Oleh Riyan Hiyatullah
SENI dan budaya merupakan dua kata yang selalu akan berdampingan, karena seni adalah produk budaya, dan budaya tak akan terbentuk tanpa ada seni di dalamnya. Indonesia memiliki ribuan ragam seni dan budaya yang tidak habis dibahas hanya dalam sebuah kitab saja. Di dalam budaya, ada berbagai produk seni, diantaranya: seni tari, drama, teater dan musik. Lampung memiliki keempat produk di atas dan tersalurkan dengan baik.
Seni Komersial
Sebagai contoh, pada bulan Ramadan (2015) lalu, salah satu stasiun televisi swasta Trans 7 menyiarkan acara bertajuk Tabur Ramadan. Dalam acara bertemakan kompetisi alat musik tabuh tersebut Gilang Ramadhan didaulat sebagai salah satu juri dan diikuti oleh beberapa peserta yang tersebar dari seluruh Provinsi di Indonesia. salah satunya adalah Lampung. Siger adalah nama peserta yang berasal dari Provinsi Lampung di acara tersebut mampu meraih juara ke- 2 pada saat itu. Padahal, seluruh peserta yang mengikuti acara tersebut membawa musik tradisi dari daerahnya masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa seni musik tradisi Lampung memiliki potensi baik dalam segi pengembangan budaya maupun industri komersil.
Pengembangan
Dalam dunia pengembangan seni dan budaya, peran institusi seperti Sekolah, Dinas Provinsi dan universitas merupakan pabrik yang memproduksi para praktisi dan pendidik seni, yaitu guru-guru seni. Berbagai kesenian yang tersebar di seluruh wilayah Bandar Lampung, Lampung Timur, Lampung Barat, Lampung Selatan dan daerah lainnya perlu difasilitasi oleh para pendidik seni. Guru-guru seni merupakan ujung tombak yang bertugas untuk memajukan seni sekaligus budaya di daerahnya sendiri.
Di Lampung, salah satu perguruan tinggi negeri yang mencetak para guru-guru seni adalah Universitas Lampung (Unila). Program studi Pendidikan Seni Tari yang didirikan sekitar tahun 2008 ini sudah mencetak 4 lulusan yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi Lampung. Di bawah naungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila, program studi Pendidikan Seni Tari juga sudah memberikan kontribusi di berbagai acara-acara resmi dan bersifat komersil. Hal ini menunjukkan seni mampu menghidupi para pelakunya. Seni tidak lagi menjadi hobi, namun beralih fungsi menjadi sebuah profesi yang bisa dikembangkan di berbagar sektor.
Di negara-negara Eropa dan Amerika, seni dan budaya merupakan produk yang sakral dan wajib dikembangkan. Seluruh elemen pemerintahan ikut serta untuk membina masyarakatnya paham dan mencintai budayanya. Sebagai contoh, di Hongaria seluruh anak-anak Sekolah Dasar yang lamanya 8 tahun itu (sejak usia 6 tahun sampai 14 tahun) mendapat pelajaran musik yang sistematis dan terpadu dengan program kurikuler. Pelajaran ini dilanjutkan di sekolah menengah yang lamanya 3 tahun.
Dengan sangat cermat, musik digunakan sebagai sarana pendidikan untuk membentuk kepribadian, Hal ini terasa aneh bagi kita di Indonesia, bahwa kepribadian bisa dibentuk melalui musik. Lebih mengejutkan lagi bagi kita adalah pendidikan musik merupakan bagian dari program pemerintah sebagai cita-cita membangun “manusia yang utuh”, suatu konsep yang sudah tertuang sejak 1947 dalam program 100 Tahun terakhir di sana. Dengan kata lain, pendidikan musik di negara tersebut tidaklah main-main. Setiap guru-guru seni dipersiapkan dengan matang agar mampu memfasilitasi anak-anak untuk berlajar seni budaya dengan menyenangkan dan ceria.
Saat ini, Lampung menjadi sebuah provinsi yang bisa dikatakan berkembang dari berbagai sektor, baik, infrastruktur, ekonomi, pariwisata maupun budaya. Hal ini perlu ditunjang dengan sebuah konsep pendidikan seni yang matang sebagai sebuah misi pengembangan budaya. Bila hal ini terwujud dengan baik, bukan mustahil citra Lampung akan melebihi Bali. Pendidikan seni bukan hanya sekedar mengajarkan konten seni di dalamnya, namum lebih jauh mengedukasi masyarakat agar mampu membudidayakan kemampuannya, mengembangkan daerahnya dan meningkatkan taraf hidup. Seni budaya Lampung akan berkembang dengan baik jika pendidikan seni diberi ruang untuk itu, jika institusi sama-sama bersinergi membangun daerah dengan tidak melupakan peran masing-masing. Pemerintah memantau sekaligus membantu baik itu bersifat moril dan materil. Pada akhirnya, bukan tidak mungkin seni dan budaya Lampung akan dikenal di mata dunia.
