April 3, 2011

[Perjalanan] Membuktikan Kelestarian TNWK

MINGGU (27-3), kami menyusuri Sungai Way Kanan dan Kali Biru di kawasan Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur. Dua di antara kami adalah wartawan Lampung Post yang ingin membuktikan kelestarian TNWK.




FOTO-FOTO: LAMPUNG POST/AGUS SUSANTO

Taman Nasional Way Kambas (TNWK) ternyata memiliki keindahan alam luar biasa, selain tempat Pusat Latihan Gajah (PLG). Mungkin Anda

sering memasuki kawasan PLG, tempat latihan gajah-gajah jinak, dan tempat rekreasi untuk melihat atraksi gajah.

Namun, bagi Anda yang hobi melihat panorama keindahan hutan, di Kali Birulah tempatnya. Tempat ini berada dalam kawasan TNWK.

Untuk memasuki Kali Biru harus memiliki surat izin dari Balai TWNK, dengan alasan yang tepat dan postif. Seperti yang dilakukan oleh Lampung Post bersama rekan-rekan pada Minggu lalu, diberi

izin untuk masuk ke Kali Biru untuk mempromosikan

indahnya hutan TNWK melalui tulisan Perjalanan yang terbit setiap hari Minggu. Namun, umumnya pengunjung ke lokasi itu untuk studi dan penelitian. Semua tetap diawasi secara ketat.

Setelah Lampung Post diberi izin dari pihak Balai TNWK, sekitar pukul 08.00 kami masuk di Pondok Way Kanan menggunakan sepeda motor. Dari Balai menuju Pondok Way Kanan membutuhkan waktu sekitar satu

jam, dengan jarak tempuh sekitar 30 km. Dalam perjalanan sepanjang 25 km melewati hutan yang begitu rindang dan sepertinya jarang

dijamah orang. Di sini masih banyak binatang, seperti kera, kancil, menjangan, dan sejumlah burung cantik yang menghiasi pinggiran jalan menuju pondok Way Kanan.

Tepat pukul 09.05, kami tiba di pondok Way Kanan. Ternyata pondok tersebut memiliki keindahan alami dilengkapi dengan hotel mini. Biasanya tempat ini digunakan para tamu dari mancanegara untuk

bermalam. Sembari beristirahat sejenak, karyawan TNWK yang ditugaskan di Pondok Way Kanan menyiapkan perahu speed bagi kami untuk mengelilingi keindahan Kali Biru.

Sekitar pukul 10.00, kami yang berjumlah enam orang menaiki perahu kecil itu menuju Kali Biru. Sepanjang Sungai Way Kanan ke Kali Biru, yang jaraknya sekitar 28 km, dipenuhi pohon-pohon yang begitu indah dan terkesan masih liar.

Selain itu, burung-burung pemakan ikan banyak beterbangan dan menyambar mangsanya di dalam Sungai Way Kanan. Sekitar pukul 11.00, kami tiba di Kali Biru atau biasa disebut dengan Kali Tempuran. Panasnya terik matahari yang memanggang kepala tidak menyurutkan niat kawan-kawan untuk menikmati keindahan kali tersebut. Sempat terkejut saat speed masih melaju berputar-putar di sekitaran Kali Tempuran, kawan-kawan melihat buaya sedang berdiam santai di penggiran sungai dengan mata tanpa berkedip melihat jalannya perahu.

Setelah mencari tempat yang aman dan layak untuk menyandarkan perahu, kami mulai merakit pancing yang sengaja kami siapkan dari rumah. Ternyata kali sedalam 17 meter itu menyimpan kekayaan alam berupa ikan yang luar biasa, seperti ikan baung, kekes, gabus, dan kakap.

Hanya bermodalkan umpan cacing, kawan-kawan bisa meraup ikan sebanyak 5 kg /orang, hanya dalam waktu kurang lebih dua jam, dengan jenis baung, kakap dan gabus. Sekitar pukul 16.00, kami menuju Pondok Way Kanan.

Dalam perjalanan dari Kali Biru ke Sungai Way Kanan, kami merasa puas bercampur ngeri. Puas melihat keindahan hutan dengan panorama pepohonan yang menjulang tinggi dan begitu besarnya, selain keindahan sungai yang dihiasi sinar matahari senja. Namun perasaan ngeri saat mendengar suara-suara binatang yang terdengar dari dalam hutan, seperti beruang, gajah, siamang, dan sebagainya. Dan sedikit takut melihat sejumlah buaya yang sedang menunggu mangsanya di pinggiran sungai.

Sekitar pukul 17.30 kami tiba di Pondok Way Kanan. Kami bergumam; “Kapan kembali lagi ke Sungai Biru untuk menikmati keindahan hutan. Namun sebagian lagi bergumam tidak akan lagi ikut masuk ke Kali Biru jika ingat banyaknya binatang buas.

(AGUS SUSANTO/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 3 April 2011

No comments:

Post a Comment