March 22, 2010

Museum Lampung Dayagunakan Nilai Budaya Buah Brenuk

Bandarlampung, 22/3 (ANTARA) - Museum Lampung bertekad mendayagunakan nilai budaya dari buah brenuk atau buah maja (Aegle Marmelos Correa), sekaligus meningkatkan nilai ekonomi masyarakat melalui kreasi dengan media buah tersebut.

"Saya bercita-cita menjadikan buah brenuk sebagai 'trademark' khas Lampung, yang dapat dijadikan berbagai macam kerajinan, dan museum dapat menjadi pionir untuk mewujudkan cita-cita tersebut," kata Kepala Museum Lampung, Pulung Suwandaru, di Bandarlampung, Senin.

Lomba melukis pada 1001 buah brenuk merupakan bagian kegiatan dari rangkaian acara Pencanangan Tahun Kunjungan Museum 2010, yang dilakukan oleh Gubernur Lampung, Sjachroedin ZP.

Dia berharap, lomba lukis 1001 buah brenuk itu dapat dijadikan momentum, dan didukung oleh instansi lain yang lain, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung, dan Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan.

"Saya harap Gubernur Lampung dapat menangkap visi ini, dan meneruskannya kepada instansi-instansi tersebut," kata dia.

Visi untuk meningkatkan nilai budaya buah brenuk itu, berawal dari keprihatinan Pulung terhadap banyaknya buah brenuk tumbuh di Lampung, yang menurutnya belum termanfaatkan dengan baik.

"Saya mencoba membuatnya menjadi alat musik, dan menjadikannya sebagai media melukis, ternyata bisa, saya kemudian berfikir, kenapa tidak sekalian dijadikan komoditi untuk meningkatkan hasrat hidup orang banyak," kata dia.

Pulung menerangkan, di Lampung, buah brenuk banyak tumbuh di semua kabupaten/kota di provinsi tersebut.

Melalui kreativitas Pulung, yang juga seniman itu, buah brenuk dapat dijadikan sebagai kap lampu, tempat tisu, vas bunga, topeng, berbagai alat musik seperti gambus, balak, rebab, kendang, biola, dan gitar petik.

"Ternyata buah tersebut dapat dijadikan berbagai macam kreasi seni, atas dasar pemikiran itu saya berfikir untuk menjadikan brenuk sebagai bahan yang dapat menjadi ikon Lampung, yang momennya saya dapatkan pada peluncuran Tahun Kunjungan Museum 2010 itu," kata Pulung.

Museum Lampung mencanangkan "Tahun Kunjung Museum 2010", untuk mendukung pencanangan gerakan nasional cinta museum 2010-2014.

Selain pencanangan, acara juga diisi dengan perkenalan lagu jingle "Museum di hatiku", pembukaan Pameran pelangi aksara nusantara, lomba melukis pada 1001 buah bernuk, pameran kreasi seni buah bernuk, dan tarian persembahan tentang brenuk.

Pameran Pelangi Aksara Nusantara, yang dilaksanakan selama lima hari, hingga Sabtu (27/3), diikuti oleh Museum Aceh, Sumatra Utara, bengkulu, Jambi, Jawa Barat, Yogyakarta, Bali, dan Sulawesi Selatan, yang memiliki aksara tradisional.

"Kami menargetkan pengunjung museum akan mencapai 10 ribu orang selama pameran berlangsung," kata Pulung.

Pameran tersebut akan menampilkan koleksi filologi terbaik sembilan museum dengan ciri khas aksara yang ditulis pada media kayu, tanduk, bilah bambu, prasasti, kulit hewan, rotan, bambu, dan kertas; Informasi sejarah perkembangan dan fungsi aksara lokal dan nusantara, yang disajikan dalam bentuk tabes, dan katalog, yang jumlahya mencapai 59 koleksi.

Selain itu, panitia juga melakukan lomba dongeng cerita rakyat Lampung dan lomba menulis indah aksara Lampung, dan Seminar sehari dengan tema penelusuran sejarah aksara lampung dan korelasinya dengan daerah lain di Indonesia.

Sumber: Antara, 22 Maret 2010

2 comments:

  1. waw so artikel nya keren,, kita tukaran link yuk sob,,, di tunggu konfirmasinya ya

    ReplyDelete
  2. oya, salam kenal. Silakan

    ReplyDelete