Riyan Hiyatullah, Dosen Seni Musik FKIP Unila
Sumber: Fajar Sumatera, Senin, 9 November 2015
SENI dan budaya merupakan dua kata yang selalu akan berdampingan, karena seni adalah produk budaya, dan budaya tak akan terbentuk tanpa ada seni di dalamnya. Indonesia memiliki ribuan ragam seni dan budaya yang tidak habis dibahas hanya dalam sebuah kitab saja. Di dalam budaya, ada berbagai produk seni, diantaranya: seni tari, drama, teater dan musik. Lampung memiliki keempat produk di atas dan tersalurkan dengan baik.
Seni Komersial
Sebagai contoh, pada bulan Ramadan (2015) lalu, salah satu stasiun televisi swasta Trans 7 menyiarkan acara bertajuk Tabur Ramadan. Dalam acara bertemakan kompetisi alat musik tabuh tersebut Gilang Ramadhan didaulat sebagai salah satu juri dan diikuti oleh beberapa peserta yang tersebar dari seluruh Provinsi di Indonesia. salah satunya adalah Lampung. Siger adalah nama peserta yang berasal dari Provinsi Lampung di acara tersebut mampu meraih juara ke- 2 pada saat itu. Padahal, seluruh peserta yang mengikuti acara tersebut membawa musik tradisi dari daerahnya masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa seni musik tradisi Lampung memiliki potensi baik dalam segi pengembangan budaya maupun industri komersil.
Pengembangan
Dalam dunia pengembangan seni dan budaya, peran institusi seperti Sekolah, Dinas Provinsi dan universitas merupakan pabrik yang memproduksi para praktisi dan pendidik seni, yaitu guru-guru seni. Berbagai kesenian yang tersebar di seluruh wilayah Bandar Lampung, Lampung Timur, Lampung Barat, Lampung Selatan dan daerah lainnya perlu difasilitasi oleh para pendidik seni. Guru-guru seni merupakan ujung tombak yang bertugas untuk memajukan seni sekaligus budaya di daerahnya sendiri.
Di Lampung, salah satu perguruan tinggi negeri yang mencetak para guru-guru seni adalah Universitas Lampung (Unila). Program studi Pendidikan Seni Tari yang didirikan sekitar tahun 2008 ini sudah mencetak 4 lulusan yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi Lampung. Di bawah naungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila, program studi Pendidikan Seni Tari juga sudah memberikan kontribusi di berbagai acara-acara resmi dan bersifat komersil. Hal ini menunjukkan seni mampu menghidupi para pelakunya. Seni tidak lagi menjadi hobi, namun beralih fungsi menjadi sebuah profesi yang bisa dikembangkan di berbagar sektor.
Di negara-negara Eropa dan Amerika, seni dan budaya merupakan produk yang sakral dan wajib dikembangkan. Seluruh elemen pemerintahan ikut serta untuk membina masyarakatnya paham dan mencintai budayanya. Sebagai contoh, di Hongaria seluruh anak-anak Sekolah Dasar yang lamanya 8 tahun itu (sejak usia 6 tahun sampai 14 tahun) mendapat pelajaran musik yang sistematis dan terpadu dengan program kurikuler. Pelajaran ini dilanjutkan di sekolah menengah yang lamanya 3 tahun.
Dengan sangat cermat, musik digunakan sebagai sarana pendidikan untuk membentuk kepribadian, Hal ini terasa aneh bagi kita di Indonesia, bahwa kepribadian bisa dibentuk melalui musik. Lebih mengejutkan lagi bagi kita adalah pendidikan musik merupakan bagian dari program pemerintah sebagai cita-cita membangun “manusia yang utuh”, suatu konsep yang sudah tertuang sejak 1947 dalam program 100 Tahun terakhir di sana. Dengan kata lain, pendidikan musik di negara tersebut tidaklah main-main. Setiap guru-guru seni dipersiapkan dengan matang agar mampu memfasilitasi anak-anak untuk berlajar seni budaya dengan menyenangkan dan ceria.
Saat ini, Lampung menjadi sebuah provinsi yang bisa dikatakan berkembang dari berbagai sektor, baik, infrastruktur, ekonomi, pariwisata maupun budaya. Hal ini perlu ditunjang dengan sebuah konsep pendidikan seni yang matang sebagai sebuah misi pengembangan budaya. Bila hal ini terwujud dengan baik, bukan mustahil citra Lampung akan melebihi Bali. Pendidikan seni bukan hanya sekedar mengajarkan konten seni di dalamnya, namum lebih jauh mengedukasi masyarakat agar mampu membudidayakan kemampuannya, mengembangkan daerahnya dan meningkatkan taraf hidup. Seni budaya Lampung akan berkembang dengan baik jika pendidikan seni diberi ruang untuk itu, jika institusi sama-sama bersinergi membangun daerah dengan tidak melupakan peran masing-masing. Pemerintah memantau sekaligus membantu baik itu bersifat moril dan materil. Pada akhirnya, bukan tidak mungkin seni dan budaya Lampung akan dikenal di mata dunia.
Riyan Hiyatullah, Dosen Seni Musik FKIP Unila
Sumber: Fajar Sumatera, Senin, 9 November 2015
No comments:
Post a Comment