September 7, 2014

[Buku] Menyandingkan Cerpen-Sketsa, Menghormati Kebhinnekaan

Data BukuDaun-Daun HitamYuli Nugrahani dan Dana E. Rachmat
Indepth Publishing dan Caritas Tanjungkarang
I, Agustus 2014
X +90 hlm.

MENJELANG peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, sebuah buku kumpulan cerita pendek (cerpen) dan sketsa diterbitkan untuk para pembaca sastra dan penggiat sosial. Dua segmen ini dituju terkait dengan maksud penerbitan buku ini seperti yang ditulis pada halaman awal buku, “Untuk menghormati kesejatian manusia yang memiliki keragaman cara pandang, budaya, etnis, dan keyakinan.”

Buku ini memuat 12 cerpen dari cerpenis Lampung, Yuli Nugrahani, dan 12 sketsa yang dibuat pelukis Lampung, Dana E. Rachmat. Sebanyak 12 cerpen dan 12 sketsa ini menggambarkan kesederhanaan yang mencuat dari keragaman masyarakat, khususnya masyarakat Lampung. Hal-hal yang sepele yang mudah kita jumpai sehari-hari di sekitar kita, itulah yang muncul dari padanya.


Buku kumpulan cerpen ini juga menceritakan bagaimana tokoh dalam kesulitannya tetap menghadapi masalah dengan sabar, buku ini juga mengajarkan bagaimana upaya yang harus dicapai untuk memenuhi kebetuhannya dalam hidup ini, dan untuk menghindari penjualan atau perdagangan menusia. Buku ini juga banyak tertulis kisah-kisah yang menginspirasi pembaca untuk memerhatikan orang mengalami atau memiliki permasalahan seperti yang terdapat di dalam buku ini untuk membantu dan pemperjuangkan nasibnya.

Buku ini juga menceritakan pengalaman masa lalu tokoh. Setiap kita membaca buku ini kita akan merasakan seakan terbawa dalam apa yang terjadi dalam sebuah cerpen tersebut, dari perjalanan anak manusia yang tadinya memiliki ketidakjelasan ke sebuah tujuan yang mungkin diimpikan namun belum tahu seperti apa kepastiannya.

Sketsa-sketsa dalam buku ini juga menarik. Misalnya, sebuah sketsa Dana E. Rachmat yang berjudul Pak Lik Wagimin, Puncak Betung, 21 April 2007 (halaman x). Gambar seorang laki-laki yang berdiri dengan tongkat di dekat api unggun, terlihat sangat sederhana dan biasa. Namun, lukisan ini juga istimewa karena mampu mengabadikan seorang manusia yang dekat dengan alam, yang mungkin keberadaannya tidak diingat oleh manusia-manusia zaman kini yang sudah jauh dari alam.

Dalam cerpennya, Yuli Nugrahani juga mencuatkan kesederhanaan itu. Pada cerpen Menuntut Bukti umpamanya, Yuli melukiskan seorang tokoh perempuan tua yang merindukan suaminya yang hilang pada sebuah peristiwa pertikaian. Pergulatannya dalam masa penantian itu dilukiskan untuk menandaskan seorang yang hilang, sangat besar artinya bagi orang yang kehilangan. Seseorang yang hilang bisa jadi dianggap biasa dalam surat kabar atau media, tapi kehilangan itu memberi pengaruh pada seluruh hidup orang yang dekat, orang yang mencintainya.

Ada juga kisah wanita yang dihargai sekandi gabah, sebungkus gula kopi, atau sekilo telur, ia berusaha untuk menaikkan harganya menjadi 15 ribu NT, ia dijual oleh orang tuanya, sehingga ia sangat berusaha untuk terbebas diri, dari apa yang telah orang tuanya lakukan padanya, jangan sampai kisah ini terulang kepada pembaca dan lingkungan sekitar, dan ikut mengawasi agar tidak ada kasus serupa yang terjadi di masyarakat sekitar pembaca (hlm. 73).

Demikianlah Daun-Daun Hitam menampilkan hal-hal yang biasa yang sering dilupakan oleh kebanyakan orang. Y. Harun Yuwono dalam kata pengantarnya mengatakan, ”Melalui buku ini ada undangan kemanusiaan dari penyusunnya bagi kita untuk menunjukkan jalan bagi yang tersesat, membantu menemukan orang-orang yang kehilangan, memperhatikan orang-orang seperti Mak Unti, membela yang tertindas seperti Sar dan keluarganya, menjaga kebhinnekaan yang harmonis tanpa pernah menodainya dengan laku yang membawa traumatis, menjaga dan membela lingkungan hidup, dan meretas human trafficking.” Bagaimana ajakan itu bisa dipahami oleh masyarakat luas? Indepth Publishing dan Caritas Tanjungkarang memulainya dengan mengabadikannya lewat buku ini. n

Ricco Andreas, Mahasiswa Fakultas Hukum Unila

Sumber: Lampung Post, Minggu, 7 September 2014
                                                                     

No comments:

Post a Comment