June 18, 2015

Apa Kabar FIB di PTN Lampung?

Oleh Eko Sugiarto


MESKIPUN tidak tinggal di Lampung, sebagai orang yang lahir dan menghabiskan masa kecil di Lampung, sesekali saya menyempatkan membaca tulisan atau berita tentang apa yang terjadi di Lampung. Tulisan atau berita itu salah satunya saya peroleh dari seorang kawan di media sosial. Kawan yang dulu pernah bekerja di sebuah media cetak di Pangkalanbun, Kalimantan, ini termasuk orang yang sangat rajin mengunggah berita tentang apa yang terjadi di Lampung via media sosial, baik yang dia tulis sendiri maupun yang ditulis oleh orang lain.

Tentu tidak semua tulisan atau berita yang dia unggah saya baca, melainkan saya pilih tulisan atau berita dengan tema-tema tertentu yang menarik minat saya. Salah satunya adalah tulisan tentang wacana pendirian Fakultas Ilmu Budaya (FIB) di perguruan tinggi negeri (PTN) Lampung yang ramai diperdebatkan pada Maret-April tahun lalu di media cetak dan maya di Lampung. Akan tetapi, setelah lebih dari setahun, saya sepertinya belum mendengar lagi sampai di mana perkembangan wacana tersebut.


Salah satu tulisan terkait wacana pendirian FIB di PTN Lampung yang masih saya simpan berjudul “Memimpikan FIB di PTN Lampung” yang ditulis Dina Amalia Susanto (Lampung Post, 14 Maret 2015).Tulisan tersebut cukup menarik, buat saya setidaknya.

Salah satu bagian yang menurut saya menarik dan penting adalah uraian tentang alasan perlunya mendirikan FIB di PTN Lampung. Dina Amalia Susanto dengan antusias menuturkan berbagai potensi khazanah budaya Lampung, antara lain sastra dan situs prasejarah yang ada di Lampung maupun peninggalan bersejarah terkait Lampung (termasuk naskah sejarah) yang ada di tempat lain, bahkan di luar negeri. Berbagai potensi tersebut masih membutuhkan sentuhan tangan tenaga ahli lulusan FIB.

Penulis juga berupaya meyakinkan para pemangku kepentingan tentang perlunya FIB di PTN Lampung dengan menyajikan data bahwa berdasarkan studi pelacak lulusan (tracer study), lulusan FIB bisa terjun ke berbagai bidang, baik di instansi pemerintah maupun non-pemerintah. Di akhir tulisan, ada satu pertanyaan yang membuat saya terinspirasi membuat tulisan ini, yaitu “Sekarang, apa yang masih ditunggu oleh PTN di Lampung?”

Ya, bagi sebagian orang mungkin pendirian FIB di PTN Lampung dirasa sudah sangat perlu. Namun, bisa jadi sebagian yang lain (termasuk mungkin sebagian dari para pemangku kepentingan), berpikir lain alias menganggap belum perlu mendirikan FIB di PTN Lampung. Banyak hal yang harus mereka perhitungkan, antara lain soal peminat. Jangan-jangan alasan belum didirikannya FIB di PTN Lampung salah satunya adalah adanya kekhawatiran soal sepinya peminat yang akan masuk jurusan yang ada di FIB? Ini hanya “jangan-jangan” dan semoga saja tidak benar.

Senyampang saat ini di kampus-kampus masih sibuk dengan penerimaan mahasiswa baru, bolehlah saya coba mengajak pembaca berandai-andai tentang ke mana lulusan SMA kita umumnya akan melanjutkan studi sekaligus mencoba mengangkat kembali wacana pendirian FIB di PTN Lampung. Sekadar mengingatkan bahwa wacana tersebut pernah ada.

Jika mau jujur, dari sekian banyak lulusan SMA/sederajat yang ingin melanjutkan studi di perguruan tinggi, menurut pembaca ada berapa persen yang punya keinginan untuk masuk FIB? Lantas dari sekian persen yang berminat masuk FIB, berapa persen yang disetujui oleh orang tuanya?

Persetujuan orang tua ini penting mengingat sebagian besar lulusan SMA yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi masih dibiayai oleh orang tua. Dengan demikian, secara tidak langsung orang tua akan sangat berpengaruh terhadap pilihan jurusan si lulusan SMA di perguruan tinggi dan umumnya para lulusan SMA ini “tidak bisa” menolak keinginan orang tua mereka, kecuali bagi mereka yang kuliah dengan biaya sendiri alias tidak dari orang tua. Lagi-lagi jika mau jujur, sebagian besar orang tua tentu menginginkan anaknya kuliah di jurusan tertentu yang dianggap bisa menjamin kesejahteraan anak mereka di masa depan setelah lulus. Sayangnya, jurusan itu umumnya bukan dari FIB.

Fakta ini membuat kita tidak bisa memungkiri bahwa ada jurusan tertentu di perguruan tinggi yang oleh sebagian orang tua dianggap prospektif dan bisa mengantarkan anak mereka setelah lulus mendapatkan pekerjaan yang kelak akan mendatangkan pundi-pundi uang. Jurusan-jurusan inilah yang biasanya diserbu oleh calon mahasiswa, tentu dengan dukungan penuh dari orang tua. Secara ekonomi, jurusan yang banyak diserbu calon mahasiswa ini tentunya yang akan lebih menguntungkan bagi lembaga yang menaunginya. Oleh karena itu, logis rasanya jika jurusan-jurusan ini dipandang perlu mendapat perhatian lebih dari para pemangku kepentingan.

Lantas kita harus menunggu sampai kapan agar di PTN Lampung ada FIB? Entahlah. Mungkin selama masih banyak orang tua menganggap bahwa FIB bukan jurusan prospektif dan bisa mengantarkan lulusannya memperoleh pekerjaan yang dapat mendatangkan pundi-pundi uang bagi lulusannya, selama itu pula kita harus menunggu. Bisa jadi juga selama para pemangku kepentingan belum menganggap penting terhadap potensi khazanah budaya Lampung (sastra, situs arkeologi, bangunan bersejarah, naskah sejarah, dan sebagainya) yang membutuhkan sentuhan tangan tenaga ahli lulusan FIB, selama itu juga kita harus menunggu.

Semoga ini hanya imajinasi saya. Mudah-mudahan para pemangku kepentingan di Lampung diam-diam sudah mulai bergerak untuk menggagas berdirinya FIB sejak wacana tentang hal ini menjadi bahan diskusi hangat sekitar setahun yang lalu, tidak menunggu sampai lulusan SMA berbondong-bondong ingin masuk FIB.

Eko Sugiarto, Lulusan Fakultas Ilmu Budaya UGM dan Magister Kajian Pariwisata UGM, Yogyakarta


Sumber: Fajar Sumatera, Kamis, 18 Juni 2015

No comments:

Post a Comment