cerita Schmidt berikutnya adalah Fiep Westendorp. Satu sama lain membangun jalinan antara kata-gambar tak terpisahkan.

3 Sastrawan Lampung Terbang ke Belanda

BANDARLAMPUNG, FS -- Tiga sastrawan Lampung, Isbedy Stiawan ZS, Arman AZ dan Juperta Panji Utama akan bertolak ke Belanda, Kamis (5/11).

Ketiga sastrawan itu akan membaca puisi dan diakusi di Universitas Leiden dan di hadapan mahasiswa-civitas akademik yang tergabung di Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Roterdam.

"Di Roterdam kami akan baca puisi dan diakusi pada Minggu, 9 November. Sedangkan  di Universitas Leiden, 13 November," jelas Isbedy dalam rilis yang diterima Fajar Sumatera, Rabu (4/11).

November 4, 2015

Akademia dan Aktivisme

Oleh Virtuous Setyaka

SELAMA ini akademia identik dengan para akademisi yang berada di ranah kampus dengan tugas pokok dan fungsinya di bidang pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Sedangkan aktivisme identik dengan gerakan sosial yang berada di luar kampus dan kerja-kerja advokasi berbagai isu atau permasalahan masyarakat. Gerakan sosial dalam perspektif yang luas adalah bagian dari politik, sehingga aktivisme adalah aktivitas yang secara langsung maupun tidak langsung termasuk dalam aktivitas politik. Menarik untuk mendiskusikan keterkaitan bahkan keterikatan academia dengan aktivisme di Indonesia.

Keterkaitan Akademia-Aktivisme
Titik hubung antara akademia dan aktivisme menurut Flood, Martin dan Dreher (2013) secara akademis dapat ditelusuri diantaranya dengan pemikiran Zerai (2002) serta Downs dan Manion (2004). Akademia dapat menjadi situs bagi aktivisme setidaknya dalam empat cara: (1) sebagai sarana untuk menghasilkan pengetahuan untuk menginformasikan perubahan sosial yang progresif; (2) sebagai sarana untuk melakukan penelitian yang melibatkan perubahan sosial itu sendiri; (3) sebagai situs untuk strategi pengajaran dan pembelajaran progresif; dan (4) sebagai institusi yang relasi kekuasaannya sendiri mungkin ditantang dan direkonstruksi. Akademisi dapat menghasilkan pengetahuan, sengaja atau tidak, menginformasikan perubahan sosial yang progresif.