April 30, 2017

Memuisikan Pembangunan Lampung

Oleh Endri Y


SASTRA sering disebut pilar keempat setelah ilmu pengetahuan, filsafat dan agama. Selain mengajarkan nilai-nilai luhur, kemendalaman, sastra dan permenungannya mampu menceritakan sisi-sisi kebenaran. Akan tetapi dalam konteks puisi, ada kecenderungan, menyaratkan kemampuan menafsir atas teks dan konteks yang digubah penyair. Sehingga pada level-level tertentu, puisi perlu pemahanan dan permenungan tersendiri untuk menemukan estetika maknanya.

Salah seorang peserta membaca puisi dalam Lomba Baca Puisi memperebutkan
Piala Gubernur Lampung di Balai Keratun, Bandar Lampung,
26--27 April 2017 (IST)
Bisa disebut, lomba baca puisi yang digelar Lamban Sastra Isbedy Stiawan ZS sebagai Paus Sastra Lampung yang disponsori Lampung Post itu untuk menegaskan, upaya membaca sekaligus memuisikan pembangunan daerah.

Lomba yang digelar selama dua hari, mulai Rabu, 26 April 2017 itu memperebutkan piala gubernur dan wakil gubernur.

April 11, 2017

Analisis Puisi Modern Lampung Berjudul Liwa dalam Kumpulan Puisi Mak Dawah Mak Dibingi Karya Udo Z. Karzi

Oleh Novitasari Mustaqimatul Haliyah 


A.  Pendahuluan

Masyarakat Lampung sebenarnya cukup kaya dengan karya sastra berupa adi-adi (pantun), warahan (cerita), hiwang (ratapan yang berirama), wawancan (sejarah), dan sebagainya yang terangkum dalam sastra Lampung. Menurut Bani Sudardi (2010:64), sastra Lampung merupakan sastra yang menggunakan bahasa Lampung sebagai media kreasi, baik sastra lisan maupun sastra tulis. Meskipun kebanyakan masih berbentuk sastra lisan yang sering dilantunkan dalam upacara adat, ada beberapa yang sudah ditulis dan diterbitkan berupa buku.

Sastra Lampung memiliki kedekatan dengan tradisi Melayu yang kuat dengan pepatah-petitih, mantera, pantun, syair, dan cerita rakyat. Dalam Encyclopedie van Nederlands-indie dikatakan bahwa bahasa daerah Lampung adalah bahasa yang dipergunakan di daerah keresidenan Lampung, di daerah Komering yang termasuk dalam keresidenan Palembang dan di daerah Krui. Menurut van der Tuuk, bahasa Lampung dapat dibagi dalam 2 induk dialek, yaitu dialek Abung dan dialek Pubiyan (Bani Sudardi, 2010:64).