August 26, 2012

[Perjalanan] Pesta Sekura 1001 Wajah

PESTA Sekura, pesta topeng khas perayaan Lebaran di Liwa, Lampung Barat, kembali digelar, Minggu (19-8). Kemeriahannya mewarnai perayaan yang menggabungkan Lebaran, HUT ke-67 RI, dan HUT ke-20 Lampung Barat.

Kabut yang akrab di Kota Liwa Lampung Barat belum lerap, Minggu (19-9). Namun, para pelaku pesta sekura, warga yang mengenakan topeng sekura, sudah berduyun-duyun menuju lapangan.

Tradisi sekuraan memang sudah ada di Liwa sejak zaman lama. Kesenian yang dimainkan pemuda saat perayaan Idulfitri ini menjadi sesuatu yang khas, tak ada daerah lain yang punya kebiasaan seperti ini.

Tahun ini, sebagaimana beberapa tahun sebelumnya, Lebaran yang jatuh tak jauh beda waktunya dengan lahirnya Kabupaten Lampung Barat dijadikan momen untuk menggelar Pesta Sekura.

Tak pelak, Pesta Sekura digabung menjadi ajang perayaan Lebaran sekaligus pesta ulang tahun kabupaten ke-20, tahun ini. Juga, pesta kemerdekaan peringatan HUT ke-67 Republik Indonesia. Satu tema diangkat, yakni Pesta Sekura 1001 Wajah.

Sambil menunggu rombongan lainnya, tampak para sekura bercakap-cakap meskipun tidak membuka penutup wajahnya. Sementara panitia menyiapkan dan mengarahkan setiap rombongan sekura yang datang.

Selanjutnya, iring-iringan 1001 sekura berberak dari lapangan Merdeka, Pasar Liwa, menuju pusat perkantoran Pemkab Lampung Barat.

Menyusuri Jalan Protokol Raden Intan II, jarak tempuh sedang jarak sekitar 3 km, mengikuti pawai sekura dengan pakaian berbagai corak warna dan khasnya adalah mengenakan penutup wajah.

Sesuai dengan tema kegiatan, sekitar 1001 masyarakat dari empat Kecamatan di Lampung Barat, yakni Balikbukit, Batubrak, Belalau, dan Batuketulis mengenakan topeng sekura dengan berbagai bentuk sesuai jenisnya atau sebutannya.

Dalam masyarakat adat Lampung Barat, yakni sekura kamak dan sekura kecah atau helau. Topeng sekura yang dikenakan dari berbagai bentuk ada yang terbuat dari kayu dan banyak juga dari kain dengan tetap menonjolkan nilai-nilai eksotis budaya tersebut.

Perhelatan Pesta Sekura akbar dan pertama kalinya dalam jumlah besar, banyak menarik perhatian warga yang menonton memadati sepanjang jalan protokol.

Bahkan, warga yang berasal dari luar Lampung Barat sengaja datang untuk menyaksikan kegiatan tersebut tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk berfoto bersama dengan sekura.

Seolah mengerti apa yang pengunjung inginkan, sekura itu menghampiri dan menghadap setiap jepretan kamera yang mengarah ke mereka.

Suasana ceria siang itu menghampiri setiap wajah pengunjung. Apalagi setelah Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri dan Wakil Bupati Dimyati Amin juga berbaur bersama mereka dan tidak sungkan-sungkan mengenakan topeng sekura.

Berbagai atraksi yang disajikan sekura, seperti pementasan seni bela diri, budaya, dan cara menyapa pengunjung, membuat warga yang menyaksikan kegiatan larut dalam semaraknya kegiatan.

Begitu juga dengan lantunan sastra Lampung, yakni budaya wawayaan, yang dipentaskan sekura di tengah-tengah kerumunan ribuan pengunjung yang ternyata menjadi salah satu wadah menyiarkan agama.

Selain itu, rombongan sekura dengan leluasa memeragakan atraksi budaya leluhur seperti hadrah, pencak silat, dan beberapa kesenian lainnya yang kini mulai tergerus di tengah perkembangan zaman.

Pada akhir kegiatan, yakni sekura cakak buah (mematik buah, pada pohon pinang), sorak-sorai membahana dari setiap sudut lapangan Pemkab Lampung Barat. Sekitar 50 pohon pinang yang disiapkan panitia menjadi pusat kerumunan.

Pengunjung memberi semangat sekura yang tengah berjuang untuk mendapatkan ratusan hadiah yang tergantung di pohon pinang.

Secara bergantian puluhan sekura berkelompok memanjat pohon pinang, sampai akhirnya salah satu dari kelompok berhasil mencapai puncak pohon pinang dan berhak mendapatan hadiah tersebut. (HENRI ROSADI/ARIPSAH/M-1)


Sumber: Lampung Post, Minggu, 26 Agustus 2012

No comments:

Post a Comment