July 28, 2015

Menjadi Wisatawan Cerdas

Oleh Eko Sugiarto

MASA libur Lebaran sudah usai. Orang mulai kembali kepada rutinitas semula. Meskipun demikian, pengalaman selama mengisi libur Lebaran masih diperbincangkan di banyak tempat. Salah satu perbincangan yang sempat penulis dengar adalah perbincangan antara dua orang berikut.

Salah seorang bertanya kepada yang lain ke mana saja saat liburan Lebaran yang lalu. Orang yang ditanya menjawab di Yogyakarta saja dan mencari tempat yang tidak begitu ramai antara lain dengan berkunjung ke sebuah candi yang memang belum begitu dikenal bersama keluarga. Lantas si penanya kembali bertanya apakah candi yang dikunjungi bagus? Jawaban orang yang ditanya sangat sederhana, “Sebagus-bagus candi ya cuman batu ditumpuk-tumpuk.”

Berbeda dengan wisatawan di atas, seorang wisatawan yang juga mengunjungi sebuah candi kecil di daerah Magelang, Jawa Tengah, sempat penulis tanya pendapatnya tentang candi tersebut. Si wisatawan dengan antusias mengatakan bahwa candi kecil itu menarik. Padahal, candi di Magelang itu jauh lebih kecil dibanding candi yang dikunjungi orang pertama yang di Yogyakarta. Mungkin hanya sepersekian ukurannya. Oleh karena itu, penulis lantas memancing dengan bertanya apa yang menarik dari candi kecil itu?

Wisatawan yang di Magelang ini menyatakan heran mengapa tempat yang sepi di lereng bukit itu dipilih untuk mendirikan candi? Apa kelebihan tempat itu dibanding daerah sekitarnya? Apa saja yang unik di sekitar tempat itu terkait dengan keberadaan candi?

Begitulah. Wisatawan pertama dan kedua sama-sama berwisata ke sebuah candi. Keduanya juga mengunjungi candi yang kurang begitu dikenal masyarakat. Namun, wisatawan yang di Yogyakarta tampaknya menilai daya tarik wisata hanya dari satu kriteria, yaitu keindahan. Sementara itu, wisatawan yang di Magelang menilai daya tarik wisata berdasarkan tiga kriteria sekaligus, yaitu keindahan, makna, serta keunikan. Wisatawan yang di Magelang inilah yang memiliki sebagian ciri wisatawan cerdas.

Nah, lantas apa saja sebenarnya ciri-ciri wisatawan cerdas? Mari kita lihat.

Pertama, seorang wisatawan cerdas biasanya tidak hanya fokus melihat objek pada apa yang terlihat. Dia akan mencari pengalaman dari sesuatu yang ada di balik objek yang tampak. Dengan kata lain, wisatawan cerdas akan menilai daya tarik wisata sebuah objek tidak hanya dari kriteria keindahan, melainkan juga dari kriteria keunikan dan makna yang berada di balik sesuatu yang terlihat. Perbandingan antara dua wisatawan yang sama-sama mengunjungi candi sebagaimana penulis ceritakan di atas telah menunjukkan mana wisatawan yang cerdas dan mana yang bukan.

Kedua, seorang wisatawan cerdas akan ikut bertanggung jawab terhadap keberlangsungan objek wisata yang dia kunjungi beserta lingkungannya. Mereka tidak akan melakukan hal-hal yang dapat merusak objek wisata yang dikunjungi. Hal ini antara lain tercermin dari perilaku tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan corat-coret di objek wisata, tidak membuat kegaduhan, dan sebagainya.

Ketiga, seorang wisatawan cerdas harus berpikiran terbuka dan memiliki sifat lapang dada menerima perbedaan. Ketika mendapati perbedaan yang ada di objek wisata yang dikunjungi atau bahkan bertentangan dengan apa yang selama ini dia yakini, seorang wisatawan cerdas akan memandang perbedaan itu sebagai sesuatu yang unik dalam sebuah masyarakat dan perlu dihormati. Dengan kata lain, seorang wisatawan cerdas adalah seorang yang toleran terhadap perbedaan, bahkan dalam hal keyakinan.

Keempat, seorang wisatawan cerdas harus menghargai sesama wisatawan. Seorang wisatawan cerdas bukanlah seorang yang egois. Dia harus berprinsip bahwa sesama wisatawan memiliki hak yang sama untuk menikmati objek dan daya tarik wisata yang ada. Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta suasana tertib di objek wisata yang dikunjungi.

Keempat ciri di atas merupakan pendapat pribadi penulis dan hanya sebagian kecil dari ciri-ciri wisatawan cerdas. Penulis yakin masih banyak ciri-ciri lain yang bisa pembaca tambahkan untuk melengkapi tulisan ini. Akhir kata, mari menjadi wisatawan cerdas.

Eko Sugiarto, Lulusan Magister Kajian Pariwisata, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Sumber: Fajar Sumatera, Selasa, 28 Juli 2015






No comments:

Post a Comment