August 23, 2011

Suksesi Unila: Pemimpin Harus Kedepankan Jaga Kearifan Lokal

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Calon rektor Universitas Lampung (Unila) jika terpilih nanti diharapkan menjaga dan mendukung keberadaan aksara dan budaya Lampung. Selain itu, juga membuka kembali Program Bahasa dan Sastra Lampung di Unila.

"Karena orang Lampung sendiri saja tidak mau berbicara bahasa Lampung. Dan ini yang harus diperhatikan oleh calon rektor, agar aksara, budaya, dan bahasa Lampung tidak hilang," ujar Nasrun Rakai dari Majelis Penyeimbang Adat Lampung (MPAL) dalam diskusi yang diadakan BEM Unila di kantor Lampung Post, Senin (22-8).

Diskusi bertema Kepemimpinan Unila untuk pembangunan Lampung ini dihadiri Djadjat Sudradjat (Wakil Pemimpin Umum Lampung Post), Syarief Makhya (Akademisi Unila), Rahmad Nurudin (Wakil Presiden Unila), dan dimoderatori Basrin (Mensospol BEM Unila).

Unila sendiri pada pertengahan September mendatang akan menggelar pemilihan rektor. Tiga calon yang siap bertarung memperebutkan kursi nomor satu di Unila itu adalah Sugeng P. Harianto (Rektor Unila sekarang), Wan Abbas Zakaria (Dekan Fakultas Pertanian), dan Paul Benyamin Timotuwu (Guru Besar Fakultas Pertanian).

Menurut Syarief Makhya, sistem kepemimpinan di perguruan tinggi sangat berbeda pola penerapannya di lembaga-lembaga pemerintahan maupun lembaga politik. "Letak dan karakter perguruan tinggi itu ilmu pengetahuan. Kalau sudah masuk ranah politik, akan kacau dan tidak berhasil," katanya.

Pola kepemimpinan bukan hanya menggaet peringkat, harus ada kontribusi positif ke masyarakatnya. Pemimpin harus mengembangkan budaya lokal, bukan hanya adat istiadat, melainkan sistem nilai. "Sebuah perguruan tinggi harus punya kepedulian lokal," kata dia.

Menurut Djadjat, Unila dan setiap universitas harus mengembangkan keunggulan. Selain dari bidang pertanian, terutama Lampung sebagai wilayah yang prospek dalam bidang pertanian, Unila harus mengembangkan kebudayaan.

Dalam perspektif media, menurut Djadjat, sebuah institusi pendidikan sama halnya dengan institusi negara, basisnya adalah kepercayaan kepada publik. "Unila kalau tidak ada makna publik buat apa? Jadi, hal ini menjadi sangat penting," ujarnya. (*/D-2)


Sumber: Lampung Post, Selasa, 23 August 2011

No comments:

Post a Comment