April 22, 2013

Festival Radin Jambat Meriahkan HUT Way Kanan

BLAMBANGAN UMPU (Lampost) Pergelaran Festival Radin Jambat akan memeriahkan peringatan hari ulang tahun (HUT) Kabupaten Way Kanan. Festival itu mengambil tema Keanekaragaman budaya daerah wujud dari Bhinneka Tunggal Ika, sebagaimana bumi dipijak di situ langit akan dijunjung.

Pelaksanaannya akan dimulai 22?30 April, bertempat di Islamic Centre Blambangan Umpu dengan penanggung jawab acara dari Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya, dan Pariwisata (Disporabudpar).


Dalam acara ini akan digelar bebagai atraksi budaya dan perlombaan berbagai cabang olahraga yang lebih bervariasi dari tahun sebelumnya. Dengan adanya konsep baru diharap dapat mengembangkan dan melestarikan seni budaya di Kabupaten Way Kanan.

Pembukaan festival ini akan dilakukan oleh Gubernur Lampung Sjahroedin Z.P. Agenda acara hari pertama adalah pawai budaya dan selanjutnya akan diadakan berbagai pelombaan yang terdiri dari empat bidang, di antaranya olahraga, seni budaya, dan pariwisata.

Selain perlombaan di atas, akan ada kegiatan lain untuk lebih memeriahkan acara, yakni Yamaha Ekspedisi Mulang Tiyuh 2013, istigasah akbar, festival band, dan lomba burung berkicau.

Radin Jambat ialah seorang tokoh legendaris Way Kanan yang berhasil menyatukan warganya yang berbeda suku dan agama dan cenderung hidup berkelompok serta terkotak-kotak dengan caranya sendiri.

Ia berhasil menyatukan semua lapisan masyarakat berkecenderungan kurang solidaritas/kebersamaan hingga keharmonisan wilayah tersebut tidak tercipta. Ketokohannya sangat terkenal seantaro negeri karena ia juga bertindak sebagai panglima besar.

Setelah bermeditasi karena ia menginginkan suatu negeri yang aman, tenteram, harmonis, dan sejahtera. Radin Jambat mendapatkan inspirasi untuk menyatukan perbedaan-perbedaan dalam masyarakatnya. Kemudian, panglima ini mengadakan pertemuan dengan lima kebudayaan dan delapan marga, untuk menyelesaikan permasalahan di bumi petani itu dalam acara adat pengangkonan.

Pengangkonan berasal dari kata angkon yang berarti pengangkatan persaudaraan. Setelah pertemuan itu, diadakanlah makan bersama. Seluruh lapisan masyarakat makan bersama dalam wadah nampan besar untuk menghindari kecurigaan atas makanan yang dihidangkan.

Di dalam nampan besar terdapat iwak (ikan), sambal terasi, tempoyak, terong, serta lalapan diaduk menjadi satu oleh tangan-tangan tokoh adat masyarakat. (CK4/CK5/D-3)

Sumber: Lampung Post, Senin, 22 April 2013

No comments:

Post a Comment