April 28, 2013

Makam H.N. van der Tuuk

Esai foto Arman AZ


NAMA Herman Neubronner van der Tuuk (1824-1894) mungkin tidak familiar di telinga awam, padahal dia berjasa besar bagi upaya pelestarian bahasa-bahasa daerah di Nusantara. Dia yang pertama kali membuat kamus bahasa Batak-Belanda, pertama kali membuat kamus bahasa Bali-Kawi-Belanda, dan kamus Melayu-Belanda. 


Epitaf H.N. van der Tuuk, foto November 2012
Tampak depan makam Peneleh.
Plang makam Peneleh.
 Makam H.N. van der Tuuk.
 H.N. van der Tuuk (Sumber: wikipedia)
Makam H.N. van der Tuuk, April 2013.
Makam H.N. van der Tuuk (koleksi KITLV,
    foto tahun 1990, image code 2494).
Pintu kantor makam Peneleh.
Epitaf H.N. van der Tuuk, foto April 2012.
Tampak samping makam Van der Tuuk.
Tembok makam.
Selain itu dia juga meneliti kekerabatan bahasa-bahasa daerah Nusantara (Hindia Belanda kala itu), hingga Austronesia (Madagaskar sampai Samudera Pasifik). Ia juga orang Eropa pertama yang mengunjungi Danau Toba dan bertemu Sisingamangaraja.  Van der Tuuk pun memiliki kaitan sejarah dengan Lampung. Dia pernah menetap setahun di tanah lada (1868-1869). Sebelumnya di Batak sekitar lima tahun, kemudian Lampung, dan ke Bali selama dua puluh lima tahun hingga akhir hayatnya. Meski ada darah Belanda, namun dia membenci penjajahan dan membela rakyat Hindia Belanda kala itu.

Dia orang pertama yang membuat kamus bahasa Lampung. Nasib kamus itu kurang beruntung dibanding kamus Batak dan Bali. Naskah setebal hampir enam ratus halaman itu tak sempat diterbitkan dan kini tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden (Belanda).

Dia meninggal di Surabaya, 17 Agustus 1894 dan dimakamkan di Pemakaman Belanda Peneleh (Surabaya). Tanggal kematiannya, 51 tahun kemudian, menjadi tanggal bersejarah bagi negeri ini. Seluruh naskah, surat, manuskrip, dan lontar hasil inventarisasi Van der Tuuk selama di Hindia Belanda; diboyong ke Belanda sebanyak tujuh kali pengiriman lewat kapal laut.
Seabad lebih Van der Tuuk terbaring di Peneleh yang luasnya sekitar 4 hektar. Untuk orang yang sangat berjasa bagi bahasa-bahasa daerah di Nusantara, kondisi makamnya cukup memprihatinkan. Kita memang bangsa yang mengidap amnesia sejarah. (P-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 28 April 2013

No comments:

Post a Comment