Oleh Ricky P. Marly
PROSES penjaringan bakal calon rektor Universitas Lampung periode 2011—2015 telah berakhir. Dari proses verifikasi, muncul tiga nama yang bersedia dan kelak akan memangku jabatan sebagai rektor Unila. Ketiga nama tersebut adalah Sugeng P. Harianto, Wan Abbas Zakaria, dan Paul Benyamin Timotiwu. Ketiga nama ini berasal dari Fakultas Pertanian.
Siapa pun yang bakal terpilih pada pertengahan September nanti, yang jelas pekerjaan rumah Unila menanti. Tak sekadar angan pencapaian Unila ingin menjadi 10 perguruan terbaik di Indonesia dan juga hendak go international dalam skema World Class Research University (WCRU). Namun lebih dari itu, berbagai persoalan yang dikeluhkan banyak mahasiswa. Seperti fasilitas kuliah yang minim, kualitas dan kuantitas dosen yang masih sedikit diragukan, terutama kualitas guru besar, hingga kualitas lulusan yang nantinya akan terjun ke dunia kerja (masyarakat) dengan menerapkan Tridarma Perguruan Tinggi.
Visi Unila, secara subtansial adalah pengembangan ilmu, bukan visi dalam pengertian yang bersifat teknis. Oleh sebab itu, pengelolaan sumber daya harus diarahkan pada pengembangan ilmu dan peningkatan kinerja dalam proses pembelajaran. Pengembangan ilmu dan peningkatan proses pembelajaran bukan hanya dalam konteks mengejar peringkat, melainkan sampai seberapa jauh ilmuwan Unila itu mampu memberi kontribusi terhadap masyarakat dan lingkungannya (Syarief Makhya, Lampung Post, 25 Juli 2011).
Fasilitas Perkuliahan
Banyak keluhan dari mahasiswa tentang fasilitas perkuliahan. Terlepas dari dana APBD dan dana SPP mahasiswa yang diperoleh Unila-cukup atau tidak, tetapi mahasiswa merasakan ketidaknyamannya untuk saat ini dalam mengikuti proses perkuliahan. Terbukti, keluhan mahasiswa ini kurang berhasil dijalankan oleh kepemimpinan Sugeng P. Harianto, Rektor Unila saat ini.
Permasalahan ini harus diperhatikan untuk ketiga calon rektor. Sebisa mungkin menjadi prioritas serta sudah terprogramkan sebelumnya. Ketika kelak terpilih menjadi menjadi rektor, mahasiswa langsung merasa nyaman dalam menggunakan fasilitas perkuliahan. Karena fasilitas perkuliahan dan mahasiswa yang cerdas dan kreatif merupakan faktor utama dalam program-program lainnya dalam memajukan Unila.
Sehingga budaya akademik di lingkungan kampus bisa berjalan dengan cepat bila kendala tersebut diselesaikan. Budaya yang saat ini mulai tergerus di lingkungan kampus Unila yang bisa mengancam Unila dalam menggapai cita-citanya saat ini.
Pengamat Sosial Redi Panuju mengatakan masalah budaya akademik yang cenderung sulit berkembang di perguruan tinggi di Indonesia telah menjadi topik perbincangan. Beberapa pakar pendidikan meyakini kemunduran kultur akademik bukan hanya karena pengaruh birokrasi pendidikan, melainkan juga akibat keadaan internal perguruan tinggi itu sendiri.
Dalam hal pengaruh keadaan internal perguruan tinggi ini, Unila harus sanggup mengatasinya. Masalah utama yang harus diatasi adalah memberi kenyamanan kepada mahasiswa dengan memberikan fasilitas yang memadai untuk menopang aktivitas perkuliahan. Selain itu, pengaruh keadaan internal di kampus terjadi juga pada kualitas dosen, karyawan, serta pengaruh-pengaruh yang lainnya.
Terlepas dari penilaian Menteri Pendidikan Nasional yang sebesar 35% dalam memilih rektor perguruan tinggi negeri dan 65% suara senat. Hal ini jelas menodai otonomi kampus, karena suara senat akan kalah dengan suara menteri dan tentunya juga akan membawa korban. Namun, saya pikir, hal ini tidak dipermasalahkan oleh ketiga calon rektor tersebut. Karena hal ini memang sudah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2010. Hal terpenting adalah siapa pun yang terpilih menjadi rektor Unila nanti, harus benar-benar serius membangun Unila ke arah yang lebih baik. Senat Unila dan Mendiknas akan memilih salah satu dari tiga calon ini untuk menjadi rektor Unila yang akan menentukan Unila pada empat tahun mendatang. Dalam usia yang menginjak 46 tahun, bagi Unila sudah cukup mapan dan selayaknya siap untuk bersaing dengan universitas lain di tingkat Sumatera dan juga di tingkat nasional menjadi top ten university. Semoga saja terwujud!
Ricky P. Marly, Alumnus Jurusan Sosiologi FISIP Unila
Sumber: Lampung Post, Senin, 22 Agustus 2011
No comments:
Post a Comment