March 7, 2007

Nuansa: Mitos

DI kalangan masyarakat di Lampung Barat, hidup sebuah mitos yang unik. Cerita tentang Ratu Sekarmong, pemimpin Buay Tumi, yang hidup dan berkuasa di kaki Gunung Pesagi sekitar tiga abad lalu. Ketika pengungsi dari Pagarruyung--Umpu Nyerupa, Umpu Bejalan di Way, Umpu Pernong, dan Umpu Belunguh--datang, mereka memutuskan bunuh diri masuk jurang daripada masuk Islam.

Prof. Hilman Hadikusuma menyebut suku ini menganut kepercayaan dinamis, ada pengaruh dari Hindu Bairawa. Ketika Islam masuk, Buay Tumi menolak masuk Islam karena bertentangan dengan kepercayaan mereka. Mereka pun diperangi keempat umpu itu, tetapi tak jelas apakah dalam peperangan itu Buay Tumi tumpas atau tidak.

Mitos yang diyakini, mereka memutuskan terjun ke jurang di mana mengalir sebuah sungai yang tak pernah keruh.

Lalu, keempat umpu dari Pagarruyung diyakini Prof. Hilman Hadikusuma merupakan cikal-bakal Paksi Pak: Buay Nyerupa, Buay Bejalan di Way, Buay Pernong, dan Buay Belunguh. Keturunan dari paksi-paksi ini yang kini menetap di Kabupaten Lampung Barat, yang disebut masyarakat adat Lampung Barat.

Lantas, apakah anak keturunan Ratu Sekarmong, yang disebut Buay Tumi itu, masih ada?

Almarhum Prof. Hilman Hadikusuma tidak pernah tuntas menjelaskan soal ini. Apalagi, ternyata, bukan cuma empat paksi itu yang hidup di Lampung Barat. Ada dua paksi lagi, yakni Buay Bulan (Nerima) dan Buay Anak Menyata (Anak Mentuha).

Dua buay yang disebut terakhir diyakini tak mau bergabung dengan empat buay lainnya untuk membangun Kerajaan Skala Brak. Karena itu, empat paksi mengangkat Buay Menyatu (Anak Mentuha) sebagai "yang dihormati" dan Buay Bulan (Nerima) dikawinkan kepada orang lain. Buay Bulan (Nerima) ini diyakini sebagai leluhur masyarakat adat Mego Pak di Tulangbawang.

Seberapa besar mitos dapat dipercaya sebagai fakta ilmiah?

Kita tahu persis, mitos sulit diterima sebagai realitas. Sekali pun mitos itu telah hidup berabad-abad, tetap tidak bisa menjadi pegangan untuk menyatakan realitas itulah yang sebenarnya terjadi.

Itu sebabnya, tak sedikit ahli yang ingin merekonstruksi sejarah berdasarkan mitologi. Semua dilakukan agar jelas bagaimana realitas sebenarnya dari mitos tersebut.

Di Lampung Barat, sekalipun penelitian yang komprehensif belum pernah dilakukan--kecuali oleh seorang peneliti dari Inggris, dan buku hasil penelitiannya dibawa ke Inggris--kita tak pernah tahu bagaimana nasib Buay Tumi.

Apakah Buay Tumi tumpas hingga tidak ada sisa? Apakah Buay Tumi dijadikan budak oleh pengungsi dari Pagarruyung? Apakah Buay Tumi dibebaskan dan hidup merdeka? Apakah mereka punya anak keturunan? Atau, sangat mungkin tak ada Buay Tumi. Jika ada, tentu saja akan ada anak-keturunannya.

Yang jelas, mitos sering menyesatkan, mengelabui, dan membohongi. Mitos Ratu Pantai Selatan dibuat untuk menakut-nakuti Belanda agar tak masuk ke Pulau Jawa. Tapi, ternyata, Belanda memorak-porandakan Pulau Jawa. n BUDI HUTASUHUT

Sumber: Lampung Post, Rabu, 7 Maret 2007

3 comments:

  1. Saya sangat tertarik dengan cerita asal usul ulun lampung,
    Saya ingin menyampaikan info bahwa keturunan suku tumi/ ratu sekhumong masih ada, dan tinggal di kenali belalau lampung barat.

    ReplyDelete
  2. SALINAN TAMBO TEMBAGA KUNING=SOEKHOEMOENG,DOESOEN RANJI PASAI,LAMBAN BANJAKH KENALI

    ReplyDelete