March 25, 2012

[Perjalanan] Air Belerang Kaki Gunung Rajabasa

WAY BELERANG di kawasan Gunung Rajabasa Register 3, Lampung Selatan, masih alami. Sebab, tempat wisata itu belum dikelola secara maksimal.






Wisata alam Way Belerang yang berada dekat dengan Desa Kecapi dan Babulang, Kecamatan Kalianda, itu hingga kini masih dikelola para pemuda dua desa itu. Objek yang berada di Kecamatan Kalianda tersebut menyimpan panorama keindahan alam yang cukup menakjubkan.

Keasrian tempat wisata alam menambah daya tarik tersendiri. Apalagi, posisinya tidak jauh dari air terjun Way Kalam yang hanya beberapa meter saja. Way Belerang yang kerap disebut masyarakat Kalianda ada Way Belerang Simpur itu, berada di dekat perkebunan cokelat dan durian milik masyarakat setempat.

Untuk dapat mencapai Way Belarang Simpur, hanya dibutuhkan waktu 15 menit dengan menggunakan kendaraan sepeda motor atau mobil dari Kota Kalianda yang berjarak hanya 10 km. Apalagi, kini sarana infrastruktur, seperti jalan beraspal mulus dari Desa Kecapi, Kecamatan Kalianda, telah dibangun.

Bahkan, pada 2011 lalu, Kementerian Kehutanan RI melalui dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp4 miliar telah membangun jalan setapak (jalan lingkar, red) di Gunung Rajabasa Register 3 itu sepanjang 20 km.

Jalan masuk ke Way Belerang Simpur, dari Desa Kecapi hanya berjarak 4 km. Setelah itu, pengujung yang menggunakan kendaraan mobil bisa berjalan kaki untuk sampai Way Belerang Simpur karena akses jalan masuk hanya berupa jalan setapak yang telah dicor dengan lebar kurang lebih 1 meter. Jaraknya dari tempat parkir kurang lebih 1 km. Namun, jika pengujung memakai sepeda motor bisa langsung ke lokasi.

Way Belerang Simpur kini tidak hanya bisa dilewati dari Desa Kecapi. Sebab, kini dari daerah pesisir pantai Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, pun juga sudah bisa dilalui, misalnya dari Sukaraja, Canti, dan Cuggung. Bahkan, akses jalan masuk menuju Way Belerang Simpur juga bisa melalui Desa Totoharjo, Kecamatan Bakauheni.

Begitu memasuki jalan setapak, para pengunjung langsung disuguhi panorama keindahan alam dan pepohonan besar. Bahkan, di bagian sisi kiri kita bisa melihat tanaman kakao milik masyarakat sekitar sehingga ketika melintasi jalan setapak pun pengunjung tidak akan merasakan kepanasan. Sebab, rindangnya daun dari pepohonan yang ada bisa menghalangi teriknya matahari.

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan objek wisata alam di sekitar Way Belerang pun sangat cocok untuk tempat outbound, haiking, dan kamping. Oleh sebab itu, ke depan gagasan ini harus dimunculkan. Kalaupun anggaran dari Pemkab Lampung Selatan tidak cukup, Pemerintah Pusat nanti yang akan mendanainya.

“Kan sayang tempat objek wisata alam yang indah ini tidak dikelola dengan baik. Saya ingin di Kabupaten Lampung Selatan punya ciri khas tersendiri dari sektor pariwisata,” katanya, ketika melakukan kunjungan ke lokasi wisata Way Belerang Simpur di Desa Kecapi, Jumat (23-3).

Roni (30), warga Desa Kecapi, mengatakan objek wisata alam Way Belerang Simpur sudah lama ada. Namun, hingga kini belum dibangun Pemkab Lampung Selatan. Sebab, tempat pemandian itu masih alami karena hanya berupa kolam-kolam kecil yang dibuat oleh masyarakat.

Meskipun demikian, Way Belerang Simpur cukup banyak dikunjungi masyarakat, baik dari wilayah Lampung Selatan maupun daerah kabupaten lainnya.

“Pada hari libur atau Minggu, wisata Way Belerang Simpur banyak dikunjungi masyarakat. Tapi, kalau hari-hari biasa sepi. Bahkan, tidak sama sekali ada pengunjung yang datang,” ujar dia, Kamis (22-3), ketika ditemui pada lahan parkir, tepatnya di jalan masuk ke Way Belerang Simpur.

Roni mengatakan rata-rata pengunjung yang datang ke sini untuk berobat. Sebab, Way Belerang Simpur juga dipercaya bisa mengobati penyakit kulit, seperti panu dan kudis.

“Untuk biaya masuk ke wisata alam Way Belerang Simpur, pengunjung hanya diminta memberikan imbalan sukarela oleh para pemuda sebagai penjaga keamanan. Pengunjung yang menggunakan sepeda motor diminta biaya masuk Rp15 ribu. Sedangkan pengunjung yang menggunakan mobil diminta membayar Rp35 ribu. Karena, dari biaya masuk para pengunjung ke sini, kami juga setor ke desa,” katanya.

Demi menjaga kerukunan dan keamanan antardua desa, lanjut Roni, di wilayah Way Belerang Simpur tersebut telah diatur secara bergantian, yakni dua minggu untuk pemuda Desa Kecapi dan berikutnya adalah pemuda Desa Babulang.

“Untuk uang hasil menjaga keamanan pun pembagiannya telah disepakati, yakni 40% untuk para pemuda dan 60% untuk uang kas desa,” kata dia. (JUWANTORO/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 25 Maret 2012

No comments:

Post a Comment