August 12, 2012

[Perjalanan] ‘Ngadem’ Sore di Dam Raman

MESKIPUN tak lagi terdengar kerasnya gemericik air, suara burung dan hilir mudik seriti masih kental terlihat di bendungan Dam Raman, Purwoasri, Metro Utara, Kota Metro.


Danau yang masih alami itu kini nyaris tertutup tanaman eceng gondok. Tampaknya aset wisata yang amat berpotensi itu belum termanfaatkan dengan baik.

Padahal air yang terbentang luas berada di atas lahan seluas 26 ha itu mampu menjadi magnet yang mendongkrak wahana keindahan dan berkontribusi pendapatan jika disulap menjadi kawasan wisata di Kota Metro.

Bendungan yang cukup luas dengan pepohonan lebat dan rindang serta potensi pertanian kini yang terlihat terbengkalai. Dam baru dimamfatkan untuk tempat bersantai, memancing, dan menikmati pemandangan karena suasana alamnya yang indah dan sejuk.

Di bulan Ramadan tampak ramai pada sore dan siang hari. Pada siang hari tampak sekelompok warga usia tua duduk sambil menanti umpannya dimakan ikan. Sedangkan kelompok remaja sore hari ngabuburit menunggu waktu berbuka.

"Di sini terasa asyik karena pemandangannya indah di samping ikannya banyak. Kalau ada perahu, akan menambah asyik berkeliling di Danau Dam Raman," ujar Hesti warga Hadimulyo, yang ditemui saat bersantai di sana sambil menunggu berbuka.

Tak beda dengan Hadi dan kawan-kawannya, dengan asyiknya memancing sambil menikmati pemandangan. Di bendungan Dam Raman tampak terlihat belahan dua sungai yang akrab, warga menyebutnya kanal Way Bunut dan Way Raman.

Kedua anak sungai itu mampu menyedot mayoritas para remaja, di Way Bunut warga senang memanfaatkannya untuk ngabuburit sambil memancing karena ada jembatan gantungnya. Sedangkan Way Raman di pinggiran dibuat tempat nongkrong sambil melihat bendungan dari atas.

Dam Raman, danau yang merupakan sumber potensi air terbesar di Metro tersebut, hanya berjarak 8 Km dari pusat Kota Metro dan 55 Km dari Bandar Lampung. Kawasan Dam Raman memiliki total luas 26 Ha terdiri 24 Ha lahan eks Benkok dan 2 Ha hutan sengon.

Di seputaran lahan Dam Raman juga bisa melihat pohon penghijauan jenis Jabon selain akasia yang tertanam rapi di sekitar lahan yang mengitari bantaran sepanjang Dam Raman dan anak sungai Way Bunut yang terlihat ada jembatan gantung.

Wali Kota Metro Lukman Hakim mengakui potensi wisata itu belum bisa dimanfaatkan dengan baik, meskipun bila disulap bisa mendatangkan kontribusi pendapatan daerah. Pemerintah kota Metro saat ini sudah mengemasnya dengan membuat masterplan Dam Raman.

Di danau itu direncanakan akan dijadikan Agro wisata dan wisata air. Di samping itu juga nantinya dibangun tempat-tempat representatif untuk areal memancing. "Kita sudah membuat masterplannya rencana akan dijadikan pusat wisata di sana," ujarnya.

Lukman memberikan kesempatan dengan sejumlah kemudahan bagi yang ingin menanamkan investasinya membangun lokasi wisata di Dam Raman. Dam raman merupakan sebuah danau yang masih alami yang berada diperbatasan tiga wilayah, yakni Kota Metro, Lamteng, dan Lamtim.

Masterplan

Pemerintah Kota Metro akan menjadikan potensi Dam Raman menjadi objek wisata yang berbasis masyarakat dan menyediakan objek wisata yang mampu menjangkau berbagai kalangan sesuai dengan karakter target pasar.

Di antaranya membangun taman agrowisata, taman bermain, botanical garden, area rekreasi, bumi perkemahan, outbond, area makan, wisata air, area penginapan, dan desa wisata.

Di Dam Raman juga akan dibangun wahana museum, waterbooom, amphitheatre, area joging, Cycling, area ATV, kano, dokar, shuttle bus, dan toko suvenir.

Dam Raman juga akan dibangun objek wisata yang di dalamnya bertema nuansa kolonisasi. Nuansa kolonisasi (tempoe doloe) itu diintegrasikan dengan nuansa alam. Di taman wisata koloni itu juga desain SDM-nya pun bergaya kolonisasi.

Lalu mengintegrasikan cerita sejarah dengan wahana wisata, di antaranya memperlihatkan museum hidup, mendesain tata bentuk bangunannya juga tempoe doloe, serta menyediakan museum yang berisi lukisan-lukisan serta foto-foto sejarah di zaman kolonisasi lalu. (AGUS CHANDRA/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 12 Agustus 2012

No comments:

Post a Comment