June 25, 2015

Promosi Wisata Berbasis Komunitas

Oleh Eko Sugiarto


BEBERAPA waktu lalu media ini memuat pernyataan Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Lampung Budhi Roswati. Inti pernyataan tersebut adalah dalam Festival Krakatau tahun ini panitia tidak akan mengundang duta besar dari negara-negara sahabat.

Duta besar dari negara-negara sahabat tidak diundang, menurut Budhi, karena kehadiran mereka dinilai tidak memberikan efek yang signifikan terkait promosi wisata Lampung. Dalam Festival Krakatau tahun ini panitia justru akan lebih fokus menggandeng berbagai komunitas yang ada di Lampung maupun di luar Lampung yang diharapkan akan lebih efektif untuk mempromosikan wisata Lampung.

Langkah yang diambil panitia Festival Krakatau sebagaimana diungkapkan Kabid Pemasaran Disparekraf Lampung ini menurut penulis cukup logis. Pada abad informasi seperti sekarang ini, cara promosi melalui jalur komunitas memang relatif lebih efektif dibanding jika dilakukan melalui jalur dan cara konvensional.

Promosi melalui komunitas di dunia maya dengan memanfaatkan teknologi internet selain lebih murah, tentu akan lebih efektif dibanding mengundang negara-negara tertentu untuk mengirimkan utusannya. Melalui komunitas dengan bantuan teknologi internet, informasi tentang berbagai daya tarik wisata di sebuah daerah akan cepat tersebar ke berbagai penjuru tempat di seluruh dunia, tidak hanya berhenti di pihak-pihak tertentu. Penulis sengaja menjadikan komunitas dunia maya di internet sebagai contoh karena promosi dalam bidang pariwisata memang sudah semestinya bisa menjangkau berbagai tempat sesuai dengan karakter pariwisata yang tidak mengenal batas administratif sebuah daerah atau negara.

Di dunia nyata, komunitas masyarakat setempat memegang peranan penting tidak hanya dalam hal promosi, melainkan dalam pariwisata secara luas. Komunitas masyarakat setempat dengan berbagai kearifan lokal yang mereka miliki adalah aset penting yang biasanya menjadi pusat daya tarik wisata suatu daerah yang akan dipromosikan. Jika memang Festival Krakatau bertujuan memperkenalkan pesona budaya dan pariwisata Lampung, komunitas masyarakat setempat harus dilibatkan karena merekalah pemilik kearifan lokal dan pelaku budaya yang sesungguhnya.

Selain komunitas masyarakat setempat, komunitas pengusaha juga memegang peran penting bagi sektor pariwisata. Bersama pemerintah setempat, pengusaha bisa ikut berperan dalam penyediaan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan. Kemitraan antara pengusaha dan pemerintah setempat ini bisa saling menguntungkan. Di satu sisi pengusaha mendapatkan pemasukan dari hasil usaha, sementara di sisi lain pemerintah mendapatkan pemasukan dari retribusi dan pajak.

Pariwisata adalah sebuah fenomena kompleks yang di dalamnya terdapat berbagai unsur dengan aneka kepentingan. Di sana ada masyarakat (komunitas), pihak swasta (pengusaha), dan pemerintah (birokrat). Oleh karena itu, promosi wisata akan berhasil jika pihak-pihak yang terlibat ini saling bekerja sama, bukan saling bersaing secara tidak sehat, lebih-lebih saling jegal.

Satu hal yang perlu dicatat adalah jika sebuah promosi wisata berhasil dan bisa mendatangkan wisatawan yang akhirnya memberikan manfaat terutama secara ekonomi, biarlah pegiat komunitas dan masyarakat setempat serta pihak swasta (pengusaha) yang lebih dahulu menikmati hasilnya. Peran pemerintah cukup sebagai pengawas dan tidak usah terlalu berambisi untuk ikut menikmati manfaat tersebut secara ekonomi. Toh dari swasta (dan mungkin masyarakat atau komunitas), pemerintah sudah mendapatkan jatah, antara lain melalui retribusi dan pajak.

Jika masyarakat dan pihak swasta bisa menikmati manfaat secara ekonomi dari sektor pariwisata, penulis yakin mereka akan merasa memiliki terhadap sektor pariwisata dan tanpa diminta pun mereka akan melakukan promosi. Dengan demikian, sektor pariwisata di daerah tersebut bisa cepat maju. Hal ini hanya bisa terjadi jika pemerintah daerah setempat bisa menjadikan sektor pariwisata bukan semata-mata sebagai alat untuk mendongkrak pendapatan asli daerah, melainkan untuk menyejahterakan rakyat.

Eko Sugiarto, Lulusan Magister Kajian Pariwisata, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Sumber: Fajar Sumatera, Kamis, 25 Juni 2015



No comments:

Post a Comment