April 28, 2010

Festival Krakatau Monoton

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pergelaran Festival Krakatau yang digelar Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung setiap tahunnya dinilai monoton. Tidak ada terobosan yang diambil Pemprov agar festival ini memiliki daya tarik baru yang dapat menarik lebih banyak lagi minat wisatawan nusantara (wisnu) dan wisatawan mancanegara (wisman).

Hal ini terungkap dalam ekspos rencana dan persiapan Festival Krakatau ke-20 di Ruang Rapat Gubernur, Selasa (27-4).

Ketua Komite Pariwisata Lampung, Idrus Djaendar Muda, mengatakan sejak festival tahunan ini digelar 20 tahun lalu, apa yang ditampilkan kepada peserta festival selalu sama.

Apa yang ia tangkap dalam persiapan Festival Krakatau ke-20 yang rencananya digelar 24--25 Juli nanti pun sama dengan pergelaran Festival Krakatau sejak tahun pertama.

"Setelah melihat rangkaian acara Festival Krakatau tahun ini seperti yang ditampilkan tadi rasanya sama saja dengan Festival Krakatau yang pertama kali. Tidak ada terobosan baru," kata pria yang akrab disapa Yuskas ini.

Menurut Idrus, Festival Krakatau ini awalnya digelar untuk mengenalkan kepada masyarakat Indonesia dan mancanegara kalau Gunung Anak Krakatau (GAK) itu milik Lampung. Festival ini hanya sebagai promosi dan publikasi bahwa anggapan yang berkembang selama 100 tahun tentang GAK yang dianggap milik Jawa Barat adalah tidak benar.

Sebab itu, kata Idrus, digelarlah festival yang mengajak serta wisnu dan wisman melihat langsung kondisi GAK dan dalam perjalanan menuju GAK disertai pula pertunjukan kesenian tradisional Lampung.

Rangkaian acara seperti ini, menurut Idrus, sudah dianggap monoton dan tidak layak lagi ditampilkan pada masa sekarang. "Kalau dulu kan masih sebatas publikasi GAK. Sekarang carilah terobosan lain agar jangan sekadar berkunjung. GAK kaya akan potensi alami. Hal ini harus dimanfaatkan misalnya dengan kegiatan memancing, diving di bawah kawah gunung berapi, jetski, hiking dan lainnya,� kata Idrus.

Hal ini, menurut dia, memungkinkan karena sekarang ada peraturan yang membolehkan wisata cagar alam dijadikan lokasi ekowisata. Kalau hal ini tidak bisa diimplementasikan pada festival tahun ini, semoga untuk tahun depan bisa jadi pertimbangan.

Perlu Perubahan

Usulan perubahan pelaksanaan Festival Krakatau ini juga disampaikan Staf Ahli Gubernur Ansyori Djausal.

Menurut Ansyori, sejatinya sebuah acara festival itu dinikmati seluruh kalangan masyarakat dan bukan hanya pejabat atau duta besar saja. Namun, yang terjadi saat ini, kata Ansyori, Festival Krakatau terlihat eksklusif dan tidak bisa diikuti seluruh masyarakat.

Selain itu, mengomentari tema Festival Krakatau tahun ini, yaitu Kemilau Sai Bumi Ruwa Jurai, Ansyori berharap ada suatu pertunjukan yang benar-benar menggambarkan kata kemilau itu sendiri.

"Pelaksana festival ini harus sudah merencanakan kemilau Lampung seperti apa yang ditampilkan pada acara puncak Festival Krakatau nanti," kata Ansyori. (MG3/K-1)

Sumber: Lampung Post, Rabu, 28 April 2010

1 comment:

  1. sosialisasi untuk festifal ini pun kurang greget . . . hambar . . .

    ReplyDelete