............................
Demikian pula halnya dengan orang Lampung (ulun Lampung), mereka juga beragam Islam namun memiliki kebudayaan dan bahasa tersendiri. Beberapa pihak membedakan sukubangsa Lampung menjadi dua sub-sukubangsa, yakni orang Lampung yang beradat pepadun (Lampung Pepadun) dan orang Lampung yang beradat Saibatin atau Peminggir (Lampung Peminggir).
Ulun Lampung memiliki bahasa sendiri yang disebut behasa Lampung atau umung Lampung atau cawa Lampung. Bahasa ini masih dapat dibagi menjadi dua logat atau dialek, yaitu dialek Lampung Belalau dan dialek Lampung Abung; yang masing-masing dibedakan atas dasar pengucapan “a” dan “o”, sehingga biasanya juga disebut dialek “a” dan dialek “o”.
Orang Lampung juga mempunyai aksara sendiri, yang biasa disebut surat Lampung (aksara Kaganga).
............................
Ketiga bentuk kebudayaan yang ada di Indonesia, yaitu kebudayaan Melayu, Jawa, serta non-Melayu dan non-Jawa, sesungguhnya telah saling berinteraksi sejak dahulu kala, yaitu sejak adanya kontak antara kebudayaan-kebudayaan tersebut.
Kepentingan-kepentingan hidup sosial, ekonomi, dan politik, telah menjadikan interaksi itu bervariasi, mulai dari sifatnya yang positif berupa kerjasama atau tolong-menolong sampai yang negatif berupa perselisihan dan peperangan.
-------
* Istilah "ulun Lampung" dari Udo Z. Karzi untuk menggantikan kata "orang Lampung"
** Petikan ini dikutip dari "Kebudayaan Non-Melayu dan Non-Jawa" (Indonesiamedia.com, Juni 2004)
No comments:
Post a Comment