April 24, 2011

[Perjalanan] Sjachroedin Z.P. Menjadi Bintang di Negeri Perak

TIGA hari berada di Negeri Perak, Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. memang menjadi bintang. Dia satu-satunya warga asing yang menerima darah kebesaran Dato Seri Paduka Cura Simanja Kini (SPCM). Berikut catatan wartawan Lampung Post Hesma Eryani yang ikut dalam kafilah dari Lampung.



FOTO-FOTO: LAMPUNG POST/HESMA ERYANI


Gelar Dato Seri merupakan salah salah gelar tertinggi di Negeri Perak khususnya dan Malaysia umumnya. Tak banyak orang yang memiliki gelar ini. Bahkan, dalam sejarah Malaysia, warga Indonesia yang menerima gelar ini baru dua orang, yakni Adam Malik (mantan Menteri Luar Negeri) dan Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P.

Oedin, nama sapaan Gubernur, menjadi pusat perhatian. Berita tentang Oedin sudah menghiasi media setempat. Penyambutan juga dilakukan istimewa terhadap Oedin dan delegasi Lampung, Senin (18-4). Karpet merah digelar di Bandara Sultan Azlan Shah, Ipoh, Negeri Perak, dan tarian silat tradisional menyambut kedatangan Oedin.

Para petinggi negara, termasuk Sekretaris Bidang Politik Menteri Besar Perak, Ismail Sofyan, Menteri Keuangan, dan Datin Zainab (istri Wali Kota Ipoh) menyambut Oedin.

Karpet merah juga digelar di Hotel Impiana, tempat delegasi Lampung menginap. Mobil patroli dan dua motor besar polisi memimpin di depan setiap kali delegasi berjalan. Semua kegiatan dilakukan berdasarkan jadwal yang dibuat protokol pemerintahan.

Hampir di semua acara, Oedin menjadi pusat perhatian mulai dari jamuan makan petang dan pertemuan di kantor Pertanian Kementerian Besar, hingga makan malam di Dewan Banquet Negeri, serta ketika menyaksikan Pesta Panjut dan Perahu Hias di sungai Perak yang dihadiri Raja.

Gubernur sendiri tak segan menyapa hadirin dengan ramah. Bahkan, ketika memberi sambutan di Dewan Banquet, Oedin sesekali mengeluarkan lelucon yang membuat hadirin tertawa dan mendapat aplaus apresiatif.

Tak hanya itu, Oedin juga mendapat apresiasi besar dari Raja Sultan Azlan Shah. Ini sudah terlihat sejak di pesta panjut, dan acara darjah kebesaran di istana. Raja Sultan memang sedang berbahagia karena pada hari ulang tahunnya, 17 cucunya semua hadir.

Sebelum acara diistana dimulai, Sultan berkumpul dengan anak menantu dan para cucu. Pada saat itulah, Oedin dan istri dipanggil dan diminta masuk ke ruang utama Raja.

Ini sangat langka karena jarang dilakukan Raja, apalagi saat ia sedang berkumpul dengan anak cucunya. Raja bertanya banyak hal perihal sambutan pihaknya kepada Oedin, dan menanyakan tentang delegasi Lampung yang hadir.

Ketika Raja mengetahui anak-anak Oedin ikut, Raja meminta mereka dibawa ke ruang raja. Oedin, Ny. Trully, tiga anak Oedin (Rycko Menoza, Aryodhia Febriansyah, Handitya Narapati), Lipitka Menoza (istri Rycko), serta putra Rycko yang baru saja lulus dari Universitas Sunway Technology, Malaysia, masuk ke ruang utama raja. Setelah bersalaman dan berbicang-bincang, Raja mengajak mereka foto bersama.

“Saya benar-benar surprise. Karena saya mendapat informasi ini hal langka terjadi,” kata Oedin. Tak hanya itu, usai penganugerahan gelar, Oedin dan Ny. Trully juga difoto khusus untuk dokumentasi kerajaan.

Satu hal yang menarik ketika Raja menanyakan teknis kedatangan Oedin. Oedin menjelaskan dirinya datang dengan pesawat khusus melalui jalur Lampung—Palembang—Malaysia. Raja heran kenapa belum ada jalur penerbangan Lampung—Palembang—Malaysia. Saat itu pula, Raja meminta Menteri Besar Perak, Zambry Abdul Kadir, memanggil pemimpin maskapai penerbangan Air Asia, Tony Fernandes.

Kepada Tony, Raja meminta agar segera dibuka jalur penerbangan Lampung—Palembang—Malaysia, atau Lampung—Jakarta—Malaysia. Tony pun berjanji akan memenuhi keinginan Raja tersebut. “Ini hal menggembirakan, dan kami akan mem-follow up-nya,” kata Gubernur.

Delegasi Lampung memang mendapat perlakuan khusus, termasuk ketika menginap di Hotel Impiana, yang dihuni banyak para eskpatriat dan tamu-tamu asing. Bahkan, menjelang kembali ke Tanah Air, Menteri Besar meminta Gubernur sarapan di kediamannya, dan makan siang di Tower Kuala Lumpur yang merupakan salah satu tempat tertinggi di Kuala Lumpur.

Dari restoran yang berputar dan memiliki kecepatan lift 240 meter per menit ini kita dapat menyaksikan segala penjuru Kuala Lumpur. Konon pula, kata warga setempat, jika cuaca bagus, Medan pun tampak dari menara ini. Soal benar apa tidak, wallahualam.

Restoran ini sangat mahal. Yang datang umumnya para eksekutif dan ekspatriat. Sebelum memasuki restoran, setiap pengunjung harus melalui detektor. Pengunjung bebas makan berbagai jenis masakan (Asia-Eropa) yang disediakan.

Fasilitas yang disediakan bagi delegasi Lampung memang tidak mengecewakan. Soal dana? Pastinya sangat besar. Tapi, Gubernur menegaskan tak serupiah pun dana APBD yang keluar. “Semua biaya kita, transportasi akomodasi ditanggung pihak kerajaan,” kata Oedin.

Sejak awal, semua tiket dari Lampung sudah diurus protokol pemerintah. Nah pastinya mereka menggunakan maskapai mereka sendiri, Malaysia Air Service. Meskipun tidak menggunakan dana Pemprov, bukan berarti muhibah ini tak penting bagi Lampung. Gubernur berjanji akan menindaklanjutinya, terutama pada program kerja sama yang sudah disepakati dengan Negeri Perak. (M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 24 April 2011

No comments:

Post a Comment