August 20, 2011

Pustaka: Tiga Buku Terbit Perkaya Khazanah Sastra Lampung

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Khazanah sastra Lampung bertambah dengan terbitnya tiga buku yang kental dengan sejarah dan budaya Lampung.

BUKU BARU. Buku-buku sastra Lampung (LAMPUNG POST/SYAIFULLOH)

Budayawan Iwan Nurdaya-Djafar mengatakan ketiga buku diterbitkan tiga penerbit itu, masing-masing dua buku berbahasa Lampung, yaitu novel Radin Inten II karya Rudi Suhaimi Kalianda diterbitkan BE Press, Bandar Lampung dan Warahan Radin Jambat suntingan Iwan Nurdaya Djafar dengan redaktur ahli Hilman Hadikusuma, yang diterbitkan Pustaka Labrak, Bandar Lampung.

"Satu lagi, Hikayat Nakhoda Muda: Memoar Sebuah Keluarga Melayu karya Lauddin dkk. terbitan Ilagaligo Publisher, Bandar Lampung," kata Iwan Nurdaya.

Novel Radin Inten II menceritakan kembali sejarah perjuangan pahlawan nasional dari bumi Lampung dengan penuturan berbahasa Lampung.

Sedangkan Hikayat Nahkoda Muda: Memoar Sebuah Keluarga Melayu merupakan karya sastra klasik berbahasa Melayu dalam huruf Jawi (Arab Melayu). Kisah petualangan ini rampung pada 1202 Hijriyah atau 1778 Masehi.

Naskah ini kemudian diterjemahkan William Marsden ke dalam bahasa Inggris dengan judul Memoirs of a Malayan Family, 1830. Lalu diterjemahkan lagi ke bahasa Indonesia oleh Iwan Nurdaya-Djafar.

Editor Penerbit Pustaka Labrak Udo Z. Karzi, Kamis (18-8), mengatakan kehadiran tiga buku ini diharapkan dapat memperkaya wawasan generasi muda sekarang, terutama untuk mengenal sejarah dan sastra klasik di Lampung.

"Buku Radin Inten II terdiri dari enam pembabakan cerita, diawali dengan Sanak Ngura Sai Mebani, Jadi Kepala keratuan Darah Putih, Kalianda Berkobar, Pertempuran di Benteng Bendulu, Sampai Sepebelaan Rah, dan Gugorni Sang Pahlawan," ujar Udo Z. Karzi.

Menurut Iwan Nurdaya, awalnya Warahan Radin Jambatmerupakan manuskrip yang didapat Profesor Hilman Hadikusuma (alm) dari seorang peneliti asal Jepang Yoshie Yamazaki dari perguruan tinggi Tsuda College Jepang. Naskah ini diperoleh semasa Yamazaki melakukan penelitian tentang transmigrasi di Lampung pada tahun 1984-1986.

"Warahan Radin Jambat memiliki 703 bait, bentuknya reringget yang paling tua di Lampung. Dengan pola persajakan tetap dan terikat banyaknya brais dalam setiap bait. Reringget merupakan sastra lisan yang mendekati pantun yang biasa kita kenal," kata Iwan.

Udo Z Karzi menjelaskan, penerbitan Warahan Radin Jambat dan Hikayat Nakhoda Muda merupakan upaya menyelamatkan naskah kuno di Lampung. "Agar kekayaan bumi Lampung yang tak ternilai harganya ini dapat tetap ada dan tak hilang dimakan zaman," kata dia.

Senada dengan itu, Direktur BE Press Y. Wibowo menyatakan kegembiraannya dengan terbitnya tiga buku ini. "Ketiga buku ini, baik yang berbahasa Lampung maupun yang berbahasa Lampung, memiliki setting Lampung dan kental dengan aroma sejarah dan budaya Lampung," ujarnya. (MG1/D-2)

Sumber: Lampung Post, Sabtu, 20 Agustus 2011

No comments:

Post a Comment