August 25, 2013

[Reporter Cilik] Kota Liwa Penghasil Sayuran

MERASAKAN udara sejuk serta memandang hijaunya tanaman aneka sayuran tentunya sudah tidak asing lagi bagi anak-anak yang dilahirkan dan dibesarkan di Kota Liwa, Lampung Barat.

Reporter cilik Lampung Post di kebun sayuran di Liwa.
Seperti tiga reporter cilik Lampung Post ini; Rafael Faskal Yeremia dan Natanael Eldi Lukasim (SDN 1 Way Mengaku), serta Melly Kesuma (SDN 3 Way Mengaku). Mereka sudah terbiasa dengan kesegaran udara dan kesegaran sayur-mayur yang disantap setiap hari. Wah asyiknya, pastinya anak-anak Liwa sehat-sehat dong, ya!



Jika ingin menikmati sejuknya udara serta indahnya pemandangan aneka tanaman sayuran seperti wortel, kol, dan sayuran jenis lainnya cobalah jalan-jalan ke Liwa. Sebab, hamparan tanaman sayuran jenis ini hanya bisa dijumpai di daerah dataran tinggi yang berudara sejuk. Salah satunya seperti di Liwa ini lo..hehe.

Penghasilan masyarakat di daerah ini sebagian besar berasal dari pertanian dan perkebunan. Ada yang berkebun kopi dan ada juga bertani sayuran. Di Liwa, jarang ditemui persawahan karena geografisnya terdiri dari perbukitan.

Hamparan pertanian aneka sayuran cukup luas umumnya tersebar di daerah bagian dalam. Tidak sulit untuk mendapatkan lokasi pertanian sayuran itu karena budi daya tanaman sayuran di daerah ini cukup banyak.

Untuk mengetahui bagaimana menanam sayuran-sayuran ini, sepulang sekolah ketiga reporter cilik ini mengunjungi lahan tanaman tomat dan cabai milik Pakde Kusmahdi, di Kelurahan Way Mengaku, Kamis (22-8). Jadi, teman-teman semua juga bisa tahu dari mana datangnya sayur-sayur dan buah yang disantap setiap hari itu.

Cuaca yang sedang terik di tengah kebun tak menghalangi keinginan reporter cilik belajar tentang budi daya tanaman sayuran hingga sampai masa panennya. Ada tanaman tomat dan cabai yang luas.

Tanaman tomat sebagai tanaman tumpang sari sudah mulai merah dan siap dipanen. Buah tomat juga baik untuk kesehatan. Tomat buah bisa dibuat untuk minuman jus.

Ketiga reporter cilik itu tidak henti-hentinya bertanya kepada Pakde Kusmahdi. Umur tanaman tomat hibrida hanya membutuhkan waktu selama 70 hari masa tanam, setelah itu siap dipanen. Sedangkan cabai baru dapat dipanen jika umurnya mencapai 120 hari.

Harga cabai sedang tinggi nih, kalau beli langsung dari petani harganya Rp6.500/kg. Alhamdulillah, jadinya para petani mendapat keuntungan yang cukup besar. Semoga ke depan, para petani di Lampung ini semakin sejahtera ya. Amin.

Tomat ditanam di sela-sela tanaman cabai dengan jarak 75 cm. Tanaman tomat ini juga berfungsi untuk melidungi tanaman cabai dari panas matahari langsung. Menanam sayuran secara tumpang sari, kata Pakde Kusmahdi, juga bisa menambah penghasilan bagi petani. Selain menjual cabai juga bisa menjual tomat kan? Hehe.

"Kalau mau nunggu hasil panen cabai nunggunya kelamaan, tapi kalau ada tumpang sarinya seperti tomat ini maka sambil menunggu panen cabai kita juga sudah dapat panenan lain," kata Pakde.

Tanaman sayuran juga tidak mengenal musim. Sebab, masing-masing petani menanam tidak serentak seperti tanaman padi di sawah. Tanaman sayuran dapat dilakukan kapan saja dan umumnya petani sayuran langsung mengolah lahan jika masa panennya sudah selesai.

Nah, kendala yang sering dialami petani adalah sulitnya mendapatkan modal. Beberapa petani yang tidak memiliki modal bekerja sama dengan orang lain dengan sistem bagi hasil setelah panen.

Pada awal masa tanam, seluruh biaya baik bibit, pupuk, dan ongkos pekerja ditanggung oleh pemodal. Lalu, setelah panen keuntungannya baru dibagi dua. (ELIYAH/M2)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 25 Agustus 2013

No comments:

Post a Comment