April 29, 2011

Mati-matian Memperjuangkan Imej Pasar Seni

PASAR Seni dapat dikatakan memiliki fungsi ganda. Selain sebagai `pasar' tempat transaksi jual beli antara penjual dan pembeli, ia pun berfungsi sebagai tempat berkumpulnya beberapa komunitas. Mulai dari komunitas seni tari hingga seni musik.

Pasar seni
(TRIBUNLAMPUNG.CO.ID/ MARZULI)


SIANG itu, di atas panggung terbuka yang digunakan untuk menggelar pentas musik, tari, dan festival, sejumlah pelajar yang masih mengenakan seragam sekolah asyik meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti koreografi dari sang instruktur tari.

Di sisi lain, nampak beberapa anak muda tengah membuat kerajinan tangan di salah satu pondok yang menjual benda-benda kerajinan.

"Aktivitas di sini ramainya kalau sore. Mulai dari latihan tari sampai yang membuat cinderamata. Tapi yang paling kelihatan aktif ya sanggar tari," ujar Septian Saputra, salah seorang anggota Komunitas Reggae Lampung (Koral) Pasar Seni Bandar Lampung, Jumat (29/4/2011).

Menurutnya, pondok sanggar tari yang terdapat di Pasar Seni merupakan yang terbanyak dari 27 pondok yang ada. Pondok sanggar tari yang ada berjumlah lima. Beberapa pondok lainnya dimanfaatkan para seniman untuk membuat hasil karya seni seperti cinderamata dan lukisan. Sementara sebagian pondok tidak ditempati.

Toni, salah seorang perajin cinderamata yang sudah enam tahun berkecimpung di Pasar Seni mengatakan, hanya beberapa pondok saja di sini yang memajang dan menjual benda-benda hasil kerajinan, lukisan, dan makanan khas daerah. Selebihnya hanya menjadi sebuah perkumpulan komunitas.

Menurut dia, sebagai sebuah pasar seharusnya pondok-pondok yang ada lebih didominasi oleh penjualan karya seni. "Yang namanya pasar seni, ya seharusnya lebih banyak menjual karya-karya seni. Bukan hanya tempat berkumpulnya komunitas-komunitas tertentu," tuturnya.

Toni memaparkan, tak jarang sebagian masyarakat menilai bahwa bangunan yang terletak di Jalan Sriwijaya, Pahoman tersebut kerap digunakan untuk kegiatan yang negatif. Mulai dari wilayah mangkal penjaja seks komersial, tempat mesum, hingga konsumsi minum minuman keras.

Dia menjelaskan, dampak lingkungan yang tidak kondusif di sekitar kompleks Gelanggang Olahraga Saburai menjadi salah satu penyebab hilangnya pamor Pasar Seni Lampung. "Padahal kami mati-matian memperjuangkan imej PS sebagai tempat murni para seniman," imbuhnya.

Penyebab lain, isu tukar guling yang dilontarkan pemerintah daerah juga turut ambil peran menurunnya aktivitas. Terutama pentas musik. Rudi Ranggas, seorang promotor musik mengatakan, para sponsor malas untuk menyelenggarakan even-even karena isu tersebut.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bandar Lampung berencana menghidupkan kembali Pasar Seni di Enggal, dengan sejumlah kegiatan seperti pertunjukan tari, penampilan band, hingga pengadaan rumah makan.

Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Disbudpar Bandar Lampung Erni Suud mengatakan, citra Pasar Seni saat ini cenderung negatif, sehingga masyarakat malas datang ke sana.

Untuk menghidupkan kembali Pasar Seni, Disbudpar berupaya melakukan perbaikan-perbaikan, namun tidak menyeluruh dan bukan perbaikan fisik, karena kawasan tersebut merupakan aset pemerintah provinsi.

Agar kondisi dapat terawat, jelas Erni, pihaknya mengharapkan para pemilik pondokan berhimpun membentuk organisasi pengelola Pasar Seni dalam satu kepengurusan.

"Karena merupakan aset pemprov, kami tidak memungut retribusi. Sebagai kompensasi, mereka wajib merawat, menjaga kebersihan, termasuk membersihkan daerah tersebut dari gelandangan yang selama ini banyak ditemui," ujarnya beberapa waktu lalu. (siti nuryani)

Sumber: Tribun Lampung, Jumat, 29 April 2011

No comments:

Post a Comment