April 5, 2010

Pemprov Lampung Diharapkan Dukung Pekajian Seni Tari

Bandarlampung, 5/4 (ANTARA) - Seniman dan akademisi Universitas Lampung, I Wayan Mustika, berharap Pemerintah Provinsi Lampung membantu pengkajian seni tradisi asli daerah tersebut.

"Masih banyak seni dan budaya Lampung yang belum tergali, saya memprediksi masih ada ribuan tarian, dan ritual budaya yang harus dikaji oleh akademisi seni di daerah ini, dan peran pemerintah sangat menentukan," katanya, di Bandarlampung, Senin.

Dia menyatakan, dukungan pemerintah itu dapat berupa pemberian bantuan dana penelitian, atau membantu mendokumentasikan dan memublikasikan hasil kajian para seniman dan akademisi tersebut.

"Saya sangat prihatin, berdasarkan penelusuran saya, ada ribuan seni tradisi dan ritual budaya Lampung yang referensi dan catatan tertulisnya tidak terdokumentasi dengan baik," kata dia.

Wayan mencontohkan, beberapa tarian yang belum terdokumentasi dengan baik itu adalah Tari Sakura dan Tari Nyambai dari Lampung Barat, Tari Tupping dari Lampung Selatan, atau Tari Bedayo dari Tulangbawang.

Dia melanjutkan, untuk melakukan riset terhadap tarian dan budaya tersebut tidak murah, karena selain riset, dibutuhkan juga peragaan untuk kepentingan pendokumentasian dalam bentuk gambar.

"Sebagai gambaran, saat melakukan riset tentang Tari Bedayo Tulangbawang, sedikitnya saya harus mengeluarkan Rp55 juta dari kantong saya sendiri," kata dia.

Dia menggambarkan, sejumlah tarian kuno itu saat ini hanya tersimpan pada pemikiran masyarakat, pemangku adat, dan kaum tradisional yang rata-rata belum tergali.

Sementara semua tarian tradisi Lampung yang ada saat ini, merupakan karya bentuk varian kreasi seniman dari tarian asli.

Wayan mengklaim jumlah tarian Lampung yang muncul ke permukaan saat ini hanyalah sebagian kecil dari ribuan tari tradisi yang dimiliki Lampung.

Dia berharap, ribuan tarian tradisi Lampung itu dapat digali secara akademis dan didokumentasikan untuk kepentingan referensi bagi generasi penerus.

"Dana untuk risetnya harus disiapkan, karena akan sangat mahal harga yang harus dibayar apabila budaya tersebut ikut punah," kata dia.

Sumber: Antara, 5 April 2010

No comments:

Post a Comment