February 14, 2007

Masnuna, Pelantun Sastra Lisan Lampung

Juru Kamera : Iwan Agung
Reporter: Achmad Faizal

indosiar.com, Lampung - Sasta Lisan Lampung yang dikenal dengan istilah Dadi, hingga kini boleh dibilang hampir punah. Masnuna yang usianya menginjak senja, bisa dibilang satu-satunya pelantun Dadi yang hingga kini masih eksis. Kini hidupnya penuh dengan kesederhanaan.

Dadi adalah sebuah bentuk sastra yang dibawakan secara bertutur dengan intonasi tinggi, berisi pantun sindiran, pantun nasehat dan pantun jenaka. Sastra ini biasanya dilantunkan saat pergantian musim, panen raya, pertemuan bujang dan gadis atau disuatu acara pesta.

Dimasa jayanya dulu, Dadi dilantunkan oleh pasangan muda-mudi. Karena tingkat kesulitan membawakannya cukup tinggi. Seperti menggunakan bahasa Lampung tingkat tinggi yang tak semua orang mengerti maknanya, sastra lisan ini pun mulai ditinggalkan.

Masnuna adalah satu-satunya pelantun sastra lisan Lampung yang masih eksis. Masnuna (72), sederhana sosoknya. Kesederhanaan hidupnya tercermin dari kondisi rumahnya yang memprihatinkan di Desa Tanjung Kemala, Kecamatan Ubean, Lampung yang masih beralaskan tanah.

Meski dikenal luas, ia pun tak pernah mau menerima bayaran dari jasanya men-Dadi. Usai sholat Subuh, ditemani anaknya Abdul Samat dan dua cucunya Sri Astuti dan Elisa, biasanya mereka pergi ke ladang. Suaminya yang menikahinya tahun 1955 telah meninggal.

Di ladang inilah, Masnuna kerap menurunkan ilmu Dadi pada kedua cucunya. Dalam kehidupannya, Masnuna tak pernah alpa berdoa. Bahkan disetiap langkah hidupnya, selalu ia awali dengan doa kepada Sang Pencipta.

Di dalam kesederhanaan hidupnya ada rasa khawatir Dadi tak lama lagi punah. Saat ini tak ada satupun generasi muda yang tertarik untuk mempelajarinya. Dengan alasan, sudah ketinggalan jaman dan sulit memahami bahasa Dadi. Anaknya pun tak begitu menguasai. Masnuna pantas menyandang rasa prihatin.

Pelantun Dadi yang hingga tahun 2000 masih tertahan sudah meninggal. Seperti Pangeran Matapunai yang wafat tahun 2003 dan Ali Pangeran Pengadilan Yawafatas 1997. Sedangkan dua lainnya yaitu Hasan Peyimbang Raja dan Saerah tengah menderita stroke.

Kini Masnuna hanya bisa menambah harap ada generasi muda yang mau meneruskan kesenian Dadi dan mau mempelajarinya. Semogga harapan Masnuna ini dapat menjadi kenyataan, walaupun arus modernisasi sangatlah tidak mungkin untuk dibendung. (Sup)

Video Streaming

Sumber: http://indosiar.com, 1/12/2005

No comments:

Post a Comment