August 23, 2009

[Perjalanan] Tambling Jadi Wisata Mendunia (2-Habis)

OBJEK Wisata Alam Tampang-Belimbing (Tambling) terletak di ujung selatan Pulau Sumatera-Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) bakal menjadi kawasan wisata mendunia. Dalam laporan perjalanan edisi pertama, Tambling banyak menyimpan flora dan fauna yang tidak dimiliki daerah lain. Wartawan Lampung Post, Iskandar Zulkarnain, melaporkan hasil kunjungannya dalam catatan terakhir dari dua tulisan. Berikut catatannya.

TAMPANG BELIMBING--Jika dilihat dari udara, kawasan ini sungguh menakjubkan. Daerah yang dikeliling laut dan ditumbuhi ribuan jenis flora dan didiami ribuan hewan dilindungi membuat Tambling menjadi mahal dan "tertutup" bagi pemburu atau pencinta alam.

Decak kagum itu keluar dari mulut Dubes AS Cameron R. Hume saat dia bersama 15 duta besar dan perwakilan negara sahabat mengunjungi Tambling Wildlife Nature Conservation (TNWC). TNWC sendiri dikelola oleh Bos Artha Graha, Tommy Winata.

"Kawasan Tambling sangat indah karena alamnya menyimpan ribuan jenis flora dan satwa liar langka. Hutannya terjaga dan pengunjung dapat menikmatinya nanti," kata Cameron R. Hume. Itu pun juga disampaikan oleh Dubes Lebanon Victor Zmeter.

Keinginan dubes tadi pun, disambut baik Tommy. Namun bos Artha Graha meminta komitmen pemerintah daerah dan masyarakat untuk terus menjaga kelestarian kawasan tersebut. "Hutan dan hewan harus dilindungi. Jangan sampai dibuka akan mematikan kehidupan flora dan fauna. Biarkanlah kawasan ini hidup dengan sendirinya," kata Tommy. Dia mengaku menghabiskan dana miliaran rupiah melakukan konservasi lingkungan di kawasan Tampang Belimbing.

Usai menikmati kerang panggang, rombongan dubes menaiki mobil berburu menuju menara mercusuar. Menara setinggi 70 meter itu dibangun Belanda pada 1879, pada masa pemerintahan Z.M. Willem III. Di situ kami melihat kejayaan Belanda, masih berdiri kokoh menara dengan bangunan pendukung lainnya.

Di sisi kanan-kiri kawasan menara, kami melihat ratusan rusa yang hilir mudik masuk dalam hutan. Saya pun menyaksikan bagaimana, seorang dubes turun naik mobil berburu dengan keringat yang mengucur dari tubuhnya, hanya ingin melihat dari dekat, flora dan fauna yang tumbuh dan hidup di kawasan Samudera Hindia itu.

Festival Krakatau

Kunjungan dubes ini ke Tambling, menurut Gubernur Sjachroedin, merupakan ajang promosi pariwisata dan menjadi salah satu kegiatan menyukseskan tahun kunjungan wisata Lampung 2009 dalam rangkaian Festival Krakatau.

Lampung, kata Gubernur, memiliki TNBBS. Kerusakan TNBBS telah mencapai 40 persen. "Para duta besar diajak untuk melihat kondisi TNBBS agar mereka mau membantu pemeliharaannya," kata dia. Perjalanan ke Tambling memang sangat mengesankan bagi duta besar.

Dubes Lebanon mengatakan negaranya hidup dan dibiayai dari hasil kunjungan wisata. "Kami tidak mempunyai cukup sumber daya alam seperti Indonesia. Indonesia bisa mencontoh Lebanon memperbesar pendapatan negara melalui wisata. Tambling ini bisa juga dinikmati wisatawan dan dibuka untuk umum," kata Victor Zmeter.

Setelah menikmati mercusuar dan pantai di Samudera Hindia pada pukul 16.30, rombongan meninggal kawasan itu menuju lapangan terbang untuk mengakhiri penjelajahan kawasan TNWC.

Sebelum pulang ke Bandara Radin Inten II, Bandar Lampung, dengan menggunakan pesawat cassa dan helikopter lagi, dubes dan Tommy pun saling bertukar cendera mata serta diabadikan dengan foto bersama.

Diguyur hujan gerimis, satu per satu pesawat yang ditumpangi dubes meninggalkan Tambling dengan sejuta kenangan agar dapat membawa wisatawan dan investor untuk menamankan serta ikut mendanai kelestarian hutan di kawasan hutan di Provinsi Lampung. n M-1

Sumber: Lampung Post, Minggu, 23 Agustus 2009

No comments:

Post a Comment