April 3, 2011

[Buku] ‘Mulang Tiuh’, Membangun Way Kanan

Judul buku : Mulang Tiuh (Pulang Kampung Nih...)

Penulis : Bustami Zainuddin Gelar Raja Sepulau Lampung

Penerbit : Institut Studi Arus Informasi (ISAI)

Cetakan : I, Maret 2011

Tebal : 125 halaman

BELUM banyak kabupaten di Provinsi Lampung yang merumuskan konsep pembangunan daerahnya ke dalam sebuah buku. Salah satu yang melakukan program positif ini adalah Pemkab Way Kanan, yang baru-baru ini menerbitkan buku Mulang Tiuh pada 20 Maret lalu di Hotel Novotel, Bandar Lampung.

Buku Mulang Tiuh berangkat dari gagasan Bupati Way Kanan, Bustami Zainudin Gelar Raja Sepulau Lampung. Menurut Bustami, semenjak berdirinya Way Kanan, belum ada satu pun program solutif yang dapat mengatasi masalah Way Kanan. Kabupaten ini tidak memiliki acuan yang bisa dijadikan model. Di bawah kepemimpinannya, semangat mulang tiuh dijadikan dasar refleksi dalam membangun Way Kanan sebagai Bumi Petani.

Dalam sambutannya buku ini, Menteri Pertanian Suswono menerangkan ajakan mulang tiuh atau pulang kampung sebagai bagian integral dalam rangka mewujudkan Way Kanan Bumi Petani dengan memobilisasi sumber daya yang ada dari seluruh masyarakat Way Kanan, termasuk yang ada di perantauan.

Sementara Jenderal Purn. Ryamizard Ryacudu, salah seorang putra Way Kanan, mengungkapkan bahwa melalui semangat mulang tiuh ini akan mengeratkan kembali ikatan tali kerukunan kita sebagai bangsa.

Buku ini ingin mengubah paradigma masyarakat bahwa petani adalah pekerjaan yang kurang terpandang di tengah-tengah masyarakat. Padahal, pertanian dan perkebunan bila digarap dengan serius akan menciptakan penghasilan atau aset sehingga terwujudlah solusi alternatif bagi kesejahteraan masyarakat.

Dalam menginventarisasi masalah yang ada di Way Kanan, buku ini merumuskan roadmap dan action planning. Titik tekannya dalam pembenahan internal dan eksternal. Pembenahan internal yang dimaksud adalah reformasi birokrasi. Sistem baru yang ditawarkan bupati bertujuan membongkar situasi birokrasi yang cenderung masih berbelit-belit. Sementara itu dari sisi eksternal, mengajak seluruh masyarakat Way Kanan untuk membangun kampung halamannya dan menyinergikan semangat kebersamaan dengan spirit mulang tiuh.

Mulang tiuh tidak harus berkonotasi secara fisik yang berupa perpindahan badaniah dari tempat yang jauh ke kampung halaman, tetapi lebih jauh lagi, yaitu ke kesadaran paling awal, perjalanan kembali ke kampung jiwa dan ke akar budaya.

Bahwa mereka yang pernah lahir dan besar di Way Kanan, kemudian merantau dan kondisi sosial ekonominya telah mapan, hendaknya menyadari bahwa tiuh punya saham besar membentuk para perantau tersebut, bahwa tradisilah yang kemudian membentuk watak dan bakat mereka.

Intinya, aktivitas mulang tiuh akan menjadi produktif jika tiuh disambangi dalam satu kesadaran utuh: berbakti kepada tanah kelahiran.

Masyarakat Way Kanan di perantauan barangkali telah terseret jauh dalam derasnya laju pembangunan, pengaruh globalisasi, teknologi, dan sebagainya. Melalui spirit mulang tiuh ini kita diajak bercermin kembali, melihat siapa diri kita, dari mana berasal, dan apa yang sudah kita dedikasikan kepada kampung halaman.

Dengan mengenang kampung sebagai nucleus cosmic kesadaran, diharapkan para perantau bergerak menuju ke titik yang sama. Spirit inilah yang menggerakan perubahan di desa dan memberikan impuls perubahan.

Bumi Petani terdiri dari dua pengertian filosofis, Bumi sebagai potensi sumber daya alam yang luar biasa dan Petani sebagai sumber daya manusia. Selain itu, program ini merupakan terobosan pembangunan yang berbasis kearifan lokal, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

Buku Mulang Tiuh ini menarik untuk dibaca siapa saja yang ingin menyimak kondisi kontekstual, juga visi misi Way Kanan lima tahun ke depan di bawah kepemimpinan Bustami Zainuddin. Selain menjadi acuan dasar dalam mengisi pembangunan di Way Kanan, buku ini juga memberikan inspirasi dan harapan secara khusus kepada masyarakat Way Kanan untuk membangun kampung halamannya. Sedikit kekurangan buku ini, tidak disertakannya sejarah terbentuknya Kabupaten Way Kanan.

Bupati Way Kanan melalui buku Mulang Tiuh ini mengimbau seluruh masyarakat Way Kanan, terutama yang ada di perantauan, untuk bersama-sama kembali dan berbakti kepada kampung halaman, sekaligus mendukung program pembangunan di Bumi Petani.

Edi Siswanto
, pembaca buku

Sumber: Lampung Post, Minggu, 3 April 2011

No comments:

Post a Comment