July 20, 2011

Budaya Lampung dan Tantangan Modernitas

Oleh Muslim Basyar


BANGSA Indonesia memiliki beragam kebudayaan daerah. Ini setidaknya tercermin dari keanekaragaman kesenian, bahasa, suku, dan adat istiadat. Namun, geliat pembangunanisme yang terus dijalankan di negeri ini ternyata tak hanya membawa dampak positif berupa perubahan dalam struktur masyarakat yang menjadi lebih maju. Tapi juga menimbulkan dampak negatif dengan menurunnya kuriositas masyarakat pribumi dalam melestarikan budayanya sendiri.

BUKANLAH hal baru jika kebudayaan nasional menjadi kurang berkembang. Sebab, seperti dikemukakan di muka, laju perkembangan dunia yang terbingkai dalam arus besar globalisasi dan modernisasi memiliki pengaruh yang kuat untuk menghambat itu semua. Demikian pula yang terjadi di Lampung. Maraknya seni budaya luar yang menjamur di daerah ini tak pelak lagi membuat kebudayaannya menjadi bergeser.

Sesungguhnya, seni budaya Lampung dan daerah yang lain tak lain merupakan suatu pola hidup menggambarkan kepribadian masyarakat itu sendiri. Sebab diakui atau tidak, beragam budaya yang ada dalam masyarakat Lampung banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Islam dan Hindu yang acap bernuansa magi (spiritual) dan simbolis.

Tujuan dan kegunaan dari suatu karya seni bisalah dikatakan sebagai sarana dan ekspresi kehidupan agar ia berguna bagi kemajuan peradaban. Akan tetapi, dalam realitas sosial suku Lampung, nilai-nilai seni budaya yang juga ditujukan sebagai sebuah proses guna meningkatkan pengetahuan dan peradaban secara turun-temurun. Secara (tak) langsung, kini mulai hilang dan tidak lagi terinternalisasi dalam jiwa masyarakatnya.

Adanya perubahan dan perkembangan pemikiran serta pertumbuhan penduduk yang diikuti oleh proses industrialisasi, telah mengubah struktur kerja masyarakat yang agraris ini. Industrialisasi telah membawa dampak terhadap meningkatnya aktivitas pekerjaan dan mobilitas penduduk guna memenuhi kebutuhan hidup di tengah persaingan yang begitu ketat. Konsekuensinya, individu dalam masyarakat menjadi sibuk dengan urusannya sendiri, sehingga tidak ada waktu untuk menikmati atau mengadakan acara seni budaya.

Perkembangan pemikiran pada masyarakat suku Lampung, seyogia membuat masing-masing dari mereka memiliki tingkat kreativitas tinggi dalam melestarikan seni budayanya. Kenyataannya, masyarakat Lampung ternyata terbawa oleh nilai budaya daerah lain. Ini setidaknya disebabkan oleh proses transmigrasi yang telah lama menimbulkan pembauran masyarakat, yang di dalamnya kerap membawa dan menggunakan nilai budayanya masing-masing.

Terlebih, kuantitas penduduk pendatang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat Lampung sendiri. Selain itu, pengaruh letak geografis provinsi ini sebagai daerah lintas dan penghubung antara pulau Sumatera dan Jawa juga bisa kita tunjuk sebagai penghambat perkembangan seni budaya Lampung selanjutnya. Sebab, ini mengakibatkan budaya dari luar sangat mudah masuk sehingga terjadilah pembauran yang cenderung tak harmonis.

Modernisasi pada dasarnya merupakan suatu bentuk perubahan sosial yang didasarkan pada social planning. Proses ini meliputi bidang-bidang yang sangat luas, sehingga mencakup suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional menuju ke pola modern gaya barat. Terjadinya modernisasi tentu akan mengubah sistem nilai dan norma sosial masyarakat itu, dari yang tradisional ke bentuk modern.

Permasalahan yang kemudian timbul adalah modernisasi menjadi tujuan utama dan dianggap sebagai sesuatu yang harus dikuasai dan diikuti sehingga nilai-nilai yang telah lama dimiliki lambat laun hilang. Ujung-ujungnya, kepribadian individu dalam masyarakat pun menjadi berubah dan budaya tradisional semakin tak diminati pemiliknya sendiri.

Proses ini pun terjadi dalam dimensi kehidupan masyarakat Lampung. Hal yang begitu terpengaruh adalah dari segi adat istiadat dan seni budaya yang sudah sangat jarang dipakai. Salah satu contoh dalam pelaksanaan pesta adat, di mana kegiatan ngehantakh (menghidangkan makanan) sudah diganti dengan model perancisan.

Di sisi lain, keengganan generasi muda suku Lampung untuk mempelajari dan melestarikan budayanya sendiri menjadi sesuatu yang juga bisa kita tunjuk ikut menghambat perkembangan budaya Lampung. Bahkan, bahasa Lampung sudah sangat jarang sekali digunakan dalam interaksi sosial sehari-hari, terutama daerah perkotaan.

Walau banyak lembaga yang bergerak dalam bidang seni budaya Lampung, media ini kurang menarik minat para pemudanya untuk berkreativitas sehingga belum menampakkan hasil konkret bagi kemajuan seni budaya Lampung. Hal tersebut disebabkan oleh tidak efektifnya pola dan mekanisme yang diterapkan dalam manajemen organisasi.

Untuk itu, diperlukan penanganan yang intensif melalui sentuhan tangan kreatif dari para pakar dan ahli, termasuk pejabat pemerintah daerah serta pengusaha dalam rangka melestarikan seni budaya ini. Paling tidak bahasa Lampung harus tetap eksis dalam masyarakat suku Lampung sendiri. Terlebih, dalam menghadapi tantangan modernisasi yang semakin gencar.

Pelestarian seni budaya Lampung tidak cukup hanya menggelar pameran-pameran seni budaya atau kegiatan adat-istiadat, tapi juga harus dengan langkah konkret. Yaitu peningkatan kualitas individu masyarakat suku Lampung, baik dalam bidang ekonomi maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, kita sangat berharap agar para pemuda Lampung beserta tokoh adat dan aparat pemerintah daerah bisa mengambil langkah yang efektif dan kreatif. Jika tidak, dalam beberapa dekade saja seni budaya Lampung ini akan punah.

Maka dalam rangka melestarikan seni budaya Lampung, peningkatan kualitas dan mutu masyarakat terutama generasi mudanya sangatlah bersifat esensial serta mendesak. Begitu kompleksnya persoalan yang menerpa seni budaya Lampung di atas, mestilah menimbulkan suatu pemikiran baru bagi kita semua bahwa sudah saatnya kita menengok kembali lumbung padi dan warisan leluhur yang sudah lama tersimpan dan hampir hilang ditelan zaman. Sebab, jika terus-menerus menengok ke luar (baca: seni budaya daerah dan bangsa lain), statemen yang mengatakan bahwa esok lusa seni budaya Lampung akan punah, bisa benar-benar terjadi dan tak bisa kita tampik keberadaannya.

Muslim Basyar, Staf Pengajar Universitas Muhammadiyah Lampung

Sumber: Radar Lampung, Rabu, 20 Juli 2011

No comments:

Post a Comment