April 6, 2014

[Perjalanan] Indahnya Pantai Labuan Jukung Krui

Oleh Tri Sujarwo


Lampung Barat dan Pesisir Barat. Dua kabupaten yang sebelumnya berada dalam satu daerah otonomi itu punya daya pikat pariwisata sama kuat, tetapi beda rasa. Liwa dengan sejuk alamnya. Krui dengan spektakulasi pantainya.

PERJALANAN ke Krui ini merupakan perjalanan pertama saya. Selepas menikmati pesona Kota Liwa, saya langsung beranjak menuju Krui, ibu kota Kabupaten Pesisir Barat.

Hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk sampai di kota pesisir ini dari Kota Liwa. Replika pohon damar tampak begitu kokoh dengan ikan marlin di atasnya yang seperti hendak terbang. Itulah tugu yang dikenal masyarakat setempat dengan sebutan Tugu Marlin. Tugu ini menjadi ikon bagi kabupaten yang baru terbentuk sekitar tiga tahun yang lalu ini.


Tak jauh dari tugu, sekitar seratus meter dari Tugu Marlin kita akan menemui Kuala. Suatu tempat yang biasanya digunakan untuk jual beli ikan-ikan yang baru saja ditangkap nelayan setempat.

Sayang, saat saya mengunjungi daerah Kuala Selalaw beberapa tempat penjualan ikan belum buka. Mungkin nelayan setempat masih melaut. Di sana hanya ada deretan jukung-jukung yang berbaris rapi di daerah pesisir Krui. Jukung merupakan sebutan nelayan setempat untuk perahu kecil yang digunakan untuk melaut.

Labuan Jukung, pantai yang biasanya hanya saya lihat di koran atau televisi ini, kini benar-benar bisa saya lihat secara langsung. Tiket yang ditawarkan juga cukup murah untuk memasuki kawasan wisata yang satu ini. Pengunjung dewasa maupun anak-anak dikenai tarif yang sama, yakni Rp2.000. Sedangkan untuk kendaraan roda dua Rp3.000 dan kendaraan roda empat cukup Rp6.000.

Mengingat ombaknya yang begitu besar, para pengunjung dilarang mandi di pantai eksotis ini. Tetapi, buat Anda para pencinta olahraga selancar, pantai ini sangat cocok untuk Anda.

Ketinggian ombak pantai indah bisa mencapai sekitar 10 meter. Tak heran saat saya berkunjung ke pantai yang terletak di Pekon Kampung Jawa ini saya melihat beberapa warga setempat sedang asyik berselancar. Selain warga yang sedang berselancar, saya melihat juga ada beberapa nelayan yang sedang melabuhkan perahunya.

Selain berselancar, Anda juga bisa melakukan aktivitas lainnya, seperti berjemur di bibir pantai atau menyusuri sepanjang bibir pantai Labuan Jukung yang masih begitu alami. Dijamin penat Anda selama sepekan bekerja akan hilang. Apalagi untuk para pencinta ombak, melihat ombaknya saja pun Anda akan mengalami sensasi yang berbeda.

Cuaca tampak mendung sore itu. Beberapa pemuda setempat juga asyik bermain bola. Lapangan di pantai ini juga cukup luas. Selain untuk bermain bola, kadang warga setempat juga memanfaatkan lapangan di pantai ini untuk menjemur padi. Memang, selain nelayan, warga setempat juga berprofesi sebagai petani. Masyarakat Pesisir Barat merupakan masyarakat heterogen yang menggunakan adat Saibatin.

Selalaw merupakan sebutan untuk sebuah bukit yang menjorok kelautan. Selalaw seperti bukit karang yang tergantung di ujung Pantai Labuan Jukung. Di atas Selalaw ada sebuah mercusuar yang didirikan oleh Dinas Kelautan. Konon, pemandangan dari atas mercusuar begitu memukau.

Lautan lepas yang begitu luas terbentang seantero Samudera Hindia. Pulau Pisang tampak di kejauhan. Warga biasanya lebih memilih lewat Kuala ketimbang Labuan Jukung jika ingin menyeberang ke Pulau Pisang. Membutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk bisa sampai di pulau cantik itu.
Pantai ini sudah dibuka sejak 2000-an, terbukti Warung Tenda Sanda Gaul milik Pak Mad telah buka sejak 2003. Biasanya selain menjual kelap muda, Pak Mad juga menjual aneka makanan ringan hingga nasi goreng. Kelapa muda orisinal dihargai Rp6.000, jika ditambahkan dengan gula harganya menjadi Rp8.000. Jika Anda ingin menambahkan susu harganya Rp10 ribu.

Nasi goreng juga menjadi salah satu menu favorit para bule yang biasa berselancar di pantai ini. Satu porsi nasi goreng telor dihargai Rp10 ribu.

Namun, pantai ini baru dikelola oleh Dinas Pariwisata setempat sejak 2008. Gedung serbaguna Selalaw yang baru selesai dibangun juga berdiri kokoh di sana. Gedung ini biasa digunakan untuk berbagai acara, mulai acara pernikahan, acara dinas, hingga acara adat. Masyarakat Pesisir Barat masih memegang tradisi Lampung dengan kuat.

Masalah penginapan Anda tak perlu khawatir. Melihat banyaknya turis mancanegara maupun domestik yang berlibur di sekitar kawasan Kabupaten Pesisir Barat, maka kini banyak losmen, wisma, hingga hotel yang sudah dibangun. Beragam tempat penginapan itu tersebar di berbagai kecamatan, mulai dari Krui, Pesisir Tengah, Ngambur, hingga Pesisir Selatan.

Salah satu wisma yang paling dekat dengan Pantai Labuan Jukung adalah Wisma Jukung. Harga yang ditawarkan di wisma yang memiliki lima kamar ini sekitar Rp250 ribu per malam untuk satu kamar. Tapi, anehnya untuk para bule dari mancanegara harganya Rp150 ribu per malam.

Jika Anda pandai menawar mungkin Anda bisa mendapat harga yang lebih menarik. Maka jangan sungkan untuk menawar. Apalagi jika Anda seorang mahasiswa, backpacker, atau rombongan. Fasilitas yang ditawarkan tempat tidur, lemari, televisi, kulkas, kamar mandi dengan shower dan kamar ber-AC.

Sayang, pengelolaan Pantai Labuan Jukung belum begitu maksimal. Sarana ibadah seperti musala juga belum dibangun di sini. WC umum juga sangat tidak representatif. Hanya ada dua bangunan kecil yang konon disebut WC. Pintunya selalu terkunci dan akan dibuka saat pengunjung ramai.

Saya benar-benar tak menyangka ternyata Lampung memiliki pantai yang begitu cantik bernama Pantai Labuan Jukung. Perjalanan saya ke daerah timur Indonesia dan menyangka bahwa di sanalah surga pantai cantik seolah terbantahkan. Ayo berkunjung ke pantai Labuan Jukung. (M1)


Sumber: Lampung Post, Minggu, 6 April 2014

No comments:

Post a Comment