December 28, 2014

[Buku] Bikin Acara Nulis Jadi Menyenangkan

Oleh Tita Tjindarbumi

Data buku:
Menulis Asyik: Ocehan Tukang Tulis
Ihwal Literasi dan Proses Kreatif
dengan Sedikit Tips

Udo Z. Karzi
Sai Wawai Publishing, Metro
vii + 104 hlm.
MEMBACA buku Udo si tukang tulis, saya jadi ingat pada seorang perempuan dari negeri yang sama... Negeri Ruwa Jurai... Perempuan yang suka nulis... ya nulis apa saja yang harus dikeluarkan dari kepalanya, biar enggak bikin otak buntu karena kesumbat berbagai hal. Tuang... tumpahkan... buang dari benak dengan menulis...
                               
***

Menulis bagi sebagian besar orang adalah katarsis. Setiap orang dapat melepaskan segala seuatu yang menumpuk di benak dan juga di dada. Bagi sebagian besar penulis, menulis membuat perasaan menjadi lega karena semua unek-unek bisa ditumpahkan dalam tulisan. Tentu selain merasa lega, penulisnya akan merasa mendapatkan kepuasan tersendiri manakala tulisannya dibaca oleh banyak orang sekaligus menjadi inspirasi bagi pembacanya.


Demikian juga dengan Udo Z. Karzi. Membaca buku Udo Z. Karzi yang berjudul Menulis Asyik: Ocehan Tukang Tulis Ihwal Literasi dan Proses Kreatif Dengan Sedikit Tips. Membaca judul buku yang lumayan panjang tersebut (meski sebetulnya bisa dipersingkat menjadi Menulis Asyik, Ocehan Tukang Tulis soal Literasi, Proses Kreatif, dan Tips, sudah terbayang apa isi buku tersebut.

Dalam bab yang diberi judul Tukang Tulis, Udo menulis proses kreatif sampai ia menjadi tukang tulis yang dimulai dari tukang baca. Di dalam “tukang tulis” Udo mengungkapkan bahwa kerinduannya pada tanah Sang Bumi Ruwa Jurai saat berada di kota lain, membuatnya semakin banyak menulis tentang tanah kelahirannya. Jarak yang jauh, keluarga yang nun jauh di sana, membuat Udo banyak menulis. Ia menulis apa saja dan tidak peduli apakah ada yang membaca atau tidak.

Dan Udo, seperti yang diakuinya, suka melipir, lebih tepatnya suka cerita ngalor-ngidul, keluar dari tema, meloncat dari pokok bahasan. Meski kemudian Udo sadar dan kembali ke pokok bahasan. Lalu lompat lagi cerita hal-hal yang kadang enggak nyambung ama pokok bahasan. Ya, bukan dosa sih, toh yang dibahas bukan soal ketahanan negara. Proses kreatif Udo ya seperti itu. Asyik-asyik aja. Sesuai judul bukunya, Menulis Asyik.

Memang asyik, karena Udo juga membahas soal meniru gaya penulis beken yang ceritanya Udo baca dan menghafal nama penulisnya. Meski meniru, Udo enggak mau dibilang plagiat. Beda ya? Udo juga bercerita soal sembunyi-sembunyi (nyumput-nyumput itu bahasa di Lampung ya?). Jadi ingat masa kecil di Lampung. Kalo Udo nyumput-nyumput kirim tulisan ke media, saya dulu nyumput-nyumput baca buku apa aja yang ada di indekos buku alm. papa saya.

Buku Udo ini bikin senang (membacanya) sebab Udo juga membeberkan soal honor. Bagi banyak (hampir semua) penulis honor selalu menjadi hal yang penting. Hal yang membanggakan, yang ditunggu. Ketika tulisan kita di-publish, maka akan ada (banyak) yang membaca tulisan kita. Yang menerima pesan dalam tulisan kita. Seperti yang ditulis Udo dalam buku tersebut (hlm. 5): “Dengan menulis saya terus belajar, belajar banyak hal tentang hidup dan kehidupan. Sebab, untuk menulis saya harus membaca, ngobrol, nonton tv, dan....”

Di bab-bab berikutnya, Udo menulis tentang banyak hal yang juga sebagai bagian dari pengalaman dan perjalanannya di dalam dunia literasi. Mengedepankan bagaimana pentingnya bisa menulis untuk menunjang berbagai aktivitas dalam profesi apa pun. Udo juga memotivasi pemuda, mahasiswa untuk belajar menulis dan menulis bagus untuk kepentingan dunia pendidikan.

***

Bagaimana Udo menjelaskan bahwa menulis itu seni? Menurut Udo, menulis itu hobi. Tentu hobi erat hubungannya dengan kesenangan. Jika seseorang tidak menyukainya, ia tidak akan bisa mendapatkan kesenangan dari menulis. Oh, no...

Dalam pikiran saya, menulis itu bukan hobi, melainkan sesuatu yang bisa dipelajari. Sesuatu yang jika dikerjakan terus-menerus akan membuat seseorang menjadi mahir. Menjadi terampil. Menulis itu lebih tepatnya keterampilan. Yang tidak hobi menulis pun bisa belajar menulis. Bisa menjadi senang menulis. Dan, disarankan semua orang bisa menulis. Meski hanya dalam bentuk tulisan yang sederhana.

Tulisan Udo selanjutnya dalam buku ini dapat membantu mereka yang ingin belajar dan bisa menulis. Dan, bagi yang belum punya buku ini, sangat disayangkan jika tidak segera memburunya lalu membacanya sampai tuntas. n

Tita Tjindarbumi, Pengarang asal Lampung, kini mukim di Surabaya                   

Sumber: Lampung Post, Minggu, 28 Desember 2014

No comments:

Post a Comment